Thursday, April 25, 2024
27.7 C
Jayapura

Di Keerom, 55 Ekor Sapi Mati

Petugas dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Keerom bersama Dinas Peternakan Provinsi Papua serta petugas dari Balai Besar Veteriner Maros saat memeriksa hewan ternak di Keerom belum lama ini.( FOTO : Dinas Pertanian For Cepos)

Diduga Terserang Diare Ganas, Pemda Menunggu Hasil Tes 

JAYAPURA-Sebanyak 55 ekor   sapi milik warga di Kabupaten Keerom dilaporkan mati   karena mengalami sakit. Kematian sejumlah ternak sapi ini, kontan membuat resah masyarakat, apalagi beredar kabar di media sosial bahwa kematian ternak ini mencapai ratusan ekor. 

  Dokter Hewan dr Siti Asturi yang menangani kasus tersebut menegaskan bahwa penyampaian berita di sosial media bahwa yang mati sebanyak 500 ekor, itu  tidak benar. “Dari data yang ada ke dinas yang kami tahu sampai hari ini ada 55 ekor sapi, tidak benar kalau sampai 500 ekor,” ungkap dr Siti kepada Cenderawasih Pos, kemarin. 

   Peristiwa ini, lanjut dr Siti Asturi,  terjadi  sejak awal  Januari dan Februari di wilayah Skamto Arso IV dan III. Dimana sapi  satu persatu mati, dan mulai menjalar ke daerah lain di Arso II dan darah lainnya. Namun jumlahnya tidak sampai atu mulai pinda di daerah arso dua dan lainnya. 

Baca Juga :  Tingkatkan Kualitas Diri, DWP Keerom Lakukan Pelatihan Merias Wajah
Kondisi salah satu ternak sapi yang kurus akibat terserang penyakit diare ganas

  Dari kejadian matinya ternak sapi di Arso IV, sebenarnya pihaknya sudah langsung menyampaikan ke Balai Besar Veteriner Maros, dimana Kepala Balai  langsung turun dan melakukan investigasi kejadian dan pihaknya masih tunggu hasil pemeriksaan laboratoriumnya.  “Jadi kami belum diagnosa karena hasil tes sampel belum diketahui hasilnya, tapi tadi diagnosa kami  dari kasat mata hanya  diare ganas,” tegasnya.

  Di singgung soal adanya dampak  kepada masyarakat, dia mengatakan penyakit tersebut tidak sonosis atau berpindah kepada manusia.”Dia bukan sonosis jadi tidak potensi ke warga, jadi pengobatan kami memberikan vitamin dan antibiotik  dan kami minta kepada masyarakat   untuk berikan jamu tradisional seperi gula merah ditambah daun jamu dan kunyit yang ditumbuk dicampur gula dan air dan diminumkan,” katanya.

Baca Juga :  Kader Golkar Kab. Keerom Diminta Tetap Solid untuk  Menjadi Pemenang

   Selain itu, peternak juga diminta untuk masyarakat bisa memperhatikan pola makan minum dan waktu buang air  ternak sapinya seperti apa. “Jika ada penyakit bisa dibuat air gula dan garam dan panggil petugas setempat dari dinas, kami juga memberikan   vitamin,” tegasnya.

   Sementara itu, di tempat terpisah Kepala Seksi Kesehatan Hewan Masyarakat dan Veteriner Dinas Pertanian dan Perikanan Ronal Kapisa mengatakan bahwa tidak bisa mengutamakan pemberian pakan ternak saja kepada masyarakat,  tetapi harus juga disediakan obat bagi hewan.

  “Harus ada obat untuk pencegahan penyakit  dan anggaranya harus disiapkan, tapi ini tidak di sediakan dananya, maka sekarang kita bingung mau ambil obat dari provinsi karena kita tidak siapkan,” katanya. (oel/tri)

Petugas dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Keerom bersama Dinas Peternakan Provinsi Papua serta petugas dari Balai Besar Veteriner Maros saat memeriksa hewan ternak di Keerom belum lama ini.( FOTO : Dinas Pertanian For Cepos)

Diduga Terserang Diare Ganas, Pemda Menunggu Hasil Tes 

JAYAPURA-Sebanyak 55 ekor   sapi milik warga di Kabupaten Keerom dilaporkan mati   karena mengalami sakit. Kematian sejumlah ternak sapi ini, kontan membuat resah masyarakat, apalagi beredar kabar di media sosial bahwa kematian ternak ini mencapai ratusan ekor. 

  Dokter Hewan dr Siti Asturi yang menangani kasus tersebut menegaskan bahwa penyampaian berita di sosial media bahwa yang mati sebanyak 500 ekor, itu  tidak benar. “Dari data yang ada ke dinas yang kami tahu sampai hari ini ada 55 ekor sapi, tidak benar kalau sampai 500 ekor,” ungkap dr Siti kepada Cenderawasih Pos, kemarin. 

   Peristiwa ini, lanjut dr Siti Asturi,  terjadi  sejak awal  Januari dan Februari di wilayah Skamto Arso IV dan III. Dimana sapi  satu persatu mati, dan mulai menjalar ke daerah lain di Arso II dan darah lainnya. Namun jumlahnya tidak sampai atu mulai pinda di daerah arso dua dan lainnya. 

Baca Juga :  Amankan Terduga Pelaku Pencabulan Anak
Kondisi salah satu ternak sapi yang kurus akibat terserang penyakit diare ganas

  Dari kejadian matinya ternak sapi di Arso IV, sebenarnya pihaknya sudah langsung menyampaikan ke Balai Besar Veteriner Maros, dimana Kepala Balai  langsung turun dan melakukan investigasi kejadian dan pihaknya masih tunggu hasil pemeriksaan laboratoriumnya.  “Jadi kami belum diagnosa karena hasil tes sampel belum diketahui hasilnya, tapi tadi diagnosa kami  dari kasat mata hanya  diare ganas,” tegasnya.

  Di singgung soal adanya dampak  kepada masyarakat, dia mengatakan penyakit tersebut tidak sonosis atau berpindah kepada manusia.”Dia bukan sonosis jadi tidak potensi ke warga, jadi pengobatan kami memberikan vitamin dan antibiotik  dan kami minta kepada masyarakat   untuk berikan jamu tradisional seperi gula merah ditambah daun jamu dan kunyit yang ditumbuk dicampur gula dan air dan diminumkan,” katanya.

Baca Juga :  Perjalanan Dinas Harus Sepengetahuan Pimpinan, Kalau Tidak Tinggalkan Jabatan

   Selain itu, peternak juga diminta untuk masyarakat bisa memperhatikan pola makan minum dan waktu buang air  ternak sapinya seperti apa. “Jika ada penyakit bisa dibuat air gula dan garam dan panggil petugas setempat dari dinas, kami juga memberikan   vitamin,” tegasnya.

   Sementara itu, di tempat terpisah Kepala Seksi Kesehatan Hewan Masyarakat dan Veteriner Dinas Pertanian dan Perikanan Ronal Kapisa mengatakan bahwa tidak bisa mengutamakan pemberian pakan ternak saja kepada masyarakat,  tetapi harus juga disediakan obat bagi hewan.

  “Harus ada obat untuk pencegahan penyakit  dan anggaranya harus disiapkan, tapi ini tidak di sediakan dananya, maka sekarang kita bingung mau ambil obat dari provinsi karena kita tidak siapkan,” katanya. (oel/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya