JAYAPURA -Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) wilayah Papua, Jumat (5/7) menggelar kegiatan diversifikasi pangan lokal di lobi kantor Kawasan Kerja BRIN. Kegiatan itu merupakan upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.
Diketahui kegiatan tersebut di inisiasi oleh tiga penelitian BRIN yakni Yola Nanlohy, Sarah Kailuhu dan Mariana Ondikleo.
Yola Nanlohy, salah satu dari penelitian BRIN tersebut mengatakan Diversifikasi pangan lokal akan menjadi peluang penting untuk mempromosikan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Diversifikasi juga dapat meningkatkan ketahanan pangan suatu wilayah dengan mengurangi risiko kekurangan pasokan akibat perubahan iklim atau krisis global.
Yola mengatakan sumber daya genetik tanaman lokal dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan tertentu.
“Pangan lokal asli Papua memiliki nilai gizi tinggi dan sangat cocok untuk preferensi diet lokal. Tak heran, jika sumber daya genetik tanaman lokal dapat berkontribusi meningkatkan ketahanan dan stabilitas pertanian,” kata Yola Kepada Cenderawasih Pos, Jumat (3/7) kemarin.
Dalam kegiatan itu Yola dan teman-temannya membuat produk olahan berupa sirup dari Tomi-tomi, buah lokal Papua yang saat ini cukup jarang dijumpai di pasar-pasar lokal di Jayapura. Buah Tomi-tomi, atau Flaucortia inermis L. dari famili Salicaceae dikenal juga dengan nama lobi-lobi di Sumatera, dan patoko plum di Filipina.
Tumbuhan ini Kata Yola, secara alami tersebar di berbagai daerah seperti, Papua, Maluku, seluruh Indonesia , Thailand, Malaysia, sampai dengan Filipina dan Malaysia (Plants of the World Online, 2024).
“Buah tomi-tomi berbentuk bulat, berdaging, berkulit merah dengan rasa asam menyegarkan dan biasanya tersusun dalam rangkaian atau tunggal menempel pada ranting-ranting pohonnya,” jelasnya.
Ia menambahkan, di Maluku tomi-tomi sering dimanfaatkan dimakan mentah dan juga pemberi rasa asam segar pada masakan, dan bahan selai atau manisan.
Sementara di Papua, buah ini dapat dijumpai di pasar lokal dan sering dimakan segar tanpa diproses. Diketahui ujicoba pembuatan produk olahan tomi-tomi ini awalnya digagas oleh Julanda Noya dan Sarah Yuliana, keduanya merupakan anggota Kelompok Riset Ekologi Papua, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN.
Gagasan itu timbul dari pengetahuan akan beragamnya buah lokal dan buah hutan dari Papua yang berpotensi untuk dimanfaatkan, dan juga adanya keinginan untuk meningkatkan nilai buah lokal.
Kepada Cenderawasih Pos Julanda mengatakan, Buah lokal sangat berpeluang untuk dimanfaatkan dari sekedar buah yang bisa dimakan menjadi bentuk lainnya guna menambah jangka waktu pemanfaatan dan penyimpanan, serta menambah nilai jual.