Dia mengatakan bahwa, dirinya belum percaya dengan virus tersebut dikarenakan informasinya masih simpang siur, belum ada kepastian. “Cuman virus itu muncul atau tidak, informasinya simpang siur, kitong juga tidak tau kepastian,” ujarnya.
Ia juga mempertanyakan terkait dengan kematian puluhan hewan babi di Sentani itu. Kalau memang nanti itu betul adanya, pasti akan berdampak pada penjual dan peternakan babi.
“Kita penjual pasti terdampak, apalagi pemilik ternak babi pasti lebih berdampak lagi, karena makanan babi sekarang serba beli, takutnya penyebaran virus tersebut lewati itu,” ungkapnya.
Geisler memang merasakan sepi pembeli setelah Virus itu muncul di Kabupaten Jayapura, padahal sebelum virus itu ada jualannya cukup ramai pembeli tiap harinya. Tetapi kata Geisler, harga daging di pedagang dan hewan Babi di peternakan tidak berpengaruh.
Sebelumnya beberapa waktu yang lalu, menurut Geisler, ada pegawai dinas peternakan datang dan sedikit memberikan imbauan terkait dengan pembelian daging babi dari peternakan.
“Pernah orang Dinas peternakan dari provinsi datang ke pasar, dia hanya pesan bahwa kalau ada babi mati tidak boleh beli, harus dikubur sendiri oleh pedagang,” jelasnya.
Disaat seperti ini kata Dia, penting Rumah Pemotongan Hewan (RPH), sebagai tempat untuk merehabilitasi hewan-hewan yang diindikasikan terjangkit virus sebelum dilakukan pemotongan. Sementara itu RPH yang berlokasi di Kampung Yoka sudah tidak berfungsi lagi. Ia pun mengharapkan pemerintah untuk memperbaiki dan mengaktifkan kembali RPH tersebut untuk mengantisipasi tersebarnya virus pada ternak terkhususnya pada babi.
“Virus inikan masi pro-kontra di masyarakat, ada yang percaya dan ada juga yang tidak percaya, ada yang tau ada juga yang tidak,” pungkasnya. (kar/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos