Gus Miftah: Penting Merawat Persatuan dan Menjalin Kebersamaan Ditengah Perbedaan
MERAUKE – Ribuan warga menghadiri halal bi halal yang digelar Pemerintah Kabupaten Merauke dengan menghadirkan Ustad kondang Gus Miftah di Lapangan Distrik Kurik, Merauke, Papua Selatan, Sabtu (25/05/2024). Masyarakat yang datang tersebut tidak hanya warga Distrik Kurik, tapi juga dari Distrik Malind, Tanah Miring, Semangga bahkan dari Kota Merauke.
Gus Miftah dalam tausiahnya, mengatakan, dalam konteks halal bi halal merupakan silaturahmi sebagai wahana menyambung kasih sayang. “Dengan silaturahmi akan dipanjangkan umurnya hingga dimudahkan rejekinya,” katanya.
Gus Miftah juga menekankan pentingnya merawat persatuan dan menjalin kebersamaan ditengah perbedaan. “Kita hidup di bumi yang sama, namun takdir yang berbeda.
“Kita perlu bersyukur, dengan keberagaman akan lahirkan budaya yang berbeda-beda dan semakin memperkaya khasanah bangsa,” katanya.
Menurutnya, semakin banyak suku di Indonesia maka akan semakin melahirkan banyak adat istiadat dan budaya yang berbeda-beda.
‘’Contoh budaya, saya orang Jogja diidentikan dengan blangkon. Kemudian orang Papua punya budaya sendiri yang dikenal masyarakat luar koteka dan ini memperkaya kasana budaha bangsa. Karena itu, kita tidak boleh menjelek-jelekan budaya orang lain. Jangan kita menganggap budaya kita lebih baik dari budaya orang lain. Kita harus menghargai budaya orang lain. Karena dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung tinggi,’’ katanya.
Dikatakan, setiap daerah di Indonesia memiliki karateristik masing-masing. Allah Takdirkan Jawa berbeda dengan Papua, baik secara budaya maupun warna kulit. Tujuannya untuk memperkaya khasana budaya Indoensia.
Soal agama, Gus Miftah mengatakan bahwa itu sudah diatur dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia dimana setiap warga negara telah diberikan hak untuk memilih agama sesuai dengan keyakinan masing-masing.
‘’Setiap warga negara telah diberi pilihan. Mau jadi Islam silakan. Islam datangnya dari Arab. Tapi ingat pesan Bung Karno. Jadilah orang Islam. Ambil Islamnya, mohon maaf jangan ikuti budayanya. Kamu boleh jadi orang Islam tapi jangan jadi orang Arab. Kamu boleh jadi orang Katolik tapi jangan jadi orang Italia. Kamu boleh jadi orang Hindu tapi jangan jadi orang India. Mengapa, karena kita dipersatuan di negara yang namanya Negara kesatuan Republik Indonesia,’’ tandasnya.
Sementara itu, Bupati Merauke Romanus Mbaraka, menyampaikan harapannya terkait dengan kegiatan tersebut untuk menambah wawasan keagamaan, memberikan motivasi, dan meningkatkan semangat keimanan masyarakat.
“Orang Merauke sudah mengikat hati dengan motto Izakod Bekai-Izakod Kai, orang Merauke bisa saling mengasihi,saling membantu dan menjaga kerukunan,” kata Romanus Mbaraka.
Orang Merauke, lanjut Romanus Mbaraka sangat luar biasa, karena bisa saling menghargai, saling menyayangi, saling mengasihi dan bisa saling membantu. Contoh kecil di Kurik, ungkap Romanus Mbaraka, saat banjir terjadi, para kepala kampung yang daerahnya tidak terendam banjir secara bergilir membantu masak dengan biaya sendiri untuk warga yang terdampak.
‘’Semua orang peduli. Itu dasyatnya orang Merauke. Tanam ini terus di pikiran dan hati biar kita jadi orang-orang yang sayang satu sama lain,’’ pungkasnya.
Dipenghujung tablig akbar bersama Gus Miftah, dilakukan penggalangan dana untuk korban bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Merauke.(ulo)