MERAUKE- Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Budi Karya Sumadi membawa beberapa petani yang tergabung dalam Petani Mellenial Merauke ke Kabupaten Sragen dan Kota Solo. Mereka dibawa untuk melihat langsung bagaimana proses pengolahan gabah sehingga menghasilkan beras yang berkualitas.
Bupati Merauke Drs Romanus Mbaraka, MT, menjelaskan bahwa meski Menhub tidak tangani soal pertanian namun sangat respek terhadap masalah pertanian karena betul-betul mau wujudkan impian dari presiden Jokowi untuk ketersediaan pangan bisa merata di seluruh Indonesia. Transportasi, kata dia, merupakan salah satu point yang memegang peranan penting untuk distribusi pangan.
‘’Disini beliau (Menhub) harus intervensi sebagai Menteri Perhubungan, dengan memfasilitasi petani melenial ke Solo dan Sragen untuk melihat bagaimana pengelolaan kualitas beras di sana,’’ kata bupati Romanus Mbaraka, MT kepada wartawan di kediamannnya, Sabtu (19/3).
Menurut bupati, ketika itu dirinya bersama dengan Menhub komunikasi dengan gubernur NTT, untuk masukan beras ke NTT. Dimana Menhub menyiapkan 8 kapal lintas Papua atau tol laut.
Tapi sampai di NTT, ternyata disampaikan bahwa beras yang dikirim dari Merauke kualitasnya belum baik. Kadar airnya masih tinggi. ‘’Kita baru pada saat tataran beras medium. Belum sampai pada premium. Sehingga NTT mau mengambil beras dari Sulawesi Selatan,’’ katanya.
Karena kenyataan tersebut membuat dirinya bersama Menhub coba mencari jalan bagaimana kualitas beras Merauke dapat ditingkatykan sehingga besok dapat dikapalkan lagi. Karena itu, lanjut bupati Romanus, diputuskan untuk para petani melaniel tersebut ke Sragen dan Solo dengan mengunjungi beberapa fasilitasi pengelolaan beras yang sudah terintegrasi.
Lewat kunjungan itu pula, jelas bupati bahwa ada pelajaran yang dipetik bahwa petani di Jawa sudah mandiri, tidak sama dengan petani yang ada di Merauke yang terus teriak soal fasilitas.
‘’Petani sendiri sudah datang ke sana dan melihat bahwa petan di sana juga kesulitan pupuk. Bahkan mereka di sana lebih susah dari kita disini. Kalau di sini, pemerintah Merauke luar biasa memfasilitasi petani,’’ jelasnya.
Selain itu, lanjut dia, petani di Jawa tinggal tanam dan panen. Sementara pengumpul sudah belinya di sawah. Petani tidak berpikir lagi bagaimana mengeringkan gabah dan bagaimana hgabah menjadi beras.
‘’Petani tidak urus lagi. Ini pengalaman yang kita lihat sehingga besok petani Merauke kalau boleh actionnya hanya pada tanam dan pelihara. Kalau mau panen orang tinggal datang bawa uang dan beli gabah basah. Gabah basah begitu dengan kombine selesai masuk ke pengering atau driyer. Kita akan coba bangun satu RMU untuk menjadi modeling agar kualitas beras kita bagus,’’ pungkasnya. (ulo/tho)