Sementara itu anaknya bernama Risky mengaku senang, karena sudah memenuhi kewajiban sebagaimana perintah ajaran islam. “Senang karena menurut mama dengan bapa kami umat muslim wajib sunat,” tuturnya.
Diapun mengatakan meski ada hal yang terasa janggal, namun dengan mendengar cerita kedua kakanya yang sudah disunat, maka dirinya merasa itu hal biasa. “Rasanya ada yang aneh saja, tapi menurut kakak-kakaku, ini hanya 10 hari saja, selanjutnya sudah seperti biasa lagi,” tuturnya.
Sementara itu di tempat yang sama, Eduardus Lede Umbu Pati, salah satu warga asal Sumba, NTT, yang tinggal di Kota Jayapura mengaku senang karena kedua anaknya dapat dikhitan gratis.
Diapun menceritakan bahwa sesuai adat dan budaya di NTT, sunat menjadi urusan wajib. Hanya saja dapat dilakukan ketika anak anak sudah berusia 17 ke atas. “Kalau sesuai budaya di NTT aturan sunat ini hanya untuk mereka yang sudah menginjak usia 17 tahun ke atas, tapi karena kita ini tinggal di Kota jadi selama ada program khitan masal gratis begini tidak lagi tunggu usia 17 tahun,” ujarnya.
Diapun ketika itu membawa dua anak laki-lakinya, masing masing ada yang usia sekolah dasar (SD) tapi juga masih berusia TK. Untuk anaknya yang SD tidak terlalu histeris ketakutan, sementara yang kecil saat dioperasi tidak takut, tapi setelah dioperasi justru menangis.
“Karena mungkin dia rasa janggal, tapi saya anggap itu biasa, paling nanti dua sampai tiga hari kedepan sudah sembuh,” kata Edo.
Sementara itu Marto Randi Kase, pria asal Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur itu juga ikut sunat masal di Cepos. Marto sendiri mengatakan bahwa khitan juga sudah menjadi bagian dari budaya orang NTT.
Dimana operasi khitan itu akan dilakukan dengan prosesi adat. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pembersihan diri. Sehingga prosesnya diikuti seluruh keluarga besar. Karena dilakukan dengan prosesi adat, sehingga teknis operasi hingga proses penyembuhannya berbeda dengan cara kerja medis.
Untuk operasinya sendiri, akan dilakukan oleh orang tua yang ada di kampung. Itupun peralatan yang digunakan hanya menggunakan bilah bambu yang diserut setajam pisau. Sebelum disunat, anak anak harus membuat pengakuan dosa di hadapan petuah. Dalam proses pengakuan anak anak yang disunat itu akan membuat pengakuan seputaran kehidupan remajanya.