
Bincang-Bincang dengan Kepala Basarnas Terkait Banyaknya Laka Laut di Merauke
Kondisi perairan Laut Merauke yang sewaktu-waktu cukup ekstrem, membuat banyak kasus kecelakaan. Bahkan tanpa ada laporan adanya kapal yang tenggelam, tiba-tiga ditemukan adanya jenazah yang terdampar di pantai seperti di Distrik Okaba.
Laporan: Yulius Sulo_Merauke.
Ditemui Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke Raymond Konstantin, SE, mengungkapkan bahwa salah satu kendala yang dialami selama ini ketika terjadi kecelakaan kapal karena kapal-kapal penangkap ikan tersebut tidak dilengkapi dengan alat radio yang dinamakan Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRBs). Menurutnya, ketika terjadi kecelakaan maka alat ini bisa memancarkan signal satelit ketika diaktifkan diaktifkan atau secara otomatis aktif.
“Signalnya akan ditangkap oleh satelit kemudian diteruskan oleh stasiun bumi yang ada di Basarnas Pusat Jakarta. Nah, stasiun bumi itu akan mengirimkan kepada. Seharusnya kapal -kapal itu memiliki alat ini dan ketika terjadi kecelakaan maka ketika diaktifkan atau aktif secara otomatis maka dia akan memberitahukan kepada kita dimana lokasin koordinat kapal yang mengalami kecelakaan,’’ terangnya.
Namun saat ini, lanjut dia, kapal-kapal nelayan belum memiliki alat radio tersebut.
Hal ini yang membuat banyak waktu yang terbuang ketika terjadi kecelakaan karena tidak adanya sinyal pemberitahuan tersebut. “Nanti setelah beberapa hari kemudian atau beberapa minggu setelah kejadian tiba-tiba kita menemukan jenazah. Kita tidak tahu korban dari mana dan kapan kejadianya,’’ terangnya.
Sementara terkait dengan komunikasi radio, menurut dia komunikasi radio bisa dilakukan antara kapal dengan perusahannya ketika cuaca di laut dalam keadaan bagus. Namun saat cuaca di laut kurang bagus, maka sulit untuk melakukan komunikasi baik dengan pemilik atau perusahaanya di darat maupun dengan kapal-kapal yang ada di sekitar mereka beroperasi.
‘’Sebenarnya mereka sangat peduli antara mereka ketika mengetahui ada kecelakaan yang dialami sesama kapal di laut untuk saling membantu. Tapi apabila cuaca kurang bagus maka sulit untuk saling menghubungi termasuk kita yang ada di darat kehilangan kontak dengan mereka,’’ jelasnya.
Terkait dengan itu, Raymon menyarankan agar semua kapal yang beroperasi di laut memiliki alat radio EPIRBs apalagi di Basarnas saat regitrasi tidak dipungut biaya alias gratis.
‘’Saya pernah sosialisasi di Pelabuhan Merauke beberapa bulan lalu dan itu seharusnya kesadaran dari pemilik kapal untuk menyediakan alat tersebut. Kita hanya mengimbau karena untuk kapal-kapal kecil tidak wajib memiliki alat tersebut. Kalau tidak wajib untuk memiliki maka pemilik seharusnya punya kesadaran untuk memiliki untuk menjaga kapal dan keselamatan krunya. Sehingga ketika terjadi kecelakaan di laut maka bisa cepat memberikan pertolongan baik oleh kapal-kapal yang ada di sekitarnya maupun oleh Basarnas,’’ jelasnya.
Ditanya jumlah kecelakaan laut dari Januari sampai Juli 2019, Raymond Konstantin mengungkapkan bahwa dari data yang dimiliki pihaknya sudah tercatat 8 kecelakaan kapal. Dimana dari 8 kapal yang mengalami kecelakaan itu, 13 korban diantaranya berhasil ditemukan selamat, 12 meninggal dunia dan 8 lainnya dinyatakan hilang sampai sekarang ini. ‘’Kalau dilihat dari data yang ada, cukup banyak kapal yang mengalami kecelakaan. Hampir setiap bulannya ada kecelakaan kapal,’’ pungkasnya. (*/tri)