MERAUKE – Selain padi sebagai komoditi unggulan di bidang pertanian, Kabupaten Merauke harus memiliki produk komoditi lainnya di bidang perkebunan yang menjadi salah satu ciri khas Merauke. ‘’Kita Merauke harus punya komoditi unggulan di bidang perkebunan,’’ kata Anggota Komisi VI DPR RI Drs Sulaeman L. Hamzah saat membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) budidaya dan hilarisasi produk hasil perkebunan bagi petani perkebunan di Merauke, Kamis (27/10).
Menurutnya, komoditi unggulan ini perlu dilakukan sebagai salah satu branch atau merek bagi daerah. Salah satu komiditi tersebut adalah sagu.Dimana Indonesia merupakan urutan pertama terbesar memiliki sagu dengan jumlah 5,6 juta hektar dari total hutan sagu di dunia sebesar 6,5 juta hektar. Sementara di Papua, memiliki 4 juta hektar hutan sagu dan terbesar berada di Kabupaten Mappi.
‘’Kalau hutan sagu terbesar di Papua itu ada di Mappi. Cuma di sana belum ada pabrik sagunya. Kalau pabrik sagunya itu baru ada di Kabupaten Jayapura, Timika dan Merauke,’’ katanya. Lalu, kelapa dengan berbagai produk turunannya yang bisa dihasilkan. Untuk Merauke, kelapa terbesar berada di Distrik Okaba dengan luas sekitar 4.000 hektar dan berbagai komoditi pertanian lainnya.
Sementara terkait dengan Bimtek tersebut, Sulaeman L. Hamzah berharap, para peserta yang sekitar 70 persen dapat mengikuti dengan baik, sehingga ilmu dan kapasitas mereka bisa bertambah. Karena pihaknya menghadirkan ahlinya untuk memberikan materi. ‘’Kita programkan setiap tahunnya kita memberikan bimbingan tehnis seperti ini sehingga petani kita memiliki kapasitas yang semakin baik sehingga produk yang dihasilkan semakin meningkat untuk kesejahteraan keluarga,’’ katanya.
Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Drs Agustinus Joko Guritno, M.Si, saat membuka Bimtek atas nama bupati Merauke menyampaikan terima kasih kepada Anggota DPR Sulaeman L Hamzah dan Kementrian Pertanian yang melakukan kegiatan tersebut, sehingga masyarakat dari kampung-kampung dalam mengikutinya. ‘’Sehingga upaya-upaya mereka untuk dapat bertani dan berkebun dapat memiliki pengetahuan secara moderen.Kalau selama ini ditanam secara tradisional dan asalkan tumbuh, maka melalui bimbingan seperti ini tanaman tersebut tidak hanya tumbuh tapi berpoduksi secara maksimal sehingga memberikan hasil yang optimal pula,’’ jelasnya.
Dikatakan, selain soal budidaya yang terpentig juga harus dipikirkan adalah bagaimana pemasarannya. Karena sering yang dihadapi oleh para petani menyangkut pemasaran yang tidak ada membuat petani rugi dan tidak mau menanam lagi. ‘’Jadi soal pemasaran juga harus menjadi perhatian kita semua,’’ pungkasnya.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Papua Salmon Telenggen, SP, M.Si, menjelaskan bahwa pertanian merupakan salah satu barometer atau produk unggulan yang memberikan manfaat sebesar-besarnya saat terjadi pandemi Covid-19.
Apalagi diramal pada tahun 2023 mendatang situasi ekonomi dunia aklan kemasuki fase gelap, sehingga Salmon Telenggen berharapkan kepada sleuruh peserta untuk mengikutinya dengan baik agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk memajukan perkebunan di Papua khususnya Kabupaten Merauke. (ulo)