Tuesday, September 16, 2025
27.1 C
Jayapura

Gunakan Bahan Pengawet Berbahaya, Harus Diuji

MERAUKE- Di bulan Ramadan saat ini, banyak takjil yang dijajakan sebagai pembuka puasa. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya bahan pengawet yang berbahaya tersebut, maka pengawasan sangat diperlukan. 

Kepala Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Merauke, Tinje Merimon menjelaskan, untuk mengetahui adanya bahan pengawet atau pewarna berbahaya yang digunakan tidak bisa ditentukan secara kasat mata, tapi harus diuji.

‘’Untuk menentukan apakah suatu makanan menggunakan pegawet atau pewarna yang berbahaya, tidak bisa dilakukan secara kasat mata, tapi harus lewat pengujian. Tanpa itu tidak bisa,’’ kata Tince Merimon saat dihubungi  lewat telpon selulernya  yang saat ini sedang berada di Jayapura, Rabu (6/4).

Baca Juga :  Polisi Masih Lidik 2 Kasus Curanmor 

   Dikatakan, pihaknya sudah mulai melakukan pengawasan dimana untuk setiap minggunya, pihaknya menjadwalkan satu kali turun lapangan untuk mengambil sampel takjil yang sedang dijual para pedagang yang kebanyakan dadakan  tersebut.

Dikatakan, untuk  pewarna biasanyanya menggunakan pewarna kain dan itu berbahaya bagi kesehatan karena merupakan sat kimia. Kemudian untuk pangan daging dan ikan biasanya menggunakan formalin. Sedangkan untuk bakso mie menggunakan borax.

‘’Sudah ada jenis pangan dengan indikasi bahan tambahan yang dilarang. Sekali lagi, kalau secara kasat mata tidak bisa ditentukan tapi harus tetap diuji,’’   terangnya.

Selama ini, tambah dia, belum ditemukan adanya penggunaan bahan berbahaya  tersebut dalam pembuatan  takjil. Namun begitu, pihaknya harus tetap mewaspadai dengan melakukan pemeriksaan melalui uji lapangan takjil-takjil tersebut. (ulo/tho)   

Baca Juga :  Jumlah Warga Peroleh BLT BBM 17.739 KPM

MERAUKE- Di bulan Ramadan saat ini, banyak takjil yang dijajakan sebagai pembuka puasa. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya bahan pengawet yang berbahaya tersebut, maka pengawasan sangat diperlukan. 

Kepala Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Merauke, Tinje Merimon menjelaskan, untuk mengetahui adanya bahan pengawet atau pewarna berbahaya yang digunakan tidak bisa ditentukan secara kasat mata, tapi harus diuji.

‘’Untuk menentukan apakah suatu makanan menggunakan pegawet atau pewarna yang berbahaya, tidak bisa dilakukan secara kasat mata, tapi harus lewat pengujian. Tanpa itu tidak bisa,’’ kata Tince Merimon saat dihubungi  lewat telpon selulernya  yang saat ini sedang berada di Jayapura, Rabu (6/4).

Baca Juga :  Sejumlah Kepala Kampung Terjebak Pinjaman Rentenir

   Dikatakan, pihaknya sudah mulai melakukan pengawasan dimana untuk setiap minggunya, pihaknya menjadwalkan satu kali turun lapangan untuk mengambil sampel takjil yang sedang dijual para pedagang yang kebanyakan dadakan  tersebut.

Dikatakan, untuk  pewarna biasanyanya menggunakan pewarna kain dan itu berbahaya bagi kesehatan karena merupakan sat kimia. Kemudian untuk pangan daging dan ikan biasanya menggunakan formalin. Sedangkan untuk bakso mie menggunakan borax.

‘’Sudah ada jenis pangan dengan indikasi bahan tambahan yang dilarang. Sekali lagi, kalau secara kasat mata tidak bisa ditentukan tapi harus tetap diuji,’’   terangnya.

Selama ini, tambah dia, belum ditemukan adanya penggunaan bahan berbahaya  tersebut dalam pembuatan  takjil. Namun begitu, pihaknya harus tetap mewaspadai dengan melakukan pemeriksaan melalui uji lapangan takjil-takjil tersebut. (ulo/tho)   

Baca Juga :  Warga RT 6 Kelurahan Mandala Tolak Pemakaman di Pemukiman

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/