“Hari ini ada tim dari Kemendagri datang untuk melihat langsung dan selanjutnya akan melaporkan ke ketua OC di Jakarta, Ibu Tito, dari pantauan latihan hari ini persiapannya sudah mendekati 70 sampai 80%,” kata Yohanes Walilo, Rabu (3/7).
Sehubungan dengan persiapan bagi para penari kolosal itu, udah berapa waktu ke depan akan dilaksanakan tiga kali lagi gladi kotor. Karena itu dia berharap supaya persiapan terus dimantapkan dan dipastikan 2000 anak yang sudah mengikuti latihan itu supaya Harus ditampilkan pada hari H pelaksanaan kegiatan itu. Kata dia, 2000 peserta ini berasal dari kabupaten Jayapura dan kota Jayapura dengan pembagian masing-masing 1000 orang anak.
“Kami sudah sampaikan ke pelatih kalau bisa, durasi lagunya itu kan ada ruang kosong, kalau bisa tidak boleh putus. Lalu gerakannya ada juga yang tidak sama, masih ada waktu pelatih untuk bisa perbaiki,” ungkapnya.
Dia menambahkan pada hari H pelaksanaan 2000 anak yang terlibat dalam tarian kolosal ini hanya ditampilkan dalam kurun waktu 7 menit. Karena seluruh acara itu durasinya hanya satu jam 40 menit.
Sementara itu salah satu sekolah yang disambangi Cenderawasih pada, Selasa (2/7) ialah SMPN 9 Jayapura. Sekolah itu merupakan salah satu sekolah yang mengambil bagian dalam kegiatan tersebut.
Kepala SMPN 9 Jayapura, Anggoro Subiakto, S.Pd menyampaikan bahwa Penjabat walikota Jayapura telah mempercayai kita SMPN 9 Jayapura untuk mengambil bagian dari kegiatan itu.
“Sekolah kita juga sebagai pusat latihan. Ada empat sekolah yang latihan disini, yaitu SMPN 5, SMPN 3, SMP 9 Jayapura dan juga SMP Taruna Mulia kita empat sekolah latihan disini,” kata Anggoro, kepada Cenderawasih Pos Selasa (2/7).
Sementara itu pelatih tarian Kolosal, Berlian G Aitwan menyebutkan, tarian kolosal yang Ia ajarkan untuk pelajar itu diambil dari wilayah adat di Papua diantaranya, Saireri (dari Biak), Tabi, Asmat, Sentani, dan Mimika.
Berlian mengatakan tantangan sebagai pelatih menari kolosal cukup besar. Karena ada yang sudah paham menari, ada yang belum, bahkan ada yang mulai dari nol.
“Ini menjadi suatu tantangan bagi kita, belajar bukan penari yang sudah jadi, malah ini SD dan SMP yang karakternya berbeda-beda sehingga kita perlu di bentuk lagi mulai dari nol,” jelasnya Kepada Cenderawasih Pos, Rabu (3/7) kemarin.(fia/roy/kar/wen)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos