Saturday, January 25, 2025
25.7 C
Jayapura

Awasi Pengunaan HP pada Anak, Cegah Jerat Eksploitasi Seksual di Ruang Digital

   Menurutnya, eksploitasi seksual anak dapat berupa banyak hal, antara lain dapat berupa foto, video, audio, dan penggambaran visual lain dari pelecehan atau bagian seksual anak yang nyata ataupun yang dihasilkan komputer maupun Handphone (HP).

   “Bagi para orang tua yang punya rasa sayang terhadap anak dengan memberikan gadget harus dikontrol dan perlu ada penegasan. Artinya memberikan penekanan agar tidak melakukan aktivitas online yang mengarah kepada hal-hal yang negatif,” tuturnya.

  Selain pengaruh ruang digital, orang tua juga harus mengawasi aktivitas anak di lingkungan baik itu di sekolah maupun bersama teman-temannya. “Pengaruh lingkungan juga masih ada kaitannya dengan dunia digital, jika kita tidak persiapkan anak dengan baik, bisa saja apa yang dia lihat dan dengar di dunia maya itu bisa dipraktekkan di lingkungannya, jadi harus ada kontrol yang ekstra,” pungkasnya.

Baca Juga :  Daging Lebih Tebal ketimbang Bebek, tapi Lembut dan Gurih

   Bagi Betty, penggunaan gadget yang berlebihan dapat berdampak buruk pada perkembangan sosial dan emosional anak, termasuk prilaku kekerasan hingga mengarah kepada ruang seksual digital dan menjadi korban kekerasan seksual di dunia maya.

   “Penggunaan gadget pada anak-anak dapat memiliki dampak positif dan negatif. Untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan gadget pada anak-anak, orang tua dapat menerapkan batasan waktu penggunaan gadget,” paparnya.

   Dengan beberapa kasus kekerasan seksual terhadap anak yang masih marak terjadi, diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi semua pemangku kepentingan khususnya orang tua. “Dalam menekan kekerasan seksual terhadap anak, DP3AKB memiliki beberapa kegiatan strategis salah satunya adalah sosialisasi lewat program penguatan keluarga,” ungkapnya.

   Terlepas dari upaya pencegahan dan program dari pemerintah, Suhartini Wati yang merupakan seorang ibu rumah tangga di Koya Tengah Distrik Muara Tami sangat mendukung langkah DP3AKB Kota Jayapura itu. Bagi Ibu tiga orang anak itu, kendala terbesar orang tua dalam mengawasi anak-anak adalah dilema dengan rasa sayang yang berlebihan.

Baca Juga :  Papua Butuh ASN yang Mampu Menyelesaikan Berbagai Konflik Sosial

  “Kebiasaan saya di rumah, setiap hari saya harus memeriksa aktivitas gadget anak-anak, selain itu juga ada batas waktu, misalnya setiap jam 7 atau 8 malam, semua Hp anak-anak saya sita,” ujar Suhartini menceritakan upaya pengawasan penggunaan gadget pada anak-anaknya.

   Kadang, menurutnya cara tersebut belum bisa menjadi cara yang ampuh, untuk dirinya selalu memberikan penegasan kepada ketiga anaknya, bahwa Hp yang dia beli hanya untuk kepentingan belajar dan komunikasi dengan orang tua.

   Menurutnya, eksploitasi seksual anak dapat berupa banyak hal, antara lain dapat berupa foto, video, audio, dan penggambaran visual lain dari pelecehan atau bagian seksual anak yang nyata ataupun yang dihasilkan komputer maupun Handphone (HP).

   “Bagi para orang tua yang punya rasa sayang terhadap anak dengan memberikan gadget harus dikontrol dan perlu ada penegasan. Artinya memberikan penekanan agar tidak melakukan aktivitas online yang mengarah kepada hal-hal yang negatif,” tuturnya.

  Selain pengaruh ruang digital, orang tua juga harus mengawasi aktivitas anak di lingkungan baik itu di sekolah maupun bersama teman-temannya. “Pengaruh lingkungan juga masih ada kaitannya dengan dunia digital, jika kita tidak persiapkan anak dengan baik, bisa saja apa yang dia lihat dan dengar di dunia maya itu bisa dipraktekkan di lingkungannya, jadi harus ada kontrol yang ekstra,” pungkasnya.

Baca Juga :  Tolong Korban Tenggelam, Pengelola Café dan Tempat Wisata Harus Tahu Tekniknya

   Bagi Betty, penggunaan gadget yang berlebihan dapat berdampak buruk pada perkembangan sosial dan emosional anak, termasuk prilaku kekerasan hingga mengarah kepada ruang seksual digital dan menjadi korban kekerasan seksual di dunia maya.

   “Penggunaan gadget pada anak-anak dapat memiliki dampak positif dan negatif. Untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan gadget pada anak-anak, orang tua dapat menerapkan batasan waktu penggunaan gadget,” paparnya.

   Dengan beberapa kasus kekerasan seksual terhadap anak yang masih marak terjadi, diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi semua pemangku kepentingan khususnya orang tua. “Dalam menekan kekerasan seksual terhadap anak, DP3AKB memiliki beberapa kegiatan strategis salah satunya adalah sosialisasi lewat program penguatan keluarga,” ungkapnya.

   Terlepas dari upaya pencegahan dan program dari pemerintah, Suhartini Wati yang merupakan seorang ibu rumah tangga di Koya Tengah Distrik Muara Tami sangat mendukung langkah DP3AKB Kota Jayapura itu. Bagi Ibu tiga orang anak itu, kendala terbesar orang tua dalam mengawasi anak-anak adalah dilema dengan rasa sayang yang berlebihan.

Baca Juga :  Jelang Nataru, Waspadai Kriminalitas!

  “Kebiasaan saya di rumah, setiap hari saya harus memeriksa aktivitas gadget anak-anak, selain itu juga ada batas waktu, misalnya setiap jam 7 atau 8 malam, semua Hp anak-anak saya sita,” ujar Suhartini menceritakan upaya pengawasan penggunaan gadget pada anak-anaknya.

   Kadang, menurutnya cara tersebut belum bisa menjadi cara yang ampuh, untuk dirinya selalu memberikan penegasan kepada ketiga anaknya, bahwa Hp yang dia beli hanya untuk kepentingan belajar dan komunikasi dengan orang tua.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/