Tuesday, June 24, 2025
21.7 C
Jayapura

Mengira Wajah Dilumuri Lumpur Karena Berduka Tapi Malah Menyerang Membabi Buta

Mereka yang Masih Menyimpan Cerita Duka dan Trauma Sebagai Pengajar di Pedalaman

Kisah pilu yang dialami tenaga pendidikan dan tenaga medis di Distrik Anggruk, Yahukimo memang telah berlalu. Kejadiannya terjadi Maret 2025 lalu. Namun rasa trauma itu kental tertanam dibenak. Satu gurupun bertutur cerita berdarah tersebut.

Laporan: Karolus Daot-Jayapura

Bagi Kosmas Paga dan rekan-rekannya, bulan Maret bukan lagi sekadar deretan angka di kalender. Namun Ia telah berubah menjadi simbol luka dan duka yang begitu dalam. Sebuah kejadian tragedi kemanusiaan yang rasanya sulit untuk dihapus. Tekadnya untuk mencerdaskan generasi bangsa dimulai dari kampung dan medan yang sulit harus dibayar dengan rasa trauma.

Baca Juga :  Personel Polisi yang Dibacok Akhirnya Meninggal

Ia dan rekan-rekannya justru menjadi sasaran kekerasan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Sejatinya Anggruk tidak pernah terjadi kejadian ini. Distrik ini menjadi salah satu distrik yang terbilang sangat aman dan kondusif serta tak pernah terjadi kekerasan bersenjata bahkan sampai menghilangkan nyawa.

Karenanya tak sedikit yang sulit mempercayai jika Anggruk kini telah dinodai. Ada darah dan ada air mata yang menetes di tanah tersebut. Kosmas Paga adalah seorang guru asal Maumere, NTT. Ia bersama rekan-rekannya datang ke Anggruk dengan satu tujuan mulia yaitu mendidik anak-anak di pelosok Papua. Mereka meninggalkan kampung halaman dan kenyamanan demi memberikan masa depan bagi generasi yang jauh dari akses pendidikan yang layak.

Baca Juga :  Sudah Ada Lima Aduan yang Masuk, Rata-rata Soal Pasien Tak Punya Surat Rujukan

Mereka yang Masih Menyimpan Cerita Duka dan Trauma Sebagai Pengajar di Pedalaman

Kisah pilu yang dialami tenaga pendidikan dan tenaga medis di Distrik Anggruk, Yahukimo memang telah berlalu. Kejadiannya terjadi Maret 2025 lalu. Namun rasa trauma itu kental tertanam dibenak. Satu gurupun bertutur cerita berdarah tersebut.

Laporan: Karolus Daot-Jayapura

Bagi Kosmas Paga dan rekan-rekannya, bulan Maret bukan lagi sekadar deretan angka di kalender. Namun Ia telah berubah menjadi simbol luka dan duka yang begitu dalam. Sebuah kejadian tragedi kemanusiaan yang rasanya sulit untuk dihapus. Tekadnya untuk mencerdaskan generasi bangsa dimulai dari kampung dan medan yang sulit harus dibayar dengan rasa trauma.

Baca Juga :  Pak MK Sering Pamer Kemampuan Berbahasa Jawa

Ia dan rekan-rekannya justru menjadi sasaran kekerasan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Sejatinya Anggruk tidak pernah terjadi kejadian ini. Distrik ini menjadi salah satu distrik yang terbilang sangat aman dan kondusif serta tak pernah terjadi kekerasan bersenjata bahkan sampai menghilangkan nyawa.

Karenanya tak sedikit yang sulit mempercayai jika Anggruk kini telah dinodai. Ada darah dan ada air mata yang menetes di tanah tersebut. Kosmas Paga adalah seorang guru asal Maumere, NTT. Ia bersama rekan-rekannya datang ke Anggruk dengan satu tujuan mulia yaitu mendidik anak-anak di pelosok Papua. Mereka meninggalkan kampung halaman dan kenyamanan demi memberikan masa depan bagi generasi yang jauh dari akses pendidikan yang layak.

Baca Juga :  Sudah Ada Lima Aduan yang Masuk, Rata-rata Soal Pasien Tak Punya Surat Rujukan

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/