Friday, September 20, 2024
23.7 C
Jayapura

Kurangi Sampah, Masyarakat Manfaatkan Bambu

JAYAPURA – Tak hanya kawasan teluk Youtefa saja yang dipenuhi sampah, daerah utara Jayapura yakni Kampung kayo batu juga dipenuhi oleh sampah.

Oleh sebab itu  Menanggapi masalah itu warga pesisir kota Jayapura, tempatnya di kampung Kayo Batu, berinisiatif membuat sebuah tempat  penahanan sampah laut dari kumpulan bambu yang dinamakan Bambu Skam.

Ketua Bambu Skam sekaligus tokoh Adat, Nikolas mengatakan bahwa, pihaknya berkerjasama dengan Yayasan Pelayanan Papua Nenda (Yappenda) berupaya menangani sampah dengan manfaatkan kumpulan bambu.

Nikolas mengaku tidak tahu sampah yang ada di kampung Kayo batu itu sumbernya dari mana. Padahal masyarakatnyatidak membuang sampah sembarang tempat.

“Padahal masyarakat adat setempat itu tidak membuang sampah di laut, kami biasa itu di kantong plastik, kemudian ke tong sampah nanti petugas yang ambil dan buang, itu setiap hari,” kata Nikolas kepada Cenderawasih Pos, Minggu (7/7) kemarin.

Tetapi melihat kondisi ini kata Nikolas, sangat memprihatikan. Kita masyarakat adat setempat merasa tidak nyaman dengan kondisi seperti ini. Walau bagaimanapun juga Ia dan masyarakat adat setempat dan dibantu oleh Yappenda saat ini sedang berusaha paling tidak mengurangi masuknya sampah ke kampung itu.

Baca Juga :  Masyarakat Bisa Ajukan ke Pemerintahan Kampung

Dengan keberadaan sampah sebanyak itu, pihaknya berinisiatif untuk membangun tempat penanda yang terbuat dari kumpulan bambu (Bambu Skam). Ia berharap dengan adanya kumpulan bambu itu paling tidak sampah yang masuk itu bisa kurang sehingga tidak terjadi penumpukan.

“Paling tidak mengurangilah sampah yang masuk, sebab kalau dia masuknya full maka akan terjadi lautan sampah,” jelasnya.

“Kita tidak bisa melihat air seperti dulu air itu bersih-bersih pemandangannya bagus sekali, tetapi sekarang itu luar biasa banyak sekali sampah,” tambahnya.

Dia mengatakan ini adalah sebuah percobaan setelah pihaknya berdiskusi dengan Yappenda untuk berupaya mengurangi sampah di tempat itu dengan mengunakan bambu skam. Dia berharap cara ini bisa efektif, tidak untuk menghilangkan sampah tetapi untuk mengurangi sampah yang masuk.

“Supaya sedikit mengurangi, memang tidak sama sekali menghalangi sampah masuk. Tetapi Paling tidak mengurangi, sebagian besar tertahan diluar, ada yang memang karena bambu, ada yang lurus ada yang bengkok,” ungkapnya.

Adapun hasil dari usaha masyarakat itu yakni bisa melihat kembali lautan yang tidak tutup lagi dengan sampah yang begitu banyak.

Baca Juga :  Sekda Frans Pekey Pasang Badan Kawal Pengangkatan Honorer

Nikolas menyebutkan bambu yang  dibutuhkan pihaknya untuk membangun itu kurang lebih ratusan bambu yang digunakan.

“Memang butuh bambu banyak, sesuai dengan panjang kampung itu 700 meter,” ujarnya.

Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat kota Jayapura untuk tidak membuang sampah sembarang tempat. Karena menurutnya yang menjadi korban dari perbuatannya itu adalah masyarakat adat yang tinggal di pesisir.

Lanjut Nikolas, Sebelumnya masyarakat setempat, dibantu oleh beberapa komunitas pencinta lingkungan di kota Jayapura telah menanamkan 4000 pohon bakau di tempat itu.

Disampaikannya bahwa, berdasarkan informasi pemerintah dalam hal ini dinas lingkungan hidup delah berjanji akan memberikan bantuan kepada pihaknya untuk bersama-sama menangani sampah di wilayah itu.

Diketahui pembuatan Bambu ini merupakan pemikiran salah seorang anak muda di kampung Kayo Batu itu. Kemudian dibantu oleh masyarakat adat setempat dan beberapa komunitas pencinta lingkungan yang ada di Kota Jayapura. (kar/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Tak hanya kawasan teluk Youtefa saja yang dipenuhi sampah, daerah utara Jayapura yakni Kampung kayo batu juga dipenuhi oleh sampah.

Oleh sebab itu  Menanggapi masalah itu warga pesisir kota Jayapura, tempatnya di kampung Kayo Batu, berinisiatif membuat sebuah tempat  penahanan sampah laut dari kumpulan bambu yang dinamakan Bambu Skam.

Ketua Bambu Skam sekaligus tokoh Adat, Nikolas mengatakan bahwa, pihaknya berkerjasama dengan Yayasan Pelayanan Papua Nenda (Yappenda) berupaya menangani sampah dengan manfaatkan kumpulan bambu.

Nikolas mengaku tidak tahu sampah yang ada di kampung Kayo batu itu sumbernya dari mana. Padahal masyarakatnyatidak membuang sampah sembarang tempat.

“Padahal masyarakat adat setempat itu tidak membuang sampah di laut, kami biasa itu di kantong plastik, kemudian ke tong sampah nanti petugas yang ambil dan buang, itu setiap hari,” kata Nikolas kepada Cenderawasih Pos, Minggu (7/7) kemarin.

Tetapi melihat kondisi ini kata Nikolas, sangat memprihatikan. Kita masyarakat adat setempat merasa tidak nyaman dengan kondisi seperti ini. Walau bagaimanapun juga Ia dan masyarakat adat setempat dan dibantu oleh Yappenda saat ini sedang berusaha paling tidak mengurangi masuknya sampah ke kampung itu.

Baca Juga :  Warga Masuk ke Kota Jayapura Dipastikan Sehat

Dengan keberadaan sampah sebanyak itu, pihaknya berinisiatif untuk membangun tempat penanda yang terbuat dari kumpulan bambu (Bambu Skam). Ia berharap dengan adanya kumpulan bambu itu paling tidak sampah yang masuk itu bisa kurang sehingga tidak terjadi penumpukan.

“Paling tidak mengurangilah sampah yang masuk, sebab kalau dia masuknya full maka akan terjadi lautan sampah,” jelasnya.

“Kita tidak bisa melihat air seperti dulu air itu bersih-bersih pemandangannya bagus sekali, tetapi sekarang itu luar biasa banyak sekali sampah,” tambahnya.

Dia mengatakan ini adalah sebuah percobaan setelah pihaknya berdiskusi dengan Yappenda untuk berupaya mengurangi sampah di tempat itu dengan mengunakan bambu skam. Dia berharap cara ini bisa efektif, tidak untuk menghilangkan sampah tetapi untuk mengurangi sampah yang masuk.

“Supaya sedikit mengurangi, memang tidak sama sekali menghalangi sampah masuk. Tetapi Paling tidak mengurangi, sebagian besar tertahan diluar, ada yang memang karena bambu, ada yang lurus ada yang bengkok,” ungkapnya.

Adapun hasil dari usaha masyarakat itu yakni bisa melihat kembali lautan yang tidak tutup lagi dengan sampah yang begitu banyak.

Baca Juga :  Gelar Donor Darah Sekaligus Eduksi Corona

Nikolas menyebutkan bambu yang  dibutuhkan pihaknya untuk membangun itu kurang lebih ratusan bambu yang digunakan.

“Memang butuh bambu banyak, sesuai dengan panjang kampung itu 700 meter,” ujarnya.

Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat kota Jayapura untuk tidak membuang sampah sembarang tempat. Karena menurutnya yang menjadi korban dari perbuatannya itu adalah masyarakat adat yang tinggal di pesisir.

Lanjut Nikolas, Sebelumnya masyarakat setempat, dibantu oleh beberapa komunitas pencinta lingkungan di kota Jayapura telah menanamkan 4000 pohon bakau di tempat itu.

Disampaikannya bahwa, berdasarkan informasi pemerintah dalam hal ini dinas lingkungan hidup delah berjanji akan memberikan bantuan kepada pihaknya untuk bersama-sama menangani sampah di wilayah itu.

Diketahui pembuatan Bambu ini merupakan pemikiran salah seorang anak muda di kampung Kayo Batu itu. Kemudian dibantu oleh masyarakat adat setempat dan beberapa komunitas pencinta lingkungan yang ada di Kota Jayapura. (kar/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya