
MERAUKE-Kapolres Merauke AKBP Ir. Untung Sangaji, M.Hum tak sedikitpun gentar terkait dengan rencana Tim Kuasa dari 13 tersangka Makar yang melaporkannya ke Komnas HAM sehubungan dengan tuduhan Polisi melakukan penganiayaan terhadap para tersangka tersebut.
Saat ditemui Cenderawasih Pos, Senin (22/2) kemarin, Kapolres Untung Sangaji menegaskan, jangankan dianiaya, ditembak matipun kalau ada perintah negara akan menembak para tersangka tersebut.
“Mereka telah menghina bangsa Indonesia. Jangankan dianiaya, ditembak mati kalau diperintah tembak mati saya tembak mati. Ngak-apa-apa itu. Dia tulis bendera bintang kejora suka-suka dia. Bila perlu kita cincang di situ. Kurang ajar mereka. Bila perlu kita cincang,’’ tandas Kapolres.
Kapolres menyebut bahwa di Malaysia, bagi setiap warga negara yang melakukan makar diberi hukuman berat berupa hukuman mati. Begitu juga di Timur Tengah hukumannya di pancung. “Kalau kita pukul karena kita kesal. Karena sudah 3 kali dikasih tahu dan tidak dengar. Jangankan dianiaya, ditembak mati kalau ada perintah. Melawan negara kok. kalau dipukul karena kurang ajar. Kan semua intel marah. TNI dan Polri banyak tuh, semua marah. Istimewa saya marah, karena saya datang ke sini (Papua) untuk mempropaganda kebaikan,’’ jelas Kapolres.
Kapolres juga menyoroti Tim Kuasa dari 13 tersangka makar yang menurut Kapolres terus melakukan manuver supaya 13 tersangka tersebut dilepas. Namun tandas Kapolres, dirinya tidak akan lepas begitu saja tapi harus proses. Kecuali, jika para tersangka tersebut insaf dan mau kembali ke NKRI.
“Kita sudah beri kesempatan untuk menyatakan kembali ke NKRI dengan menandatangani surat pernyataan, tapi tidak mau. Ya sudah. Kita tidak mungkin mau lepas begitu saja. Nanti saya yang dipraperadilankan negara, lebih bahaya lagi,” tandasnya.
Kapolres Untung Sangaji mengaku bahwa persoalan makar tersebut sudah ia laporkan ke Kapolda dan semua berkas sudah ada di Polda. “Bahkan kalau ada perintah dari negara tembak mati, maka saya tembak mati saja. Makar kok, melawan negara kok. Di Ambon kibarkan bendera MRS masuk sel. Sudah berapa tahun disel dan mereka masih dalam sel sampai sekarang. Tidak tedeng aling-aling. Kita hajar terus. Tidak ada urusan. Mereka berupaya menolak otsus kemudian bikin referendum. Kita hantam dari awal. Maaf, saya yang buka sistem itu. Saya lakukan untuk teroris bisa, mengapa untuk kelompok ini tidak bisa. Saya tidak takut,’’ kata Kapolres.
Bahkan Kapolres menawarkan kalau punya senjata untuk berduel di lapangan. ‘’Berani ngak. Saya tunggu di sini (Mapolres Merauke). Macam di Aceh, tembak beta to. Coba. Tidak usah anak buah saya. Saya sendiri tidak apa-apa. Saya tidak jagoan. Dari dulu saya begini-begini aja. Kalau mereka mau kurang ajar silakan. Tapi jangan coba-coba kurang ajar itu mau menentang pemerintah. Kita tidak suka. Ini pemerintah. Di sisi lain kita berlomba untuk kebaikan masyarakat, mereka bikin propaganda untuk perpecahan, saya lawan.”tegasnya.
Kapolres menambahkan bahwa dari 13 tersangka Makar tersebut, ada yang masih berstatus mahasiswa dan sempat diminta untuk buat surat pernyataan namun tidak mau. Namun demikian, kata Kapolres, dirinya panggil dosennya ke tempat tersangka ditahan untuk beri mata kuliah. “Saya panggil dosennya dan bayar. Tapi, untuk bebaskan dia tidak sembarangan. Ini negara. Nanti saya diperadilankan negara lebih celaka lagi,’’ tandasnya. (ulo/tri)