Saturday, April 27, 2024
33.7 C
Jayapura

Dari Iseng-iseng, Kini jadi Rutinitas dan Pekerjaan Tetap

Bincang-bincang dengan Panina Griapon, Perajin   dari Kertas dan Koran Bekas

Sebagian besar warga lokal Lembah Grime mempertahankan hidup mereka dari berkebun, meramu bahkan ada juga sebagai peternak. Namun berbeda halnya dengan Panina Griapon, Gadis lulusan SMA tahun 2019 lalu itu kini menekuni usaha lain. Bahkan usahanya itu tergolong unik, karena berawal dari kegiatan iseng iseng saja namun siapa sangka justru iseng berubah menjadi satu pekerjaan yang bisa mengumpulkan pundi-pundi uang. Bagaimana kisahnya?

Laporan:  Robert Mboik,  Sentani.

Panina Griapon, lahir di sebuah kampung kecil di Distrik Nimboran, masa remajanya dihabiskan dengan bersekolah di SMA Negeri Nimboran. Orangtua dan sebagian besar keluarganya yang berlatar belakang petani tidak menyurutkan niatnya untuk mencoba peruntungan  lain. 

Berawal dari kegiatan iseng- iseng, dia merajut kertas menjadi sebuah hasil karya seni yang mempunyai nilai jual yang tinggi. Kertas bekas, koran bekas bahkan kotak minuman bekaspun dikumpulnya untuk dijadikan bahan baku pembuatan karya seninya  yaitu kerajinan origami.

“Awalnya iseng-iseng saja lipat-lipat kertas buku,  tapi mama bilang itu bagus kemudian saya bikin yang lebih bagus lagi dari kartu-kartu bekas yang orang biasa main,  saya buat yang kecil.  Pas ada keterampilan di sekolah sudah saya bawa itu ke sekolah dan guru bilang juga bagus,” ungkapnya.

Baca Juga :  Bermodalkan Tekat dan Kerja Keras, Kini Mampu Produksi Lebih 1.000  Bungkus

Ini dia baru menjual sebanyak 2 kali. Sebelumnya pada saat kegiatan festival souvenir di Namblong beberapa waktu lalu, kemudian yang kedua baru dipasarkan pada saat kegiatan Festival Danau Sentani.

Dia mengakui,  untuk membuat sebuah hasil karya yang unik dari kertas bekas itu memang tidak terlalu sulit.  Namun itu membutuhkan ketelitian dan keseriusan  agar bisa menjadi sebuah karya seni yang luar biasa indah.  Hasil karya seni yang terbuat dari beragam  kertas bekas itu, telah menghasilkan beberapa karya seni, terutama tempat vas bunga yang beraneka ragam wujud.

Untuk membuat satu karya seni,  dia tidak membutuhkan waktu yang cukup lama,  yang penting bahan bakunya tersedia seperti kertas bekas dan juga lem fox karena untuk merekatkan bagian-bagian kertas atau menyambung kertas-kertas yang sudah dilipat itu butuh lem.  ” Saya akan mencoba pakai bahan yang lain karena selama ini masih pakai kertas,” ujarnya.

Baca Juga :  Optimis Raih Kursi Terbanyak, Masif  Konsolidasi ke Setiap DPC

Dia mengatakan,  penggunaan bahan bekas ini sebenarnya sebagai upaya untuk pemanfaatan kembali barang-barang bekas sehingga tidak lagi mencemari lingkungan.  Bahan-bahan bekas seperti kertas yang terbuang ini memang tidak memiliki nilai seni apabila berada di tempat sampah, tetapi ketika sudah dijadikan sebagai karya seni akan sangat mahal harganya.

“Yang ada ini saya jual mulai dari harga Rp100.000 sampai Rp2.500.000. Memang ini dari bahan yang sangat murah tetapi idenya itu mahal sampai menjadi sebuah karya seni seperti ini,” ujarnya.

Wanita yang bercita-cita ingin menjadi dokter itu,  mengaku penjualannya memang belum terlalu laris. Karena masih mengandalkan sistem. Penjualan konvensional dengan menawarkan langsung kepada calon pembeli. Namun ke depan dia akan berusaha untuk menjualnya melalui media sosial atau menggunakan sistem online. Sehingga  pasaranya juga tidak sebataa dikampungnya saja, tapi bisa menjangkau tempat lain di Papua. ***

Bincang-bincang dengan Panina Griapon, Perajin   dari Kertas dan Koran Bekas

Sebagian besar warga lokal Lembah Grime mempertahankan hidup mereka dari berkebun, meramu bahkan ada juga sebagai peternak. Namun berbeda halnya dengan Panina Griapon, Gadis lulusan SMA tahun 2019 lalu itu kini menekuni usaha lain. Bahkan usahanya itu tergolong unik, karena berawal dari kegiatan iseng iseng saja namun siapa sangka justru iseng berubah menjadi satu pekerjaan yang bisa mengumpulkan pundi-pundi uang. Bagaimana kisahnya?

Laporan:  Robert Mboik,  Sentani.

Panina Griapon, lahir di sebuah kampung kecil di Distrik Nimboran, masa remajanya dihabiskan dengan bersekolah di SMA Negeri Nimboran. Orangtua dan sebagian besar keluarganya yang berlatar belakang petani tidak menyurutkan niatnya untuk mencoba peruntungan  lain. 

Berawal dari kegiatan iseng- iseng, dia merajut kertas menjadi sebuah hasil karya seni yang mempunyai nilai jual yang tinggi. Kertas bekas, koran bekas bahkan kotak minuman bekaspun dikumpulnya untuk dijadikan bahan baku pembuatan karya seninya  yaitu kerajinan origami.

“Awalnya iseng-iseng saja lipat-lipat kertas buku,  tapi mama bilang itu bagus kemudian saya bikin yang lebih bagus lagi dari kartu-kartu bekas yang orang biasa main,  saya buat yang kecil.  Pas ada keterampilan di sekolah sudah saya bawa itu ke sekolah dan guru bilang juga bagus,” ungkapnya.

Baca Juga :  Bermodalkan Tekat dan Kerja Keras, Kini Mampu Produksi Lebih 1.000  Bungkus

Ini dia baru menjual sebanyak 2 kali. Sebelumnya pada saat kegiatan festival souvenir di Namblong beberapa waktu lalu, kemudian yang kedua baru dipasarkan pada saat kegiatan Festival Danau Sentani.

Dia mengakui,  untuk membuat sebuah hasil karya yang unik dari kertas bekas itu memang tidak terlalu sulit.  Namun itu membutuhkan ketelitian dan keseriusan  agar bisa menjadi sebuah karya seni yang luar biasa indah.  Hasil karya seni yang terbuat dari beragam  kertas bekas itu, telah menghasilkan beberapa karya seni, terutama tempat vas bunga yang beraneka ragam wujud.

Untuk membuat satu karya seni,  dia tidak membutuhkan waktu yang cukup lama,  yang penting bahan bakunya tersedia seperti kertas bekas dan juga lem fox karena untuk merekatkan bagian-bagian kertas atau menyambung kertas-kertas yang sudah dilipat itu butuh lem.  ” Saya akan mencoba pakai bahan yang lain karena selama ini masih pakai kertas,” ujarnya.

Baca Juga :  Kali Kedua Jadi Dandim yang Lebih Kedepankan Kualitas Teritorial

Dia mengatakan,  penggunaan bahan bekas ini sebenarnya sebagai upaya untuk pemanfaatan kembali barang-barang bekas sehingga tidak lagi mencemari lingkungan.  Bahan-bahan bekas seperti kertas yang terbuang ini memang tidak memiliki nilai seni apabila berada di tempat sampah, tetapi ketika sudah dijadikan sebagai karya seni akan sangat mahal harganya.

“Yang ada ini saya jual mulai dari harga Rp100.000 sampai Rp2.500.000. Memang ini dari bahan yang sangat murah tetapi idenya itu mahal sampai menjadi sebuah karya seni seperti ini,” ujarnya.

Wanita yang bercita-cita ingin menjadi dokter itu,  mengaku penjualannya memang belum terlalu laris. Karena masih mengandalkan sistem. Penjualan konvensional dengan menawarkan langsung kepada calon pembeli. Namun ke depan dia akan berusaha untuk menjualnya melalui media sosial atau menggunakan sistem online. Sehingga  pasaranya juga tidak sebataa dikampungnya saja, tapi bisa menjangkau tempat lain di Papua. ***

Berita Terbaru

Artikel Lainnya