Saturday, March 15, 2025
25.7 C
Jayapura

Filosofofi Noken Sangat Dibutuhkan Indonesia dan Dunia

Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE, M.Si ketika dikalungkan Noken oleh salah satu tokoh adat  di Kampung Kwadeware, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura dalam kegiatan launching Menoken di Bukit Yotoro, Kamis (11/3). ( FOTO:Robert MboiK Cepos)

SENTANI-Kehidupan sosial orang Papua mengambil filosofi Noken. Noken adalah tas yang pembuatannya dilakukan dengan cara dirajut dan dibalik itu mengandung makna tentang keterbukaan atau transparan serta kesuburan.

Berdasarkan filosofi itulah, sejumlah komunitas yang ada di Papua mengadakan sebuah kegiatan dengan nama “Menoken di Tabi, dari Papua untuk Nusantara.

Kegiatan ini digagas oleh sejumlah komunitas.Tidak hanya dari Papua,  tapi juga dari luar Papua. Tujuannya adalah mengkampanyekan indahnya kebersamaan dan hidup berdamai sesuai filosofi Noken itu kepada masyarakat luas di seluruh pelosok Nusantara.

“Filosofofi Noken ini sangat dibutuhkan Indonesia bahkan dunia pada umumnya. Noken itu bukan saja sebagai tas, tapi sebenarnya ada filosofinya yakni perdamaian,”kata Ambrosius, salah satu penggagas kegiatan itu, ketika ditemui wartawan di Bukit Yotoro, Kampung Kwadeware, Kamis (11/3).

Baca Juga :  Target PAD Tercapai 51,01  Persen

Menurutnya, sekarang ini banyak sekali konflik yang mengarah kepada perpecahan antara suku, agama dan ras di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Maka filosofi Noken inilah yang tepat untuk menjalin kembali kebersamaan dan kembali mempererat hubungan antara satu dengan yang lainnya tanpa harus membedakan suku, agama, ras atau golongan.

Noken merupakan filosofi  merajut   kebersamaan, menjadikan saudara antara satu dengan yang lain. “Filosofi Noken, nilai kebersamaan itu yang paling penting dan dibutuhkan oleh Indonesia bahkan dunia saat ini,”ungkap pria yang berasal dari Jogja itu.

Kegiatan itu juga dihadiri oleh Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE.M.Si. Bupati sangat mengapresiasi kegiatan tersebut.

“Satu pesan dari tempat ini adalah kita harus melindungi, kita harus menjaga dan memelihara dan mengembangkan,” kata Bupati Mathius.

Diungkapkan, ada sejumlah komunitas yang turut ambil bagian dalam kegiatan ini.  Dimana mereka yang  mempunyai kreasi, asli dan unik yang ada di Papua. Bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Sorong.

Baca Juga :  Usir Tukang Parkir Ilegal, Pemerintah Gandeng Polisi

“Mereka tergabung dalam berbagai komunitas. Ada yang bergerak di bidang lingkungan hidup.Misalnya, Charles Toto untuk makanan lokal Papua, ada juga yang bergerak di bidang kerajinan, sekolah adat, termasuk yang menjaga konservasi flora dan fauna,”ujarnya.

Ada istilah mereka ini adalah kumpulan orang orang gila. Gila karena mereka bekerja di tempat yang tidak biasanya orang suka. Kalau di situ sepi, tidak mendatangkan uang, tidak diminati.

“makanya kegiatan ini kita istilahkan  menoken, merajut sejumlah orang, kumpul di suatu tempat berbagi pengalaman, berbagi informasi, berbagi pengetahuan dan hari ini mereka lakukan di sini,”pungkasnya.(roy/tho)

Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE, M.Si ketika dikalungkan Noken oleh salah satu tokoh adat  di Kampung Kwadeware, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura dalam kegiatan launching Menoken di Bukit Yotoro, Kamis (11/3). ( FOTO:Robert MboiK Cepos)

SENTANI-Kehidupan sosial orang Papua mengambil filosofi Noken. Noken adalah tas yang pembuatannya dilakukan dengan cara dirajut dan dibalik itu mengandung makna tentang keterbukaan atau transparan serta kesuburan.

Berdasarkan filosofi itulah, sejumlah komunitas yang ada di Papua mengadakan sebuah kegiatan dengan nama “Menoken di Tabi, dari Papua untuk Nusantara.

Kegiatan ini digagas oleh sejumlah komunitas.Tidak hanya dari Papua,  tapi juga dari luar Papua. Tujuannya adalah mengkampanyekan indahnya kebersamaan dan hidup berdamai sesuai filosofi Noken itu kepada masyarakat luas di seluruh pelosok Nusantara.

“Filosofofi Noken ini sangat dibutuhkan Indonesia bahkan dunia pada umumnya. Noken itu bukan saja sebagai tas, tapi sebenarnya ada filosofinya yakni perdamaian,”kata Ambrosius, salah satu penggagas kegiatan itu, ketika ditemui wartawan di Bukit Yotoro, Kampung Kwadeware, Kamis (11/3).

Baca Juga :  Sabron Sari Dicanangkan jadi Kampung Sadar Kerukunan Antar Umat Beragama

Menurutnya, sekarang ini banyak sekali konflik yang mengarah kepada perpecahan antara suku, agama dan ras di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Maka filosofi Noken inilah yang tepat untuk menjalin kembali kebersamaan dan kembali mempererat hubungan antara satu dengan yang lainnya tanpa harus membedakan suku, agama, ras atau golongan.

Noken merupakan filosofi  merajut   kebersamaan, menjadikan saudara antara satu dengan yang lain. “Filosofi Noken, nilai kebersamaan itu yang paling penting dan dibutuhkan oleh Indonesia bahkan dunia saat ini,”ungkap pria yang berasal dari Jogja itu.

Kegiatan itu juga dihadiri oleh Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE.M.Si. Bupati sangat mengapresiasi kegiatan tersebut.

“Satu pesan dari tempat ini adalah kita harus melindungi, kita harus menjaga dan memelihara dan mengembangkan,” kata Bupati Mathius.

Diungkapkan, ada sejumlah komunitas yang turut ambil bagian dalam kegiatan ini.  Dimana mereka yang  mempunyai kreasi, asli dan unik yang ada di Papua. Bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Sorong.

Baca Juga :  Sudah 13 Tahun Jadi Pilot, Ingin Terbangkan Pesawat Berbadan Lebar

“Mereka tergabung dalam berbagai komunitas. Ada yang bergerak di bidang lingkungan hidup.Misalnya, Charles Toto untuk makanan lokal Papua, ada juga yang bergerak di bidang kerajinan, sekolah adat, termasuk yang menjaga konservasi flora dan fauna,”ujarnya.

Ada istilah mereka ini adalah kumpulan orang orang gila. Gila karena mereka bekerja di tempat yang tidak biasanya orang suka. Kalau di situ sepi, tidak mendatangkan uang, tidak diminati.

“makanya kegiatan ini kita istilahkan  menoken, merajut sejumlah orang, kumpul di suatu tempat berbagi pengalaman, berbagi informasi, berbagi pengetahuan dan hari ini mereka lakukan di sini,”pungkasnya.(roy/tho)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya