Saturday, April 26, 2025
25.7 C
Jayapura

Jangan Hanya X-Banner Pajak tapi Harusnya Ada Terkait Plastik Sekali Pakai

Ia juga menambahkan bahwa moment hari bumi yang diperingati 22 April sepatutnya menjadi waktu yang tepat untuk merefleksi dan memperbaiki. Kalimat memperbaiki patut disandingkan mengingat sudah banyak perubahan atas tata letak permukaan bumi. Banyak yang dulu terjaga kini entah kemana. Disini juga terungkap soal bagaimana pemerintah menggelar festival sampah. Sebuah festival yang mengakomodir semangat kepedulian atau keberlanjutan terkait lingkungan.

“Coba buat festival sampah yang memanfaatkan limbah sehingga warga yang menyaksikan bisa tergerak untuk meniru. Sampah tak lagi sekedar benda tak berharga dan menjadi masalah bagi lingkungan tapi memiliki nilai lebih,” tambah Kristin.

Ide tersebut nantinya bisa dikemas dengan pemberian penghargaan kepada para local heroes atau pejuang lingkungan versi lokal yang memiliki komitmen terhadap lingkungan.

“Jangan setiap tahun hanya melahirkan duta tapi setelah itu hilang, tidak banyak yang dilakukan, jadi pemerintah ikut mendorong lahirnya local heroes ini,” singgungnya.

Baca Juga :  Bank Papua Launching Layanan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing

Usulan lain yang disampaikan para pemuda dan mahasiswa adalah pemanfaatan sampah yang bisa di recycle. Semisal sampah botol yang banyak berceceran di Jembatan Yotefa. Sampah ini bisa diolah menjadi gelas seperti yang sudah dilakukan beberapa pegiat lingkungan sehingga sampah yang membahayakan justru bisa dimanfaatkan sebagai gelas.

“Yang kami butuhkan hanyalah regulasi jadi gelas yang dihasilkan itu wajib digunakan oleh cafe-cafe atau restoran yang ada di Jayapura. Dari regulasi itu mendorong usaha kerajinan yang nantinya memiliki nilai ekonomi,” tambah Maria, mahasiswa Uncen.

“Dan masih ada soal lain terkait sampah plastik yang terus menerus menggempur Teluk Yotefa dan seperti tak habis-habisnya,” imbuhnya.

Usulan lain adalah pemerintah menyiapkan bak sampah yang khusus food waste atau sampah makanan. Ini agar warga yang mencari makanan untuk pakan ternak tidak harus membongkar dan akhirnya menyulitkan petugas kebersihan untuk kembali mengumpulkan.

Baca Juga :  Masyarakat Bisa Pantau Hasil Pemilu di TPS Lewat Aplikasi Sirekap Mobile

“Jadi ada bak kecil yang memang untuk makanan sisa dan masyarakat pemilik sampah sudah memisah dari rumah sehingga tidak harus dibat berantakan dan menyulitkan petugas. Ini juga bisa menjadi kebiasaan baru. Memilah dari rumah yang seharusnya sudah dilakukan selama ini,” kata Evan, salah satu mahasiswa Yapis.

Ia juga menyinggung agar DPR ikut mengoreksi berbagai macam aturan daerah yang dirasa tak lagi relevan.

“Dikoreksi sama – sama sebab kami membutuhkan ketegasan dan bukan lagi sebatas imbauan imbauan. Sudah bukan waktunya memberikan imbauan tapi terapkan konsekwensi dan ketegasan,” tutupnya. (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Ia juga menambahkan bahwa moment hari bumi yang diperingati 22 April sepatutnya menjadi waktu yang tepat untuk merefleksi dan memperbaiki. Kalimat memperbaiki patut disandingkan mengingat sudah banyak perubahan atas tata letak permukaan bumi. Banyak yang dulu terjaga kini entah kemana. Disini juga terungkap soal bagaimana pemerintah menggelar festival sampah. Sebuah festival yang mengakomodir semangat kepedulian atau keberlanjutan terkait lingkungan.

“Coba buat festival sampah yang memanfaatkan limbah sehingga warga yang menyaksikan bisa tergerak untuk meniru. Sampah tak lagi sekedar benda tak berharga dan menjadi masalah bagi lingkungan tapi memiliki nilai lebih,” tambah Kristin.

Ide tersebut nantinya bisa dikemas dengan pemberian penghargaan kepada para local heroes atau pejuang lingkungan versi lokal yang memiliki komitmen terhadap lingkungan.

“Jangan setiap tahun hanya melahirkan duta tapi setelah itu hilang, tidak banyak yang dilakukan, jadi pemerintah ikut mendorong lahirnya local heroes ini,” singgungnya.

Baca Juga :  Bisa Ditindaklanjuti Setelah Ada Laporan Korban ke BK

Usulan lain yang disampaikan para pemuda dan mahasiswa adalah pemanfaatan sampah yang bisa di recycle. Semisal sampah botol yang banyak berceceran di Jembatan Yotefa. Sampah ini bisa diolah menjadi gelas seperti yang sudah dilakukan beberapa pegiat lingkungan sehingga sampah yang membahayakan justru bisa dimanfaatkan sebagai gelas.

“Yang kami butuhkan hanyalah regulasi jadi gelas yang dihasilkan itu wajib digunakan oleh cafe-cafe atau restoran yang ada di Jayapura. Dari regulasi itu mendorong usaha kerajinan yang nantinya memiliki nilai ekonomi,” tambah Maria, mahasiswa Uncen.

“Dan masih ada soal lain terkait sampah plastik yang terus menerus menggempur Teluk Yotefa dan seperti tak habis-habisnya,” imbuhnya.

Usulan lain adalah pemerintah menyiapkan bak sampah yang khusus food waste atau sampah makanan. Ini agar warga yang mencari makanan untuk pakan ternak tidak harus membongkar dan akhirnya menyulitkan petugas kebersihan untuk kembali mengumpulkan.

Baca Juga :  Bank Papua Launching Layanan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing

“Jadi ada bak kecil yang memang untuk makanan sisa dan masyarakat pemilik sampah sudah memisah dari rumah sehingga tidak harus dibat berantakan dan menyulitkan petugas. Ini juga bisa menjadi kebiasaan baru. Memilah dari rumah yang seharusnya sudah dilakukan selama ini,” kata Evan, salah satu mahasiswa Yapis.

Ia juga menyinggung agar DPR ikut mengoreksi berbagai macam aturan daerah yang dirasa tak lagi relevan.

“Dikoreksi sama – sama sebab kami membutuhkan ketegasan dan bukan lagi sebatas imbauan imbauan. Sudah bukan waktunya memberikan imbauan tapi terapkan konsekwensi dan ketegasan,” tutupnya. (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya