Sunday, April 28, 2024
26.7 C
Jayapura

Aktifasi Forum Lalu Lintas dan Perkuat Kasih Biru Plus Parap-para Numbay

Mengenal Kasat Lantas Polresta Jayapura Kota yang Baru, Kompol Dian Novita Pietersz

Setelah pada 18 Juli lalu dilakukan  Sertijab, Kompol Dian Novita Pietersz,  resmi menggantikan Kompol Ida Pillomina yang bergeser ke Polda. Apa saja yang mau dibuat untuk lalu lintas Kota Jayapura?

Laporan: Abdel Gamel Naser – Jayapura

Nama Kompol Dian Novita untuk Kota Jayapura mungkin masih asing. Maklum saja sebelumnya ia lebih banyak bertugas di wilayah Merauke, Provinsi Papua Selatan. Bahkan sejumlah wartawan di Merauke yang dihubungi lewat video call langsung menyambut riuh ketika terhubung. Setelah dari Merauke, Kompol Dian masuk ke Polda Papua menjabat sebagai Kasi BPKB Subditregident Ditlantas Polda Papua selama kurang lebih 9 bulan.

   Namun dengan bekal sebagai Kasat Lantas Polres Merauke paling tidak Kompol Dian dipastikan segera beradaptasi dengan arus lalu lintas di Jayapura. Hanya saja dengan tingginya angka kecelakaan, tentunya menjadi PR baru agar bagaimana jumlah laka bisa ditekan. Meningkatkan kesadaran berlalu lintas satu kuncinya.

   ”Banyak yang harus dilakukan, tapi saya memulai dari benah-benah ke dalam lebih dulu, sebab jumlah kasus laka masih banyak,” kata Dian di ruang kerjanya, Senin (24/7).

Polisi kelahiran Ambon tahun 1985 ini menyebut langkah awal yang dilakukan adalah kembali membangun  koordinasi dengan stakeholder lain yang bersentuhan langsung dengan lalu lintas. ”Kami sudah berjalan ke Dishub Kota dan sama – sama coba menghidupkan kembali  forum lalu lintas yang di dalamnya ada berbagai stakeholder baik PUPR, Dishub  maupun Jasa Raharja dan komitmen yang sama harus ditanamkan yakni bagaimana menekan angka kecelakaan maupun korban jiwa,” beber Dian.

Baca Juga :  Sebagai Sarana Edukasi dan Berharap Jadi SD Terbaik di Kota Jayapura

Diakui masih banyak yang  perlu dibenahi dan ini tak bisa dilakukan hanya oleh Satlantas. Ia mencontohkan saat ini masih banyak black spot yang harus diperbaiki. Satu yang cukup sering dikeluhkan adalah jalur Hamadi – Holtekam. Dengan akses jalan yang lebar,  mulus, rata dan lurus justru menjadi lokasi yang cukup sering terjadi kecelakaan dan dampaknya juga fatal.

   “Iya untuk  Jalan Hamadi – Holtekam ini banyak dikeluhkan karena menjadi satu titik black spot. Jalannya gelap padahal instalasi listriknya ada dan ini juga bisa menjadi indikator terjadinya kecelakaan,”   jelas Dian.

  Bahkan menurutnya pada Juni lalu di jalan ini tercatat ada 10 jumlah kecelakaan di lokasi ini. Hal tersebut tak lepas dari kecenderungan pengguna jalan baik yang menggunakan roda dua maupun roda empat yang memacu kendaraannya ketika melihat jalan sepi, rata, luas dan lurus. Padahal lanjut Dian semakin kencang kendaraan, maka  angka atau tingkat fatalitas seseorang akan jauh lebih tinggi.

”Tentu berbeda dengan yang jalan pelan dan sesuai dengan batas kecepatan. Kondisi luka dan fatalitasnya pasti berbeda,” rincinya. Dan  menyangkut jalan Hamadi – Holtekam ini meski sudah disuarakan oleh media ternyata kata Dian pihaknya  perlu mencermati terkait instansi mana yang  memiliki kewenangan.

Baca Juga :  Patroli Malam Hari Diintensifkan

”Karena tidak semua dihandle oleh Dinas Perhubungan Kota, tergantung ruas jalannya dan untuk Hamadi – Holtekam nampaknya jalan nasional, sehingga pihak kementerian yang punya hajatan,” tambahnya.

  Lalu terkait  tingginya angka kecelakaan dijelaskan bahwa ini perlu dilihat dari indikator penyebabnya  dimana ada beberapa faktor mulai dari cuaca,  kondisi jalan, kondisi kendaraan maupun manusianya sendiri.

   Kata Dian untuk kondisi kendaraan angkanya tidak lebih banyak dari indikator human eror atau diakibatkan oleh si pengendara itu sendiri. ”Kami lihat lebih banyak faktor manusia dan infrastruktur pendukung. Kalau manusia cenderung akibat pengaruh alkohol. Bawa motor atau mobil tapi dalam keadaan mabuk,” tambahnya.

  Upaya lain yang dilakukan selain membangun koordinasi dan menggerakkan kembali forum lalu lintas menurut Dian di Polresta ada program Kapolres yakni kasih biru dan dikmas.

Untuk kasih biru dijelaskan lebih pada melakukan patroli kemudian memberikan penjelasan secara soft kepada pengendara yang melanggar. ”Ini juga untuk mengantisipasi 3C yakni curas, curat dan  curanmor. Selain itu ada dikmas yang juga bersentuhan langsung dengan masyarakat. ”Sama seperti Para – para Numbay yang hampir setiap hari  kami jalankan. Disini kami akhirnya tahu apa yang sebenarnya diinginkan masyarakat dan apa yang menjadi keluhan mereka,” ungkap Dian lagi.

”Namun ada juga momentum untuk kami lakukan penindakan  jika memang sudah jelas melanggar seperti lawan arah, gonceng tiga, tanpa helm dan lainnya,” tutup Dian. (*/tri)

Mengenal Kasat Lantas Polresta Jayapura Kota yang Baru, Kompol Dian Novita Pietersz

Setelah pada 18 Juli lalu dilakukan  Sertijab, Kompol Dian Novita Pietersz,  resmi menggantikan Kompol Ida Pillomina yang bergeser ke Polda. Apa saja yang mau dibuat untuk lalu lintas Kota Jayapura?

Laporan: Abdel Gamel Naser – Jayapura

Nama Kompol Dian Novita untuk Kota Jayapura mungkin masih asing. Maklum saja sebelumnya ia lebih banyak bertugas di wilayah Merauke, Provinsi Papua Selatan. Bahkan sejumlah wartawan di Merauke yang dihubungi lewat video call langsung menyambut riuh ketika terhubung. Setelah dari Merauke, Kompol Dian masuk ke Polda Papua menjabat sebagai Kasi BPKB Subditregident Ditlantas Polda Papua selama kurang lebih 9 bulan.

   Namun dengan bekal sebagai Kasat Lantas Polres Merauke paling tidak Kompol Dian dipastikan segera beradaptasi dengan arus lalu lintas di Jayapura. Hanya saja dengan tingginya angka kecelakaan, tentunya menjadi PR baru agar bagaimana jumlah laka bisa ditekan. Meningkatkan kesadaran berlalu lintas satu kuncinya.

   ”Banyak yang harus dilakukan, tapi saya memulai dari benah-benah ke dalam lebih dulu, sebab jumlah kasus laka masih banyak,” kata Dian di ruang kerjanya, Senin (24/7).

Polisi kelahiran Ambon tahun 1985 ini menyebut langkah awal yang dilakukan adalah kembali membangun  koordinasi dengan stakeholder lain yang bersentuhan langsung dengan lalu lintas. ”Kami sudah berjalan ke Dishub Kota dan sama – sama coba menghidupkan kembali  forum lalu lintas yang di dalamnya ada berbagai stakeholder baik PUPR, Dishub  maupun Jasa Raharja dan komitmen yang sama harus ditanamkan yakni bagaimana menekan angka kecelakaan maupun korban jiwa,” beber Dian.

Baca Juga :  Jadi Spesial Karena Diresmikan Dua Petinggi TNI Polri

Diakui masih banyak yang  perlu dibenahi dan ini tak bisa dilakukan hanya oleh Satlantas. Ia mencontohkan saat ini masih banyak black spot yang harus diperbaiki. Satu yang cukup sering dikeluhkan adalah jalur Hamadi – Holtekam. Dengan akses jalan yang lebar,  mulus, rata dan lurus justru menjadi lokasi yang cukup sering terjadi kecelakaan dan dampaknya juga fatal.

   “Iya untuk  Jalan Hamadi – Holtekam ini banyak dikeluhkan karena menjadi satu titik black spot. Jalannya gelap padahal instalasi listriknya ada dan ini juga bisa menjadi indikator terjadinya kecelakaan,”   jelas Dian.

  Bahkan menurutnya pada Juni lalu di jalan ini tercatat ada 10 jumlah kecelakaan di lokasi ini. Hal tersebut tak lepas dari kecenderungan pengguna jalan baik yang menggunakan roda dua maupun roda empat yang memacu kendaraannya ketika melihat jalan sepi, rata, luas dan lurus. Padahal lanjut Dian semakin kencang kendaraan, maka  angka atau tingkat fatalitas seseorang akan jauh lebih tinggi.

”Tentu berbeda dengan yang jalan pelan dan sesuai dengan batas kecepatan. Kondisi luka dan fatalitasnya pasti berbeda,” rincinya. Dan  menyangkut jalan Hamadi – Holtekam ini meski sudah disuarakan oleh media ternyata kata Dian pihaknya  perlu mencermati terkait instansi mana yang  memiliki kewenangan.

Baca Juga :  Iblis Penyebab Kejatuhan Manusia ke Dalam Dosa, Bukan Perempuan

”Karena tidak semua dihandle oleh Dinas Perhubungan Kota, tergantung ruas jalannya dan untuk Hamadi – Holtekam nampaknya jalan nasional, sehingga pihak kementerian yang punya hajatan,” tambahnya.

  Lalu terkait  tingginya angka kecelakaan dijelaskan bahwa ini perlu dilihat dari indikator penyebabnya  dimana ada beberapa faktor mulai dari cuaca,  kondisi jalan, kondisi kendaraan maupun manusianya sendiri.

   Kata Dian untuk kondisi kendaraan angkanya tidak lebih banyak dari indikator human eror atau diakibatkan oleh si pengendara itu sendiri. ”Kami lihat lebih banyak faktor manusia dan infrastruktur pendukung. Kalau manusia cenderung akibat pengaruh alkohol. Bawa motor atau mobil tapi dalam keadaan mabuk,” tambahnya.

  Upaya lain yang dilakukan selain membangun koordinasi dan menggerakkan kembali forum lalu lintas menurut Dian di Polresta ada program Kapolres yakni kasih biru dan dikmas.

Untuk kasih biru dijelaskan lebih pada melakukan patroli kemudian memberikan penjelasan secara soft kepada pengendara yang melanggar. ”Ini juga untuk mengantisipasi 3C yakni curas, curat dan  curanmor. Selain itu ada dikmas yang juga bersentuhan langsung dengan masyarakat. ”Sama seperti Para – para Numbay yang hampir setiap hari  kami jalankan. Disini kami akhirnya tahu apa yang sebenarnya diinginkan masyarakat dan apa yang menjadi keluhan mereka,” ungkap Dian lagi.

”Namun ada juga momentum untuk kami lakukan penindakan  jika memang sudah jelas melanggar seperti lawan arah, gonceng tiga, tanpa helm dan lainnya,” tutup Dian. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya