Namun kondisi lebih mengejutkan muncul saat rombongan hendak naik ke lantai 4. Tangga menuju area itu terkunci dari dua sisi. Setelah menunggu beberapa menit, seseorang datang membawa kunci, bukan petugas pasar, melainkan orang tak dikenal.
Saat pintu terbuka, pemandangan yang terlihat justru kawasan hunian: dapur lengkap, tempat tidur, rak sepatu, hingga jemuran pakaian memenuhi lorong. Lantai 4 bahkan tampak seperti kos-kosan.
Rustan Saru terdiam sejenak. Keluhan para pedagang yang disampaikan di ruang publik beberapa hari sebelumnya terasa terbukti. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, menegaskan tidak ada izin yang dikeluarkan untuk menjadikan lantai 4 sebagai tempat tinggal, apalagi tempat ibadah seperti rumor yang beredar.
Meski kondisi pasar terlihat memprihatinkan, kunjungan Wakil Wali Kota itu justru memunculkan harapan baru bagi para pedagang. Mereka bisa menyampaikan langsung apa yang dialami setiap hari—langsung dari satu lantai ke lantai lainnya.
“Semoga pasar ini bisa kembali seperti dulu waktu baru dibangun,” ucap seorang mama pedagang dengan nada penuh harapan.
Rustan Saru menutup kunjungannya dengan menegaskan rencana penataan total pasar.
“Kota akan menata ulang semuanya, termasuk penguatan keamanan untuk memastikan tempat ini aman,” tegasnya.
“Dan mulai sekarang, tidak ada lagi yang pegang kunci kamar mandi selain petugas resmi dari dinas terkait,” lanjutnya.
Seorang pedagang, Mama Atang, menyampaikan bahwa situasi pasar saat ini benar-benar membutuhkan langkah tegas. “Kalau bisa, bapa wakil jangan datang satu kali saja. Harus sering datang cek perkembangan pasar,” ujarnya.