JAYAPURA-Ada ribuan warga Kota Jayapura yang terdampak banjir pada Kamis (6/1) malam hingga Jumat (7/1). Dari ribuan tersebut, paling banyak adalah anak anak, perempuan dan Lansia.
Data dari Pemkot, sekitar 19 ribu warga Kota Jayapura terdampak banjir. Ratusan di antara mereka saat ini memilih mengungsi di lokasi pengungsian, sebanyak 205 orang mengungsi di GOR Trikora dan sebanyak 121 mengungsi di Diklat Sosial.
Ketua Tanggap Darurat Bencana Alam Kota Jayapura Rustan Saru menyampaikan, sebagian warga lainnya memilih mengungsi ke rumah keluarga mereka dengan alasan karena merasa aman.
“Ada juga yang tidak mau diungsikan karena masih bisa bertahan di rumahnya, sehingga kita kontrol setiap saat,” ucap Rustan kepada Cenderawasih Pos, Kamis (13/1)
Rustan tak menampik bahwa terbanyak yang menjadi korban adalah anak-anak, perempuan dan Lansia. Untuk menghilangkan rasa trauma mereka, di Posko Pengungsian petugas telah memberikan trauma healing kepada para korban terutama anak anak dan perempuan.
Sementara untuk mereka yang masih berada di rumah keluarganya atau di rumahnya masing masing, Pemkot perintahkan Dinas Sosial untuk melakukan komunikasi dengan masing masing RT/RW agar bisa memberikan trauma healing kepada mereka.
“Trauma healing akan diberikan pasca bencana kepada mereka yang saat ini sedang mengungsi ke rumah keluarganya atau yang memilih bertahan di rumah mereka masing masing, sementara untuk di Posko trauma healing sudah diberikan,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Papua Pdt Lipius Biniluk mengatakan, pemerintah harus berpikir panjang dalam menangani korban banjir. Jangan asal tambal sulam.
Penyampaian Pdt Lapius tak terlepas dari lokasi banjir yang terjadi saat ini sudah sering terjadi, terutama Pasar Youtefa dan Organda. “Relokasi salah satu jalan terbaik, kalau tidak bisa relokasi maka harus ada bendungan dan warga di Youtefa dan organda harus dipindahkan. Masa seperti ini terus kejadiannya,” tutur Pdt Lapiyus kepada Cenderawasih Pos.
Sebagai tokoh agama, ia juga mengingatkan, pemerintah dalam penanganan banjir atau apapun tidak bisa hanya datang bantu lalu pulang. Harus ada upaya upaya kedepannya. “Pemimpin ganti pemimpin kondisi kota ini tetap saja begini, harus ada master plan. Yang perlu diingat, gunung gunung jangan digunduli dan pemerintah daerah harus tegas. Masyarakat yang tinggal di bawah kaki gunung harus direlokasi di tempat yang bagus,” ungkapnya.
Pdt Lipius melihat pemerintah Kota mulai bekerja ekstra dalam penanganan korban banjir yang ada di Kota ini. “Bantuan dari menteri harus benar benar sampai ke warga yang membutuhkannya, kami juga akan bantu monitor sebagai tokoh agama apakah bantuan itu tersalurkan dengan baik atau tidak. Sebagai tokoh agama, kami salalu berdoa agar masyarakat tidak lagi trauma akibat banjir dan longsor yang terjadi di tanah ini,” pungkasnya. (fia/tri)