JAYAPURA – Gubernur Papua, M Ridwan Rumasukun menyebut, membicarakan Papua sebagai sebuah wilayah administrasi merupakan sesuatu yang biasa saja. Namun Ketika dikontekstualisasi pada keragaman etnis yang dimiliki, aneka warna kearifan yang dipraktekkan oleh masyarakatnya, maka menunjukkan suatu mozaik yang rumit namun indah.
“Karena keragaman bukan hanya kata-kata, melainkan sebuah realitas hidup yang dinamis, dan setiap hari dirayakan sebagai sebuah anugerah kehidupan,” ucap Ridwan pada acara Seminar Internasional Agama, Moderasi dan Multikulturalisme Institut Agama Islam Negeri Fattahul Muluk Papua bekerjasama dengan University Kebangsaan Malaysia.
Menurut Gubernur, banyak filosofi kehidupan masyarakat Papua yang terus dipraktekkan dalam keseharian penduduk, yang kemudian telah menjadi rule model bagi pemerintah bagaimana menata hubungan sesama yang berbeda. Baik etnis, agama maupun pilihan politik.
“Secara structural misalnya dapat di lihat dalam mekanisme noken, sebagai model ideal dalam menentukan perwakilan-perwakilan suatu kelompok dalam sistem pemerintahan. Atau dalam perspektif kultural, semisal filosofi satu tungku tiga batu yang juga telah di adopsi oleh pemerintahan dalam mengatur hubungan antara pemerintah, adat dan agama,” bebernya.