Sunday, August 31, 2025
22.8 C
Jayapura

Dibalur Gunakan Lemak Babi, Arah Asap Menceritakan Kelakuan Saat Masih Hidup

Untuk jenis kayunya juga tak sembarang kayu, biasa masyarakat Hubula menggunakan kayu yang disebut jenis kayu wiki dan kayu kasuari. Ini karena lebih mudah terbakar dan bisa memisahkan tulang dan sisa abu atau arang. Setelah mendapatkan jenis kayunya dan jenazah telah dilumuri minyak babi, tahapan selanjutnya adalah menyusun kayu. Untuk dasar harusnya empat, lalu tumpukan selanjutnya ada empat batang yang disilang, tumpukan ketiga juga disilang tapi dibuat agak padat.

Setelah tumpukan ketiga inilah barulah jenasah diletakkan. Dan setelah itu jenazah sudah bisa ditutup. Nah untuk barang-barang yang ikut beserta jenazah ternyata juga ada. “Biasa diletakkan noken yang selalu dibawa oleh almarhum. Noken itu dibakar bersama,” paparnya.

Dan proses pembakaran dianggap selesai apabila tidak ada tulang rahang dan tengkorak yang tersisa. Selama proses ini ada juga kepercayaan yang biasa dipegang teguh dimana jika bau asap terasa kurang enak maka biasa almarhum diidentikkan dengan sosok yang suka mengambil hak orang, otoriter termasuk pelit atau memiliki hutang.

Baca Juga :  Kelola Sektor Wisata, Adat Dorong Adanya Peraturan Kampung

“Kalau asap tinggi artinya ia orang yang selama hidup lurus-lurus sajadan arwahnya aman. Kemarin kakak saya asapnya mengelilingi rumah. Hanya berputar sekitar rumah yang artinya ia ingin meminta maaf kepada semua anggota keluarga,” jelas Miki. Lalu kayu yang dipakai untuk membakar juga sebisa mungkin jangan tersisa sebab itu berbahaya. Seperti ada yang kurang nantinya.

“Jadi harus pas,” wanti Miki. Ini yang menurutnya tidak diketahui anak-anak generasi sekarang sebab pengetahuan soal ini jarang diajarkan. “Dan kami berbeda dengan proses di India yang bungkus kain atau Ngaben di Bali,” tambahnya.

Dijelaskan bahwa ada tujuh tahap yang dilakukan. Diawali dengan Wam Omali Ako yang artinya upacara bakar batu awal sebagai tanda larang agar hewan buas tidak menganggu jenazah. Omali sendiri adalah cacing sedangkan Wam Wakun artinya bakar batu massa sebelum jeazah dibakar.

Baca Juga :  LMA Port Numbay Siap Bantu Tugas KY

Sebelumnya jenasah diletakkan di dapur jika ingin dikunjungi pihak keluarga. Ini biasa hanya karena posisi dapur lebih luas dibanding ruangan lainnya. Setelah itu barulah dilanjutkan dengan pembakaran. Ada istilah Hai Wam Oap Sewelogo yang artinya bakar batu untuk menutup bakar batu babi dimana ciri khasnya bakar batu ketiga hingga ketujuh hanya menyajikan ubi terus. Sedangkan untuk daging hanya boleh diawal.

Untuk jenis kayunya juga tak sembarang kayu, biasa masyarakat Hubula menggunakan kayu yang disebut jenis kayu wiki dan kayu kasuari. Ini karena lebih mudah terbakar dan bisa memisahkan tulang dan sisa abu atau arang. Setelah mendapatkan jenis kayunya dan jenazah telah dilumuri minyak babi, tahapan selanjutnya adalah menyusun kayu. Untuk dasar harusnya empat, lalu tumpukan selanjutnya ada empat batang yang disilang, tumpukan ketiga juga disilang tapi dibuat agak padat.

Setelah tumpukan ketiga inilah barulah jenasah diletakkan. Dan setelah itu jenazah sudah bisa ditutup. Nah untuk barang-barang yang ikut beserta jenazah ternyata juga ada. “Biasa diletakkan noken yang selalu dibawa oleh almarhum. Noken itu dibakar bersama,” paparnya.

Dan proses pembakaran dianggap selesai apabila tidak ada tulang rahang dan tengkorak yang tersisa. Selama proses ini ada juga kepercayaan yang biasa dipegang teguh dimana jika bau asap terasa kurang enak maka biasa almarhum diidentikkan dengan sosok yang suka mengambil hak orang, otoriter termasuk pelit atau memiliki hutang.

Baca Juga :  Stok Aman, Harga Minyakita di Pasaran Tak Sesuai HET

“Kalau asap tinggi artinya ia orang yang selama hidup lurus-lurus sajadan arwahnya aman. Kemarin kakak saya asapnya mengelilingi rumah. Hanya berputar sekitar rumah yang artinya ia ingin meminta maaf kepada semua anggota keluarga,” jelas Miki. Lalu kayu yang dipakai untuk membakar juga sebisa mungkin jangan tersisa sebab itu berbahaya. Seperti ada yang kurang nantinya.

“Jadi harus pas,” wanti Miki. Ini yang menurutnya tidak diketahui anak-anak generasi sekarang sebab pengetahuan soal ini jarang diajarkan. “Dan kami berbeda dengan proses di India yang bungkus kain atau Ngaben di Bali,” tambahnya.

Dijelaskan bahwa ada tujuh tahap yang dilakukan. Diawali dengan Wam Omali Ako yang artinya upacara bakar batu awal sebagai tanda larang agar hewan buas tidak menganggu jenazah. Omali sendiri adalah cacing sedangkan Wam Wakun artinya bakar batu massa sebelum jeazah dibakar.

Baca Juga :  Tuntaskan Kerinduan di Batakan

Sebelumnya jenasah diletakkan di dapur jika ingin dikunjungi pihak keluarga. Ini biasa hanya karena posisi dapur lebih luas dibanding ruangan lainnya. Setelah itu barulah dilanjutkan dengan pembakaran. Ada istilah Hai Wam Oap Sewelogo yang artinya bakar batu untuk menutup bakar batu babi dimana ciri khasnya bakar batu ketiga hingga ketujuh hanya menyajikan ubi terus. Sedangkan untuk daging hanya boleh diawal.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya