Dijelaskan, Sekolah Rakyat adalah upaya awal. Sekolah ini tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga membekali anak-anak dengan keterampilan hidup, dengan budi pekerti dan dengan semangat kebersamaan.
“Saya harap seluruh stakeholder bergandengan tangan, baik pemerintah, masyarakat, orang tua, tokoh agama, tokoh adat dan dunia usaha untuk bersama-sama mendukung program ini. Karena hanya kerja bersama, maka cita-cita memutus rantai kemiskinan di tanah Papua dapat terwujud,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah Rakyat Skema Rintisan 1C Provinsi Papua, Abigael Kalami menambahkan, Sekolah Rakyat skema rintisan 1C sifatnya terintegrasi, dimana ada 1 kepala sekolah namun ada dua jenjang sekolah yakni SD dan SMP.
Di mana jumlah pelajar SD sebanyak 50 orang dan SMP 50 orang. Masing-masing rombongan belajar berjumlah 25 orang. Dalam MPLS ini, ada materi pemeriksaan kesehatan gratis, materi PBB, pengenalan diri dan materi lainnya.
Soal guru, diakui Abigael, masih kurang. Sebab, saat ini untuk SD baru 1 guru saja, padahal setidaknya harus ada 4 guru yang dibutuhkan. Kemudian guru SMP contoh untuk Bahasa Indonesia dan agama juga belum ada, juga belum ada guru agama Kristen karena mayoritas siswa beragama Kristen. “Kami juga sudah menyurat untuk mengatasi kekurangan guru ini,” imbuhnya.