Sunday, July 7, 2024
27.7 C
Jayapura

Desa Tangguh Bencana, Siapkan Masyarakat Lebih Responsif Hadapi Bencana

JAYAPURA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyebut berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia Tahun 2021, seluruh Wilayah Indonesia berada dalam tingkat rawan bahaya sedang dan tinggi.

Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BNPB, Melissa Aprilia, menyebut ini menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi sebagai upaya pengurangan risiko bencana menjadi upaya yang mutlak dilakukan terutama pada fase pra bencana.

“Merujuk pada komitmen dari SFDRR 2015 – 2030, pengarustamaan PRB yang disinergikan pada semua lini sektor, tidak hanya ditujukan untuk mengurangi jumlah korban, kerusakan ataupun kerugian secara ekonomi, namun sebagai bentuk investasi untuk meningkatkan resiliensi terhadap ancaman bencana dimasa mendatang,” ucap Melissa kepada Cenderawasih Pos.

Dengan demikian kata Melissa, para fasilitator kabupaten/kota (Fasda) dan fasilitator desa/kelurahan (Fasdes) yang telah dilatih selama ini merupakan aset bagi pemerintah daerah dan desa/kelurahan.

“Pemerintah daerah dan desa untuk terus memberdayakan fasilitator ini, memberi mereka peran aktif dalam berbagai aktiftas penanggulangan bencana, terutama di masa pra bencana. Mereka dapat menjadi penggerak utama dalam melatih masyarakat, mengkoordinasikan upaya pengurangan risiko bencana, dan memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil berbasis pada pengetahuan yang memadai,” ucapnya.

Baca Juga :  Tiba di Kantor Gubernur, Wapres Temui Para Tokoh

Sementara itu, Sekretaris BPBD Papua, Barkah Wisnu Raditya, mengatakan desa tangguh bencana merujuk pada sebuah konsep atau pendekatan dalam pengelolaan bencana di tingkat lokal, khususnya di desa atau masyarakat pedesaan.

“Konsep ini bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat secara lebih baik dalam menghadapi dan mengurangi dampak bencana alam atau bencana lainnya yang mungkin terjadi,” ucap Raditya.

Menurutnya, ada beberapa ciri atau karakteristik dari desa tangguh bencana diantaranya pemetaan resiko bencana. Dimana Desa Tangguh Bencana melakukan pemetaan dan analisis risiko bencana secara sistematis.

Ada juga perencanaan darurat, dimana desa ini memiliki rencana darurat yang terstruktur dan terorganisir dengan baik. Termasuk  penguatan kapasitas masyarakat dimana Desa Tangguh Bencana aktif melibatkan masyarakat dalam pelatihan dan pembangunan kapasitas.

Baca Juga :  Polisi Temukan Tiga Korban Hilang Pasca Kerusuhan

“Ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam menghadapi bencana, termasuk keterampilan pertolongan pertama, evakuasi, dan manajemen logistik,” ujarnya.

Dengan menerapkan konsep Desa Tangguh Bencana, diharapkan bahwa masyarakat dapat lebih siap menghadapi bencana, lebih cepat dalam merespons, dan lebih mampu memulihkan diri setelah bencana terjadi.

“Khususnya masyarakat di Papua masih dibutuhkan pendampingan secara simultan, sehingga diharapkan dapat benar-benar mandiri, siap, tangguh dalam menghadapi bencana yang terjadi,” ucapnya.

Sekedar diketahui, digelar kegiatan lokakarya pengakhiran fasilitas penguatan ketangguhan masyarakat wilayah 2, di Jayapura, Selasa (2/7). (fia/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyebut berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia Tahun 2021, seluruh Wilayah Indonesia berada dalam tingkat rawan bahaya sedang dan tinggi.

Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BNPB, Melissa Aprilia, menyebut ini menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi sebagai upaya pengurangan risiko bencana menjadi upaya yang mutlak dilakukan terutama pada fase pra bencana.

“Merujuk pada komitmen dari SFDRR 2015 – 2030, pengarustamaan PRB yang disinergikan pada semua lini sektor, tidak hanya ditujukan untuk mengurangi jumlah korban, kerusakan ataupun kerugian secara ekonomi, namun sebagai bentuk investasi untuk meningkatkan resiliensi terhadap ancaman bencana dimasa mendatang,” ucap Melissa kepada Cenderawasih Pos.

Dengan demikian kata Melissa, para fasilitator kabupaten/kota (Fasda) dan fasilitator desa/kelurahan (Fasdes) yang telah dilatih selama ini merupakan aset bagi pemerintah daerah dan desa/kelurahan.

“Pemerintah daerah dan desa untuk terus memberdayakan fasilitator ini, memberi mereka peran aktif dalam berbagai aktiftas penanggulangan bencana, terutama di masa pra bencana. Mereka dapat menjadi penggerak utama dalam melatih masyarakat, mengkoordinasikan upaya pengurangan risiko bencana, dan memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil berbasis pada pengetahuan yang memadai,” ucapnya.

Baca Juga :  Tokoh Agama Sentral dan Penggerak Bagi Seluruh Masyarakat

Sementara itu, Sekretaris BPBD Papua, Barkah Wisnu Raditya, mengatakan desa tangguh bencana merujuk pada sebuah konsep atau pendekatan dalam pengelolaan bencana di tingkat lokal, khususnya di desa atau masyarakat pedesaan.

“Konsep ini bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat secara lebih baik dalam menghadapi dan mengurangi dampak bencana alam atau bencana lainnya yang mungkin terjadi,” ucap Raditya.

Menurutnya, ada beberapa ciri atau karakteristik dari desa tangguh bencana diantaranya pemetaan resiko bencana. Dimana Desa Tangguh Bencana melakukan pemetaan dan analisis risiko bencana secara sistematis.

Ada juga perencanaan darurat, dimana desa ini memiliki rencana darurat yang terstruktur dan terorganisir dengan baik. Termasuk  penguatan kapasitas masyarakat dimana Desa Tangguh Bencana aktif melibatkan masyarakat dalam pelatihan dan pembangunan kapasitas.

Baca Juga :  Kunjungan ke Distrik Apawer Hulu Akan Dijadwalkan Ulang

“Ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam menghadapi bencana, termasuk keterampilan pertolongan pertama, evakuasi, dan manajemen logistik,” ujarnya.

Dengan menerapkan konsep Desa Tangguh Bencana, diharapkan bahwa masyarakat dapat lebih siap menghadapi bencana, lebih cepat dalam merespons, dan lebih mampu memulihkan diri setelah bencana terjadi.

“Khususnya masyarakat di Papua masih dibutuhkan pendampingan secara simultan, sehingga diharapkan dapat benar-benar mandiri, siap, tangguh dalam menghadapi bencana yang terjadi,” ucapnya.

Sekedar diketahui, digelar kegiatan lokakarya pengakhiran fasilitas penguatan ketangguhan masyarakat wilayah 2, di Jayapura, Selasa (2/7). (fia/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya