Tuesday, June 24, 2025
24.5 C
Jayapura

Mengira Wajah Dilumuri Lumpur Karena Berduka Tapi Malah Menyerang Membabi Buta

Namun sayangnya dedikasi dan loyalitas yang mereka berikan justru dibalas dengan luka yang mendalam. Guru asal Maumere, Nusa Tenggara Timur, ini adalah satu dari sekian tenaga pendidik yang mengalami serangan brutal oleh KKB. Saat ditemui Cenderawasih Pos, Selasa (17/6), Kosmas Paga masih terlihat terpukul. Butuh waktu baginya agar luka ini sembuh.

Usai berdiskusi ringan iapun mulai menceritakan kronologis dari peristiwa anggruk. Diceritakan bahwa peristiwa itu bermula pada Jumat sore, 21 Maret 2025. Sekitar pukul 17.00 WIT. Ketika itu ia tengah membersihkan sampah di halaman rumah dinas sekolah tempat mereka tinggal. Tiba-tiba, sekelompok pria dengan wajah dilumuri tanah, datang membawa parang dan kapak.

“Saya kira mereka sedang berduka, karena di Anggruk, kalau orang melumuri wajahnya dengan tanah, itu pertanda sedang mengalami kedukaan,” ujarnya. Namun ternyata, dugaannya meleset jauh. Tanpa aba-aba, para pria itu langsung menyekap tangannya dan menusuk pundaknya. Kosmas sempat melawan dan melarikan diri sambil diteriaki, dilempari batu, hingga kembali ditusuk di bagian pundak.

Baca Juga :  Sarana Berbagi Ilmu Seni dan Ekonomi Kreatif

Dengan luka menganga, ia berlari menuju rumah seorang guru lokal asal Anggruk. Tapi karena pengejaran terus berlanjut, ia pindah dan bersembunyi di atas plafon rumah warga hingga malam tiba. “Saya sembunyi di atas plafon rumah warga, tidak berani turun sampai malam,” katanya. Karena gagal menemukan Kosmas, kelompok ini itu kembali menyerang rekan-rekan guru lainnya yang saat itu sedang berada di dalam rumah.

Mereka menganiaya dengan brutal memukul, menginjak, dan membacok semua orang yang berada di rumah dinas tersebut. Guru Fidelis Lena sempat berusaha melindungi teman-temannya, namun pada akhirnya ia pun terluka parah dan akhirnya melarikan diri. Dari peristiwa hari pertama, satu-satunya yang lolos dari serangan berutal OTK hanyalah Almarhumah Rosalia.

Baca Juga :  KPU RI-PPS Berikan Pendidikan Politik Berkelanjutan bagi Pemilih Pemula

Bahkan malam harinya setelah situasi kondusif almarhum sempat membantu merawat Kosmas paga dan korban luka lainnya di Puskesmas Anggruk. Namun nahas, keesokan harinya, Sabtu 22 Maret, sekitar pukul 08.00 WIT, para pelaku kembali. Mereka mencari Kosmas dan rekan-rekannya hingga mendatangi Puskesmas. Rosalia yang mengetahui hal itu mencoba melarikan diri bersama dua orang lainnya. Namun dia tertangkap, dan ditemukan meninggal dunia dengan tubuh bersimbah darah dengan sejumlah luka tusukan di tubuhnya

“Kami baru tahu ibu Rosalia meninggal sekitar jam 12 siang, setelah warga datang melapor. Kami semua syok dan terpukul,” ucap Kosmas.

Namun sayangnya dedikasi dan loyalitas yang mereka berikan justru dibalas dengan luka yang mendalam. Guru asal Maumere, Nusa Tenggara Timur, ini adalah satu dari sekian tenaga pendidik yang mengalami serangan brutal oleh KKB. Saat ditemui Cenderawasih Pos, Selasa (17/6), Kosmas Paga masih terlihat terpukul. Butuh waktu baginya agar luka ini sembuh.

Usai berdiskusi ringan iapun mulai menceritakan kronologis dari peristiwa anggruk. Diceritakan bahwa peristiwa itu bermula pada Jumat sore, 21 Maret 2025. Sekitar pukul 17.00 WIT. Ketika itu ia tengah membersihkan sampah di halaman rumah dinas sekolah tempat mereka tinggal. Tiba-tiba, sekelompok pria dengan wajah dilumuri tanah, datang membawa parang dan kapak.

“Saya kira mereka sedang berduka, karena di Anggruk, kalau orang melumuri wajahnya dengan tanah, itu pertanda sedang mengalami kedukaan,” ujarnya. Namun ternyata, dugaannya meleset jauh. Tanpa aba-aba, para pria itu langsung menyekap tangannya dan menusuk pundaknya. Kosmas sempat melawan dan melarikan diri sambil diteriaki, dilempari batu, hingga kembali ditusuk di bagian pundak.

Baca Juga :  Cerdaskan Generasi Penerus Bangsa, Rumah Baca dan Taman Bermain Didirikan 

Dengan luka menganga, ia berlari menuju rumah seorang guru lokal asal Anggruk. Tapi karena pengejaran terus berlanjut, ia pindah dan bersembunyi di atas plafon rumah warga hingga malam tiba. “Saya sembunyi di atas plafon rumah warga, tidak berani turun sampai malam,” katanya. Karena gagal menemukan Kosmas, kelompok ini itu kembali menyerang rekan-rekan guru lainnya yang saat itu sedang berada di dalam rumah.

Mereka menganiaya dengan brutal memukul, menginjak, dan membacok semua orang yang berada di rumah dinas tersebut. Guru Fidelis Lena sempat berusaha melindungi teman-temannya, namun pada akhirnya ia pun terluka parah dan akhirnya melarikan diri. Dari peristiwa hari pertama, satu-satunya yang lolos dari serangan berutal OTK hanyalah Almarhumah Rosalia.

Baca Juga :  Sarana Berbagi Ilmu Seni dan Ekonomi Kreatif

Bahkan malam harinya setelah situasi kondusif almarhum sempat membantu merawat Kosmas paga dan korban luka lainnya di Puskesmas Anggruk. Namun nahas, keesokan harinya, Sabtu 22 Maret, sekitar pukul 08.00 WIT, para pelaku kembali. Mereka mencari Kosmas dan rekan-rekannya hingga mendatangi Puskesmas. Rosalia yang mengetahui hal itu mencoba melarikan diri bersama dua orang lainnya. Namun dia tertangkap, dan ditemukan meninggal dunia dengan tubuh bersimbah darah dengan sejumlah luka tusukan di tubuhnya

“Kami baru tahu ibu Rosalia meninggal sekitar jam 12 siang, setelah warga datang melapor. Kami semua syok dan terpukul,” ucap Kosmas.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya