Curah Hujan Tinggi, Berpotensi Terjadi Bencana Alam
SENTANI- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika telah merilis akan terjadinya perubahan cuaca yang berdampak pada terjadinya bencana alam secara khusus di Kabupaten Jayapura pada tahun ini.
Menyikapi hal ini Pemerintah Kabupaten Jayapura dengan sejumlah stakeholder terkait telah melakukan rapat evaluasi, sebagai upaya persiapan dalam menangani atau menyikapi terjadinya potensi bencana alam yang sewaktu-waktu terjadi pada periode ke depan.
Berdasarkan gambaran umum dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika akan terjadi bahaya La Nina dengan curah hujan yang cukup tinggi beserta angin kencang yang terjadi di sejumlah wilayah termasuk di Kabupaten Jayapura.
Sekretaris BPBD kabupaten Jayapura, Leni Pasulu dalam rapat bersama dengan unsur lainnya di Kantor Bupati Jayapura Rabu (12/10) mengatakan, kondisi cuaca La Nina sudah diprediksi selama berturut-turut 3 tahun belakangan ini. Tahun ini Kabupaten Jayapura ada dalam tahun ketiga untuk kondisi prediksi cuaca La Nina.
“Cuaca kita memang akan masuk di musim penghujan dan cuaca La Nina menyebabkan kondisi musim hujan itu akan terjadi sedikit lebih banyak dari biasanya,” kata Leni Pasulu, Rabu (12/10).
Secara umum dalam prediksi dan catatan yang dirilis oleh pihak BMKG, curah hujan tinggi dimulai sejak September 2022 sampai April 2023 pada masuk dalam periode musim hujan dan puncaknya nanti akan terjadi pada Januari sampai Maret 2023.”Adanya La Nina ini akan meningkatkan curah hujan dari yang biasanya,”ujarnya.
Dia mengatakan, curah hujan tinggi ini akan berpotensi terjadinya bencana hidrometeorologis, seperti banjir dan tanah longsor.
Sementara itu sebelumnya BPBD juga merilis bahwa Kawasan Kota Sentani merupakan kawasan yang rawan bencana alam karena berada di bawah sejumlah daerah aliran sungai yang dimuntahkan langsung dari kawasan pegunungan Cycloop. Kondisi ini juga diperburuk dengan aktivitas oknum masyarakat di kawasan penyangga Pegunungan Cycloop yang sampai saat ini masih kerap melakukan aktivitas perambahan hutan untuk membuka perkebunan.
Bukan tidak mungkin ketika banyaknya luasan kawasan penyangga yang digarap menjadi lahan pertanian tentunya banyak pohon yang ditebang di daerah hulu. Ini akan berpotensi meningkatkan terjadinya bencana banjir bandang seperti yang terjadi pada Maret 2019 lalu. (roy/ary).