Site icon Cenderawasih Pos

Kurang Guru, Murid SLB Terpaksa Dicampur

Akfititas belajar di SLB Negeri 1 Kotaraja. Akibat keterbatasan tenaga guru, murid dari berbagai jenis keterbatasan, terpaksa bercampur saat belajar di sekolah. (foto:Jimi/Cepos)

JAYAPURA-Dua Sekolah Luar Biasa (SLB) binaan Dinas Provinsi Papua di Kota Jayapura menghadapi kendala serius akibat kekurangan guru untuk anak-anak difabel. Minimnya jumlah tenaga didik di kedua sekolah tersebut membuat banyak guru mengalami kesulitan dalam mengajar. Masalah itu dialami SLB N Pembina Provinsi Papua, dan SLB N l Jayapura.

   Wakil Kepala sekolah (Wakasek) SLB Negeri Pembina Provinsi Papua, Sunarty, menyampaikan bahwa keterbatasan jumlah dan kualitas guru sangat berpengaruh, sementara anak difabel di sekolah itu ada berbagai macam keterbatasan.

  “Kalau sesuai dengan ketunaan, itu tidak masuk, karena itu sudah bercampur-campur, seharusnya itu dibedakan, tetapi kenapa digabungkan karena gurunya kurang,” kata Sunarty kepada Cenderawasih Pos, Selasa (25/6).

   Seharusnya kata Sunarty, satu guru lima anak, sementara saat ini prakteknya di sekolah satu guru harus menangani 7-12 murid, itupun bercampur dengan anak-anak berbagai kebutuhan. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian serius untuk mencari solusi atas masalah itu. Ia menyebut anak-anak difabel juga berhak untuk mendapatkan pendidikan dan perhatian dari pemerintah, untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan sekolah normal.

   “Mereka juga berhak untuk mendapatkan pendidikan dan perhatian dari pemerintah, untuk mendapatkan pendidikan yang setara dan layak seperti sekolah pada umumnya, itu ada aturannya,” tegasnya.

  Dia menjelaskan bahwa kekurangan guru di SLB di Papua, disebabkan belum adanya universitas di Papua yang memiliki program studi Pendidikan Luar Biasa (PLB). Hal ini memaksa guru yang ingin mengambil ijazah PLB harus menimba ilmu ke luar wilayah Papua.

  Tidak hanya di SLB N Pembina Provinsi Papua, hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua PPDB SLB N-1 Jayapura, Tirza Fien Gagola, MM. Dia mengatakan pihaknya saat ini mengalami kendala yang sama dengan kekurangan guru dibidang itu sementara persentase siswa difabel cukup lumayan banyak dari berbagai keterbatasan.

  Seharusnya kata Tirza, yang lebih idealnya adalah masing-masing guru memegang tiap kebutuhan khusus yang dimiliki siswanya dan tidak campur. Tetapi kenyataannya selama ini kata Dia, guru harus bisa memenuhi semua kebutuhan khusus yang dimiliki siswa, tanpa terkecuali.

   Ia meminta pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi kekurangan guru ini. Menurutnya, pemerintah harus menjalin kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi yang ada di Papua seperti Universitas Negeri Cenderawasih (Uncen) untuk kuliah bagi guru yang ingin mengambil sarjana Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan kampus lainnya di Kota Jayapura.

   Dia menekankan bahwa memilih guru untuk SLB bukanlah hal yang mudah seperti di sekolah biasa. SLB, yang sesuai artinya Sekolah Luar Biasa, menuntut kualitas guru, murid, sarana prasarana, dan dukungan orang tua yang luar biasa. “Ini adalah tantangan yang terus kita hadapi ke depan,” ujarnya. (kar/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version