Dalam proses pengerjaannya saat ini tidak serta merta dilakukan menggunakan tenaga manusia, tetapi sudah didukung dengan mekanisasi yang modern. Misalnya untuk alat pemanasnya menggunakan oven listrik, kemudian beberapa hasil karya yang dibuat juga sudah dibalur bahan keramik yang didatangkan dari Pulau Jawa. Sehingga produk yang dihasilkan juga boleh dikatakan sudah bisa bersaing di pasaran.
Proses pembuatannya dimulai dengan pengambilan tanah liat, kemudian dicampur air lalu disaring dan yang diambil hanya lumpur tanah liat yang benar-benar halus, selanjutnya dikeringkan dan dibagi dalam bentuk kiloan. Penjemuran itu memakan waktu selama dua Minggu, selanjutnya dibuat dalam bentuk wadah apa saja yang sesuai dengan keinginan atau pesanan selanjutnya dibakar dengan menggunakan oven listrik.
“Setelah dilakukan pembakaran di dalam oven selama 6 jam, itu sudah menghasilkan bahan atau produk yang sesuai diinginkan. Setelah itu baru kita kasih glasir, supaya hasilnya jadi keramik itu kita bakar selama 9 jam,”ujarnya.
Usaha ini mulai digeluti warga setelah pemerintah kampung setempat mengirim beberapa kelompok ibu-ibu untuk diikutsertakan dalam pelatihan pembuatan keramik di Tanah Hitam. Selanjutnya masyarakat setempat secara mandiri mulai melanjutkan teori yang mereka pelajari selama pelatihan.
Sejauh ini mereka sudah menerima pesanan sebanyak 5000 gelas dari ibu Menteri sosial, saat ini sudah terproses lebih dari 3000 gelas. Untuk menghasilkan produk ini memakan waktu satu bulan lamanya.
Setidaknya dengan adanya usaha kerajinan keramik di kampung itu telah mengundang keterlibatan banyak orang, tidak hanya kelompok yang ikut dalam pelatihan, tetapi juga anak-anak muda juga sudah mulai merasa tertarik. Karena itu masyarakat berharap ke depan ada keterlibatan Pemerintah Kota Jayapura untuk menyediakan pasar bagi usaha keramik di kampung Kayu Batu itu. (*/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos