Thursday, December 12, 2024
29.7 C
Jayapura

Kebijakan Pemerintah Terhadap Lingkungan Masih Lemah

Yang disoroti para pegiat lingkungan adalah para perusahaan ini kerap mengalihkan beban pengelolaan sampah kepada konsumen tanpa mengambil langkah kongkrit untuk mengurangi sampah plastic yang dihasilkan. Senada dengan itu menurut koordinator GAHARU Papua, Stenly Waita bahwa pihaknya berharap pihak perusahaan mengambil tanggungjawab itu.

“Diperlukan peran serta semua unsur dalam menangani sampah dan menjaga lingkungan di pesisir pantai. Dampak limbah plastik terhadap ekosistem di dalam laut jelas merugikan. Martha Sibi yang juga terlibat menyampaikan bahwa kegiatan pembersihan pantai ini bagus untuk edukasi.

“Banyak anak-anak kena malaria dan tidak lepas dari banyaknya sampah di kampung,” imbuhnya.

Sementara Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR) Papua, Albert Meraudje yang ikut dalam kegiatan tersebut mengatakan, bahwa apa yang dilakukan pemuda-pemudi lintas komunitas ini merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap ancaman sampah bagi keberlangsungan hidup masyarakat sekitar.

Baca Juga :  Di Hamadi, Lima Pemuda Diamankan Saat Hisap Ganja

“Sampah yang baru saja dipungut ini adalah akibat orang lain yang membuang sampah di kali dan drainase. Yang akhirnya masuk ke laut,” jelasnya.

Diakui, dengan berkembangnya kota ini, tidak terhindar dari masalah sampah. Bagaimana dengan pemerintah kota Jayapura. “Saya pikir perlu adanya regulasi yang dibicarakan dirancang serius soal lingkungan dan sampah. Untuk diperhatikan bersama,” beber Albert.

Ia setuju harus ikut bertanggungjawab dan tidak  hanya mengambil keuntungan saja.  “Fenomena, orang beli kemasan. Setelah habis lalu dibuang. Padahal  ada nilai ekonomis yang bisa diolah. Soal ini, saya terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Juga mengenai edukasi mulai tingkat dasar. Oleh sebab itu, pemerintah wajwajib menyediakan sarana prasaran,”tegasnya.

Baca Juga :  Freeport Indonesia Bangun Jembatan Hubungkan Kampung Banti 2 dan Banti 1

Dikatakan, perlu keterlibatan semua unsur mulai dari adat, kampung, pemerintah kota, komunitas serta peran serta tokoh agama. “Saya pikir, setidaknya mengingatkan umat melalui kotbah. Pesannya, alam ini telah memberi kita laut, sungai di dalamnya da biota yang memberi kita makan,” tutupnya. (ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Yang disoroti para pegiat lingkungan adalah para perusahaan ini kerap mengalihkan beban pengelolaan sampah kepada konsumen tanpa mengambil langkah kongkrit untuk mengurangi sampah plastic yang dihasilkan. Senada dengan itu menurut koordinator GAHARU Papua, Stenly Waita bahwa pihaknya berharap pihak perusahaan mengambil tanggungjawab itu.

“Diperlukan peran serta semua unsur dalam menangani sampah dan menjaga lingkungan di pesisir pantai. Dampak limbah plastik terhadap ekosistem di dalam laut jelas merugikan. Martha Sibi yang juga terlibat menyampaikan bahwa kegiatan pembersihan pantai ini bagus untuk edukasi.

“Banyak anak-anak kena malaria dan tidak lepas dari banyaknya sampah di kampung,” imbuhnya.

Sementara Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR) Papua, Albert Meraudje yang ikut dalam kegiatan tersebut mengatakan, bahwa apa yang dilakukan pemuda-pemudi lintas komunitas ini merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap ancaman sampah bagi keberlangsungan hidup masyarakat sekitar.

Baca Juga :  "Kami Ingin Pulang Tapi Takut"

“Sampah yang baru saja dipungut ini adalah akibat orang lain yang membuang sampah di kali dan drainase. Yang akhirnya masuk ke laut,” jelasnya.

Diakui, dengan berkembangnya kota ini, tidak terhindar dari masalah sampah. Bagaimana dengan pemerintah kota Jayapura. “Saya pikir perlu adanya regulasi yang dibicarakan dirancang serius soal lingkungan dan sampah. Untuk diperhatikan bersama,” beber Albert.

Ia setuju harus ikut bertanggungjawab dan tidak  hanya mengambil keuntungan saja.  “Fenomena, orang beli kemasan. Setelah habis lalu dibuang. Padahal  ada nilai ekonomis yang bisa diolah. Soal ini, saya terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Juga mengenai edukasi mulai tingkat dasar. Oleh sebab itu, pemerintah wajwajib menyediakan sarana prasaran,”tegasnya.

Baca Juga :  Frans Pekey: Penting Untuk Penguatan Lembaga Adat 

Dikatakan, perlu keterlibatan semua unsur mulai dari adat, kampung, pemerintah kota, komunitas serta peran serta tokoh agama. “Saya pikir, setidaknya mengingatkan umat melalui kotbah. Pesannya, alam ini telah memberi kita laut, sungai di dalamnya da biota yang memberi kita makan,” tutupnya. (ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya