Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Supiori Prevalensi Stunting Tertinggi se Papua, Pemicunya Adalah Kawin Muda

JAYAPURA – Kabupaten Supiori, menjadi daerah dengan angka prevalensi stunting tertinggi se-Papua. Salah satu pemicunya adalah perilaku kawin muda atau nikah karena terpaksa di usia muda.

Hal itu disampaikan Koordinator Program Manager Satgas Stunting Papua, Mochamad Sodiq, Jumat (6/10). Menurutnya, perilaku tersebut menimbulkan berberapa hal yang berdampak anak mengalami stunting.

  Diantaranya, kemalasan bekerja sementara istri sedang mengandung. Selain itu, ketika melahirkan anak dibiarkan begitu saja. “Otomatis ketika mengandung dan asupan gizinya kurang baik, maka anak yang lahir bisa terkena stunting,” jelas Sodiq.

  Lanjut Sodiq menerangkan, Kabupaten Supiori sebenarnya memiliki kekayaan alam laut yang luar biasa. Namun sayangnya perilaku tersebut membuat angka stunting tinggi di daerah tersebut.

“Itu berdasarkan hasil analisa kami ketika berkali-kali datang ke sana (Supiori-red) dan melakukan pendampingan atau penguatan. Perilaku pola hidup dan pola asu ini sangat berpengaruh sekali,” terangnya.

  Kata Sodiq, untuk mengatasi kondisi ini. Perlu dilakukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Contohnya melalui pelatihan pola asuh yang baik dan pemahaman pola perkawinan dan sebagainya.

Baca Juga :  Operasional Radioterapi Kanker Masih Terkendala

“Dengan kegiatan dan pelatihan pola asuh yang dilakukan, saya yakin masalah stunting dapat teratasi di Supiori. Mengingat SDA di sana sangat luar biasa. Pemerintah daerah harus memperhatikan beberapa hal tadi,” kata Sodiq.

  Sodiq juga menekankan bahwa masalah stunting tidak hanya tanggungjawab dinas kesehatan saja. Melainkan juga tanggungjawab semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan pihak lainnya.

“Dinkes itu terkait dengan intervensi spesifik atau hanya 30 persen saja, sedangkan intervensi sensitif itu 70 persen tanggungjawab semua OPD. Misalnya terkait sanitasi, lingkungan, pendidikan, pemberdayaan pangan lokal dan lainnya,” terangnya.

  Selain itu, peran unsur agama juga sangat penting untuk memberikan pengertian pentingnya perkawinan dan jarak kelahiran anak. Dengan pemahaman yang baik terkait hal itu, maka anak bisa terpelihara dan tidak terkena stunting.

Baca Juga :  Bupati Namia Resmikan Gereja Bethel Kingmi Klasis Kenyam

“Dengan kehadiran PJ Gubernur di daerah tersebut. Saya yakin akan ada perubahan, semoga ada pemicu Kabupaten Supiori untuk penurunan stunting di 2023 ini,” harapnya.

Sebelumnya, Penjabat Gubernur Papua, Muhammad Ridwan Rumasukun mengatakan semua penyelenggara pemerintahan punya tanggungjawab mempersiapkan generasi muda yang unggul di atas tanah ini.

  Sehingga itu, pihaknya optimis kolaborasi yang tercipta dengan pemkab dalam hal penanganan stunting, akan berbuah hasil manis di masa depan.

“Memang stunting di Supiori tinggi karena penduduknya sedikit. Tetapi diantara anak-anak ini, boleh catat perkataan saya bahwa 20 tahun mendatang, anak-anak ini nanti ada yang akan jadi bupati, ketua DPR juga bisa gubernur,” kata Rumasukun saat berkunjung ke Supiori belum lama ini.

Sehingga itu lanjut Pj Gubernur, semua punya tanggungjawab untuk anak-anak di tanah Papua (disiapkan) menjadi generasi emas pada 2045 mendatang. (fia)

JAYAPURA – Kabupaten Supiori, menjadi daerah dengan angka prevalensi stunting tertinggi se-Papua. Salah satu pemicunya adalah perilaku kawin muda atau nikah karena terpaksa di usia muda.

Hal itu disampaikan Koordinator Program Manager Satgas Stunting Papua, Mochamad Sodiq, Jumat (6/10). Menurutnya, perilaku tersebut menimbulkan berberapa hal yang berdampak anak mengalami stunting.

  Diantaranya, kemalasan bekerja sementara istri sedang mengandung. Selain itu, ketika melahirkan anak dibiarkan begitu saja. “Otomatis ketika mengandung dan asupan gizinya kurang baik, maka anak yang lahir bisa terkena stunting,” jelas Sodiq.

  Lanjut Sodiq menerangkan, Kabupaten Supiori sebenarnya memiliki kekayaan alam laut yang luar biasa. Namun sayangnya perilaku tersebut membuat angka stunting tinggi di daerah tersebut.

“Itu berdasarkan hasil analisa kami ketika berkali-kali datang ke sana (Supiori-red) dan melakukan pendampingan atau penguatan. Perilaku pola hidup dan pola asu ini sangat berpengaruh sekali,” terangnya.

  Kata Sodiq, untuk mengatasi kondisi ini. Perlu dilakukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Contohnya melalui pelatihan pola asuh yang baik dan pemahaman pola perkawinan dan sebagainya.

Baca Juga :  Masyarakat Adat Kebar Raya Dukung Musdat Pembentukan LEMATA

“Dengan kegiatan dan pelatihan pola asuh yang dilakukan, saya yakin masalah stunting dapat teratasi di Supiori. Mengingat SDA di sana sangat luar biasa. Pemerintah daerah harus memperhatikan beberapa hal tadi,” kata Sodiq.

  Sodiq juga menekankan bahwa masalah stunting tidak hanya tanggungjawab dinas kesehatan saja. Melainkan juga tanggungjawab semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan pihak lainnya.

“Dinkes itu terkait dengan intervensi spesifik atau hanya 30 persen saja, sedangkan intervensi sensitif itu 70 persen tanggungjawab semua OPD. Misalnya terkait sanitasi, lingkungan, pendidikan, pemberdayaan pangan lokal dan lainnya,” terangnya.

  Selain itu, peran unsur agama juga sangat penting untuk memberikan pengertian pentingnya perkawinan dan jarak kelahiran anak. Dengan pemahaman yang baik terkait hal itu, maka anak bisa terpelihara dan tidak terkena stunting.

Baca Juga :  Gakkum Tunggu Sprint Kapolda

“Dengan kehadiran PJ Gubernur di daerah tersebut. Saya yakin akan ada perubahan, semoga ada pemicu Kabupaten Supiori untuk penurunan stunting di 2023 ini,” harapnya.

Sebelumnya, Penjabat Gubernur Papua, Muhammad Ridwan Rumasukun mengatakan semua penyelenggara pemerintahan punya tanggungjawab mempersiapkan generasi muda yang unggul di atas tanah ini.

  Sehingga itu, pihaknya optimis kolaborasi yang tercipta dengan pemkab dalam hal penanganan stunting, akan berbuah hasil manis di masa depan.

“Memang stunting di Supiori tinggi karena penduduknya sedikit. Tetapi diantara anak-anak ini, boleh catat perkataan saya bahwa 20 tahun mendatang, anak-anak ini nanti ada yang akan jadi bupati, ketua DPR juga bisa gubernur,” kata Rumasukun saat berkunjung ke Supiori belum lama ini.

Sehingga itu lanjut Pj Gubernur, semua punya tanggungjawab untuk anak-anak di tanah Papua (disiapkan) menjadi generasi emas pada 2045 mendatang. (fia)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya