TIMIKA – Kantor Seksi Logistik yang menangani distribusi beras di Timika memastikan stok beras cukup untuk kebutuhan hingga akhir Tahun 2023. Bukan hanya untuk Kabupaten Mimika tapi juga untuk Kabupaten Puncak dan Nduga yang masuk dalam wilayah pelayanan Bulog Timika.
Kepala Kantor Bulog Timika, Riyadi Muslim yang ditemui Selasa (26/9/2023) mengatakan stok beras yang ada di gudang sekarang ada 1.900 ton dan yang dalam proses bongkar muat di pelabuhan sebanyak 1.500 ton. Bahkan akan dilakukan penambahan lagi sekitar 3 ribu ton.
Stok beras ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan beras jatah bagi ASN, TNI dan Polri tetapi juga untuk masyarakat umum. Untuk kebutuhan ASN, TNI dan Polri di tiga kabupaten yakni Mimika, Puncak dan Yahukimo sekitar 300 ton per bulan. Sisanya adalah untuk program beras sejahtera atau dulunya disebut raskin dan juga beras premium untuk dikomersilkan.
Riyadi mengatakan, menyikapi kenaikan harga sekarang ini, Bulog ditugaskan oleh pemerintah untuk melakukan stabilitasi harga dengan mendistribusikan beras SPHP atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan. Beras kualitas premium ini dijual dengan harga medium Rp 11.800 per kilogram sebagai harga eceran tertinggi atau per 5 kilogram Rp 59 ribu.
Selain itu, dalam tiga bulan ke depan, Bulog juga mendapat penugasan dari Badan Pangan Nasional untuk melakukan pembagian bantuan pangan kepada sedikitnya 15 ribu keluarga penerima di Mimika. “Jadi untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pokok mereka dan menurunkan permintaan terhadap pasar,” tegasnya.
Meski tidak lagi ditugaskan, Bulog juga masih menyediakan minyak goreng dengan harga yang murah. Hanya saja stoknya tersisa 30 ribu liter dengan harga Rp 17 ribu per liter. Sementara minyak kita yang jadi program pemerintah sudah dua bulan ini, Bulog Timika tidak mendapat pasokan seiring tingginya permintaan.
Sama halnya dengan gula. Bulog yang diberi penugasan terakhir Tahun 2019 lalu, namun masih menyediakan gula untuk stabilisasi harga. Saat ini stok menipis dan masih dengan harga yang belum mengalami kenaikan yakni Rp 705 ribu per sak. Sementara di pasar sudah naik hingga Rp 750 ribu per sak. “Kalau gula, karena bukan statusnya penugasan jadi kami ikuti harga pasar. Jadi kami belinya juga dengan harga yang sudah naik,” jelasnya.(ryu)