Sementara itu, salah satu dokter di Puskesmas Ilaga dr. Prasetya Kornelius Manurung yang juga terlibat dalam kegiatan pemeriksaan stunting menjelaskan bahwa stunting diartikan sebagai kekurangan gizi kronik yang berlangsung sangat lama, sehingga anak itu kerdil. Menurutnya, gejala tidak akan kelihatan, akan tetapi bisa dipantau dengan melihat dengan kondisi fisik bayi itu.
“Khusus di Kabupaten Puncak ini, stunting terjadi karena pernikahan dini dan ibu dibawah 17 tahun. Itu yang menyumbang stunting terbesar di Kabupaten Puncak. Itu karena rahim seorang ibu belum terbentuk secara sempurna, namun sudah dipaksa untuk mengandung, membuat anak itu stunting,” jelasnya.
Lanjutnya, kasus stunting di Puncak juga diakibatkan karena faktor pendidikan. Dimana pernikahan terlalu cepat, sehingga sang ibu tidak punya pemahaman yang baik, cara pola asuh bayi, sehingga anak terbentuk sejak 1000 hari kehidupan, tidak mendapatkan gizi dengan baik dan akhirnya anak terkena stunting.
“Kemudian juga keterbatasan faktor ekononi atau biaya. Sebab hampir rata-rata ibu-ibu ini putus sekolah atau tamatan SMP dan SMA, yang menikah, sehingga mereka tidak punya pendanaan untuk memenuhi gizi sang anak. Untuk diri sendiri saja harus meminta kepada orang tua, apalagi dia harus membiayai sang anak,”tuturnya.
Lanjut dr. Manurung, dalam program penanganan stunting di Kabupaten Puncak, khusus untuk tahun ini, semua progres sangat berjalan dengan baik terutama di satu tahun ini.
“Karena bukan hanya rapat-rapat saja, namun ada juga disertai dengan adanya tindakan aksi di lapangan, terutama Dinas Pemberdayaan dan juga Dinas kesehatan an PKK Kabupaten Puncak, untuk menyelesaikan kasus stunting di Kabupaten Puncak,” tutupnya.(Diskominfo Puncak/nat)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos