Friday, November 22, 2024
33.7 C
Jayapura

Banjir di Kurik Jadi Warning untuk Jaga Keseimbangan Alam  

MERAUKE– Kepala Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (BP3OKP)  Provinsi Papua Selatan Yoseph Yanawo Yolmen, S.Pd, M.Si, MRSC,  mengingatkan agar banjir yang terjadi di sejumlah tempat di Merauke, termasuk beberapa titik di Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua Selatan harus menjadi warning untuk tetap menjaga keseimbangan alam. 

    ‘’Banjir yang sudah terjadi sekiotar 2 minggu di Kurik dan beberapa lokasi di Merauke harus menjadi warning bagi kita untuk selalu menjaga keseimbangan alam,’’ kata Yoseph Yanawo Yolmen kepada wartawan di Merauke, Jumat (24/05/2024).  

Yoseph Yolmen menjelaskan bahwa banjir besar di Merauke pernah terjadi sekitar tahun 1985, ketika saat itu dirinya masih duduk di Kelas V SD. Banjir saat itu terjadi secara menyeluruh dan sata itu belum ada aktivitas apapun seperti yang terjadi sekarang.

‘’Itu artinya, banjir terjadi secara alami. Beda dengan kondisi sekarang yang sudah ada aktivitas terjadi. Baik dari perkebunan kelapa sawit dan kemudian aktivitas-aktivias dari masyarakat yang kemungkinan terjadi penebangan hutan secara liar. Oleh sebab itu dari BP3OKP menanggapi dan melihat bahwa ini harus ada tindakan preventif terhadap perlindungan hutan kedepan,’’ katanya.   

Baca Juga :  Kembali Dipalang, Ratusan Penghuni Lokalisasi Datangi Mapolres

 ‘’Segala aktivitas itu boleh ada tapi bagaimana kajian amdalnya. Ini sangat penting. Kartena dalam kajian Amdal yang baik itu benar-benar akan memberikan kajian ilmiah, sehingga dampak setiap aktivitas yang dilakukan jelas di sana. Bagaimana dampak terhadap masyarakatnya itu tergambar di sana dan itu yang harus dilakukan dan wajib dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan aktivitas di Papua Selatan,’’ lanjutnya. 

     Yoseph Yanawo Yolmen menjelaskan, Papua Selatan membutuhkan  investor untuk menanamkam modal mereka dalam rangka meningkatkan  pendapatan asli daerah (PAD) maupun penyerapan tenaga kerja di Papua Selatan. Sebab, dengan adanya peningkatan PAD tersebut dapat dikelola  pemerintah daerah untuk membangun fasilitas umum dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.  Namun aktivitas-aktivitas yang  terjadi perlu dievaluasi oleh pemerintah daerah bersama dengan para pihak yang ahli dalam bidang kajian Amdal. 

Baca Juga :  Ratusan Nakes RSUD Merauke Mogok Kerja

‘’Ini perlu kita duduk bersama untuk evaluasi untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Apa yang harus kita siapkan. Misalnya, ada satu perkebunan atau pabrik. Nah, bagaimana  quality kontrolnya, bagaimana sistem dranase yang dibuat, sehingga air itu tidak  terjebak   yang menyebabkan meluap dan terjadi banjir. Itu yang kami lihat saat kunjnungan ke Bupul  (Distrik Elikobel),’’ jelasnya.

        Termasuk bagaimana sistem pembuangannya ke sungai. Kajian-kajian ilmiah tersebut harus disiapkan dan sangat penting. Karena banjir itu akan selalu terjadi ketika tidak diantisipasi dengan baik. ‘’Lalu pohon-pohon hutan yang sudah ditebang, bagaimana kita bisa lakukan penanaman kembali dengan pohon-pohon yang berfungsi untuk menyerap dan menahan air supaya banjir maupun abrasi di pantai,’’ tandasnya. (ulo) 

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos   

MERAUKE– Kepala Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (BP3OKP)  Provinsi Papua Selatan Yoseph Yanawo Yolmen, S.Pd, M.Si, MRSC,  mengingatkan agar banjir yang terjadi di sejumlah tempat di Merauke, termasuk beberapa titik di Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua Selatan harus menjadi warning untuk tetap menjaga keseimbangan alam. 

    ‘’Banjir yang sudah terjadi sekiotar 2 minggu di Kurik dan beberapa lokasi di Merauke harus menjadi warning bagi kita untuk selalu menjaga keseimbangan alam,’’ kata Yoseph Yanawo Yolmen kepada wartawan di Merauke, Jumat (24/05/2024).  

Yoseph Yolmen menjelaskan bahwa banjir besar di Merauke pernah terjadi sekitar tahun 1985, ketika saat itu dirinya masih duduk di Kelas V SD. Banjir saat itu terjadi secara menyeluruh dan sata itu belum ada aktivitas apapun seperti yang terjadi sekarang.

‘’Itu artinya, banjir terjadi secara alami. Beda dengan kondisi sekarang yang sudah ada aktivitas terjadi. Baik dari perkebunan kelapa sawit dan kemudian aktivitas-aktivias dari masyarakat yang kemungkinan terjadi penebangan hutan secara liar. Oleh sebab itu dari BP3OKP menanggapi dan melihat bahwa ini harus ada tindakan preventif terhadap perlindungan hutan kedepan,’’ katanya.   

Baca Juga :  92 Honorer Dokumennya Belum Lengkap

 ‘’Segala aktivitas itu boleh ada tapi bagaimana kajian amdalnya. Ini sangat penting. Kartena dalam kajian Amdal yang baik itu benar-benar akan memberikan kajian ilmiah, sehingga dampak setiap aktivitas yang dilakukan jelas di sana. Bagaimana dampak terhadap masyarakatnya itu tergambar di sana dan itu yang harus dilakukan dan wajib dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan aktivitas di Papua Selatan,’’ lanjutnya. 

     Yoseph Yanawo Yolmen menjelaskan, Papua Selatan membutuhkan  investor untuk menanamkam modal mereka dalam rangka meningkatkan  pendapatan asli daerah (PAD) maupun penyerapan tenaga kerja di Papua Selatan. Sebab, dengan adanya peningkatan PAD tersebut dapat dikelola  pemerintah daerah untuk membangun fasilitas umum dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.  Namun aktivitas-aktivitas yang  terjadi perlu dievaluasi oleh pemerintah daerah bersama dengan para pihak yang ahli dalam bidang kajian Amdal. 

Baca Juga :  RSUD Merauke Tertibkan Pemberian Nomor Antrian

‘’Ini perlu kita duduk bersama untuk evaluasi untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Apa yang harus kita siapkan. Misalnya, ada satu perkebunan atau pabrik. Nah, bagaimana  quality kontrolnya, bagaimana sistem dranase yang dibuat, sehingga air itu tidak  terjebak   yang menyebabkan meluap dan terjadi banjir. Itu yang kami lihat saat kunjnungan ke Bupul  (Distrik Elikobel),’’ jelasnya.

        Termasuk bagaimana sistem pembuangannya ke sungai. Kajian-kajian ilmiah tersebut harus disiapkan dan sangat penting. Karena banjir itu akan selalu terjadi ketika tidak diantisipasi dengan baik. ‘’Lalu pohon-pohon hutan yang sudah ditebang, bagaimana kita bisa lakukan penanaman kembali dengan pohon-pohon yang berfungsi untuk menyerap dan menahan air supaya banjir maupun abrasi di pantai,’’ tandasnya. (ulo) 

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos   

Berita Terbaru

Artikel Lainnya