Thursday, March 28, 2024
26.7 C
Jayapura

Merasa Didiskriminasi dari Jawaban Jubir Satgas Covid

Dr Sumule: Bagi Saya ini Miss Komunikasi

JAYAPURA – Seorang wartawati di Jayapura bernama Lidya Salma Faukubun atau yang sering dipanggil Lala mengaku kecewa atas jawaban Ketua Satgas Covid 19 Papua, dr Silwanus Sumule yang dianggap tak bijak dan melakukan tindakan diskriminasi terhadap dirinya saat menanyakan soal waktu hasil pemeriksaan swab. Saat itu (Jumat,10/7) Lala menanyakan soal berapa lama hasil swab bisa  diketahui namun jawaban Jubir tidak sampai 14 hari hari untuk mengetahui hasil swab. 

Lidya Salma memegang surat keterangan hasil swab yang  menyatakan dirinya negatif. Ia merasa kecewan dengan jawaban Jubir Satgas Covid 19 Provinsi Papua yang dianggap diskriminasi. (Gamel Cepos)

 Setelah itu Lala mengaku bahwa ia sedang menunggu hasil swab dan disitulah insiden terjadi. Menurut wartawan RRI ini ia menanyakan soal waktu lantaran sudah 14 hari ia melakukan karantina mandiri namun tak kunjung ditelepon petugas. Ia berpatokan bahwa jika tak dihubungi biasanya menandakan pasien tersebut negatif. Namun saat mengetahui Lala belum mengantongi hasil swab inilah dr Sumule langsung menjawab dengan jawaban yang dianggap tak bijak tadi.

 “Jadi siang itu saya bersama beberapa wartawan sedang ngobrol bersama dr Silwanus di ruangan ngopi di Swisbell Hotel. Sayap bertanya soal butuh berapa lama hasil swab diterima  dan dijawab hanya beberapa hari dan tidak sampai 14 hari. Tapi setelah saya bilang bahwa saya yang sedang menunggu hasil swab itulah ia langsung meminta saja menjauh dengan gesture mengusir,”cerita Lala, Senin (13/7). Lala mengutarakan bahwa pertanyaan ini dibawa dengan bentuk obrolan ringan dengan harapan dokter Silwanus bisa menjadi tempat curhat  sekaligus diskusi namun responnya malah tidak diduga. 

Baca Juga :  Usung Kenius Kogoya Maju Sebagai Gubernur Papua

 “Saya pikir sebagai dokter senior dan berstatus sebagai Jubir harusnya tidak menjawab seperti itu mengingat ia pasti sering menangani pasien positif. Harusnya jawabannya itu memberi solusi, bukan seperti menghardik seolah – olah saya pasien positif. Ini terlihat sekali  ia ketakutan karena meminta saya menjauh sementara saya belum dipastikan positif,” imbuhnya. Lala sendiri mengungkap soal awalnya ia melakukan swab dimana saat melakukan rapid tes pada 29 Juni, hasilnya ia reaktif. 

 Esoknya iapun melakukan swab dan seharusnya beberapa hari setelah itu ia sudah bisa mendapatkan hasilnya namun ternyata tidak dan ini sudah 14 hari. Iapun berinisiatif untuk mengecek langsung pada Sabtu (11/7) namun jawaban petugas menyampaikan bahwa seharusnya hasil swabnya sudah keluar. Iapun diminta untuk kembali hari Senin (13/7). “Dan tadi saya baru cek hasil swabnya ternyata negatif, nah dari waktu swab saja sudah molor lama sekali dan saya tidak ditelepon dan saya berpatokan kalau saya ditelepon artinya saya positif tapi ini tidak ditelepon – telepon,” bebernya. 

Baca Juga :  Dorong Transformasi Menuju Pendidikan Berkualitas dan Berdaya Saing

 Sementara, dr Sumule kepada wartawan Senin kemarin menjelaskan bahwa setelah mendengar pengakuan Lala ia kaget dan menganggap ada masalah sebab  Lala reaktif namun berada di luar. “Jujur saya kaget dan menganggap ini ada masalah. Tapi puji Tuhan ia negatif sebab kalau positif bagaimana?,” beber Sumule dari rekaman yang disebar lewat WA grup. Ia menambahkan bahwa tak ada tendensi apa – apa dari ucapannya itu namun hanya kaget karena seharusnya disiplin melakukan karantina. 

 “Terlepas dari semua ini saya tak ada tendensi apa – apa. Lalu soal stigma saya pikir tidak kesana juga. Saya sudah mengerjakan 26 kasus covid dan  panggilan nurani saya tidak mungkin melakukan stigma,” jawab. Iapun menganggap tak ada persoalan lagi dan Sumule  menganggap masih banyak yang lebih penting yang harus ditangani “Setelah saya berdikusi dengan teman – teman saya berada dalam posisi tidak akan saling menjawab,masih ada hal – hal yang jauh lebih penting yang harus saya kerjakan dan bagi saya ini miss komunikasi,” tutupnya. (ade/gr/wen)

Dr Sumule: Bagi Saya ini Miss Komunikasi

JAYAPURA – Seorang wartawati di Jayapura bernama Lidya Salma Faukubun atau yang sering dipanggil Lala mengaku kecewa atas jawaban Ketua Satgas Covid 19 Papua, dr Silwanus Sumule yang dianggap tak bijak dan melakukan tindakan diskriminasi terhadap dirinya saat menanyakan soal waktu hasil pemeriksaan swab. Saat itu (Jumat,10/7) Lala menanyakan soal berapa lama hasil swab bisa  diketahui namun jawaban Jubir tidak sampai 14 hari hari untuk mengetahui hasil swab. 

Lidya Salma memegang surat keterangan hasil swab yang  menyatakan dirinya negatif. Ia merasa kecewan dengan jawaban Jubir Satgas Covid 19 Provinsi Papua yang dianggap diskriminasi. (Gamel Cepos)

 Setelah itu Lala mengaku bahwa ia sedang menunggu hasil swab dan disitulah insiden terjadi. Menurut wartawan RRI ini ia menanyakan soal waktu lantaran sudah 14 hari ia melakukan karantina mandiri namun tak kunjung ditelepon petugas. Ia berpatokan bahwa jika tak dihubungi biasanya menandakan pasien tersebut negatif. Namun saat mengetahui Lala belum mengantongi hasil swab inilah dr Sumule langsung menjawab dengan jawaban yang dianggap tak bijak tadi.

 “Jadi siang itu saya bersama beberapa wartawan sedang ngobrol bersama dr Silwanus di ruangan ngopi di Swisbell Hotel. Sayap bertanya soal butuh berapa lama hasil swab diterima  dan dijawab hanya beberapa hari dan tidak sampai 14 hari. Tapi setelah saya bilang bahwa saya yang sedang menunggu hasil swab itulah ia langsung meminta saja menjauh dengan gesture mengusir,”cerita Lala, Senin (13/7). Lala mengutarakan bahwa pertanyaan ini dibawa dengan bentuk obrolan ringan dengan harapan dokter Silwanus bisa menjadi tempat curhat  sekaligus diskusi namun responnya malah tidak diduga. 

Baca Juga :  Cegah Korupsi, Pemkot Wajibkan Pegawai Terapkan Enam Standar Kerja

 “Saya pikir sebagai dokter senior dan berstatus sebagai Jubir harusnya tidak menjawab seperti itu mengingat ia pasti sering menangani pasien positif. Harusnya jawabannya itu memberi solusi, bukan seperti menghardik seolah – olah saya pasien positif. Ini terlihat sekali  ia ketakutan karena meminta saya menjauh sementara saya belum dipastikan positif,” imbuhnya. Lala sendiri mengungkap soal awalnya ia melakukan swab dimana saat melakukan rapid tes pada 29 Juni, hasilnya ia reaktif. 

 Esoknya iapun melakukan swab dan seharusnya beberapa hari setelah itu ia sudah bisa mendapatkan hasilnya namun ternyata tidak dan ini sudah 14 hari. Iapun berinisiatif untuk mengecek langsung pada Sabtu (11/7) namun jawaban petugas menyampaikan bahwa seharusnya hasil swabnya sudah keluar. Iapun diminta untuk kembali hari Senin (13/7). “Dan tadi saya baru cek hasil swabnya ternyata negatif, nah dari waktu swab saja sudah molor lama sekali dan saya tidak ditelepon dan saya berpatokan kalau saya ditelepon artinya saya positif tapi ini tidak ditelepon – telepon,” bebernya. 

Baca Juga :  Usung Kenius Kogoya Maju Sebagai Gubernur Papua

 Sementara, dr Sumule kepada wartawan Senin kemarin menjelaskan bahwa setelah mendengar pengakuan Lala ia kaget dan menganggap ada masalah sebab  Lala reaktif namun berada di luar. “Jujur saya kaget dan menganggap ini ada masalah. Tapi puji Tuhan ia negatif sebab kalau positif bagaimana?,” beber Sumule dari rekaman yang disebar lewat WA grup. Ia menambahkan bahwa tak ada tendensi apa – apa dari ucapannya itu namun hanya kaget karena seharusnya disiplin melakukan karantina. 

 “Terlepas dari semua ini saya tak ada tendensi apa – apa. Lalu soal stigma saya pikir tidak kesana juga. Saya sudah mengerjakan 26 kasus covid dan  panggilan nurani saya tidak mungkin melakukan stigma,” jawab. Iapun menganggap tak ada persoalan lagi dan Sumule  menganggap masih banyak yang lebih penting yang harus ditangani “Setelah saya berdikusi dengan teman – teman saya berada dalam posisi tidak akan saling menjawab,masih ada hal – hal yang jauh lebih penting yang harus saya kerjakan dan bagi saya ini miss komunikasi,” tutupnya. (ade/gr/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya