Dina juga menyoroti fakta bahwa hingga saat ini Papua belum memiliki tenaga teknisi alat kesehatan yang memadai, sehingga setiap kali terjadi kerusakan alat, pihak rumah sakit harus mendatangkan teknisi dari luar daerah.
“Kita punya anak-anak Papua yang hebat-hebat. Tinggal bagaimana kita gembleng mereka agar bisa menjadi ahli di bidang teknisi alat kesehatan,” tegasnya.
Sementara itu, dalam kunjungan ke RSUP Jayapura, Komisi V mengapresiasi fasilitas rumah sakit tersebut yang dinilai sudah sangat lengkap dan modern. Namun, Dina mengingatkan agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat sebanding dengan megahnya bangunan rumah sakit tersebut.
“Pemerintah pusat sudah sangat baik memberikan perhatian bagi Papua. Kita sudah punya rumah sakit seperti hotel, maka dari itu kami berharap pelayanannya juga harus sesuai dengan kualitas bangunannya,” tandasnya.
Secara umum, Komisi V menilai bahwa pelayanan kesehatan di dua rumah sakit ini sudah cukup baik. Meski demikian, mereka tetap menekankan pentingnya dukungan anggaran yang memadai dari pemerintah agar kualitas pelayanan kepada masyarakat semakin meningkat.
“Kami sudah menerima berbagai laporan dari RSUP maupun RSUD Abepura. Kita berharap pelayanan yang baik ini terus ditingkatkan,” tuturnya.
Wakil Direktur RSUD Abepura, Benyamin Pepuho, membenarkan bahwa ruang operasi di rumah sakit tersebut memang tidak dapat beroperasi sejak Agustus akibat kerusakan pada sejumlah peralatan vital.
“Secara teknis, yang rusak itu suhunya tidak stabil dan tekanan udara di ruang operasi meningkat secara tidak stabil, sehingga proses operasi tidak bisa dilakukan,” jelas Benyamin.
Ia menyebutkan bahwa di ruang operasi RSUD Abepura terdapat empat kamar operasi, namun seluruhnya kini tidak dapat digunakan karena alat pendukungnya rusak.
“Kita punya empat kamar operasi, awalnya masih bisa menggunakan satu kamar. Tapi sejak Agustus semuanya tidak berfungsi. Mesin anastesi kita hanya satu yang masih bisa digunakan, tiga lainnya rusak,” ungkapnya.