Menelisik Upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Biak Numfor Dalam Merevitalisasi Bahasa Byak
Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, mempertahankan bahasa daerah bukan perkara mudah. Namun Kabupaten Biak Numfor berhasil membuktikan bahwa bahasa leluhur bukan hanya sekadar alat komunikasi, melainkan jati diri yang wajib dilestarikan. Apa yang dilakukan pemerintah untuk tetap melestarikan bahasa daerah?
Laporan Ismail – Biak Numfor
Kabupaten Biak Numfor kembali mencatatkan prestasi membanggakan di tingkat nasional. Pada 26 Mei 2025 kemarin, Negeri Para Mambri ini mendapat kehormatan diundang oleh Kementerian Pendidikan, Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk menerima penghargaan sebagai salah satu pemerintah daerah yang serius dan terukur dalam melakukan revitalisasi bahasa daerah.
Penghargaan bergengsi ini diberikan kepada 44 kabupaten dan 2 provinsi di seluruh Indonesia yang dinilai aktif mengembangkan dan melestarikan bahasa daerah masing-masing. Bupati Biak Numfor yang diwakilkan oleh Wakil Bupati Biak Numfor Jimmy Carter Rumbarar Kapisa, mewakili pemerintah daerah menerima penghargaan tersebut secara langsung dari Ibu Hetifa Sjaifudian, Ketua Komisi X DPR RI, di PPSDM Kemendikdasmen Depok.
“Penghargaan ini bukan hanya simbol, tapi juga bukti bahwa kami melakukan upaya nyata untuk mempertahankan Bahasa Biak,” ujar Kamaruddin, S.Pd, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikaya) Biak Numfor, ditemui Selasa (28/5) kemarin.
Selain penghargaan tersebut, Biak Numfor juga mendapat perhatian khusus dalam Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional, sebuah ajang tahunan yang menampilkan keanekaragaman bahasa daerah di Indonesia.
Dari tujuh wilayah adat di Papua yang mengirimkan perwakilan, Biak Numfor menampilkan Ester Kapitarauw, siswi SMPN 2 Biak Kota, sebagai Duta Bahasa Daerah. Ester berhasil memukau penonton dengan narasi Bahasa Biak yang dipertunjukkannya, salah satu dari delapan bahasa daerah yang dibawakan secara langsung oleh penutur asli di atas panggung.