Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

Tak Harus Baca Satu Buku Satu Hari, yang Tak Punya Buku Bisa Pinjam Gratis

Melihat Gerakan Torang Baca di Kota Jayapura yang Diprakarasi oleh Anak Muda

Di tengah tuduhan tingkat literasi rendah, beberapa anak muda di Papua membuat insiatif untuk mendekatkan banyak orang dengan buku. Hingga terbentuklah sebuah gerakan membaca bernama “Torang Baca”.

Laporan: Elfira_Jayapura

Setiap bulan, beberapa orang datang berkumpul di satu tempat di jantung Kota Jayapura. Tepatnya di Taman Mandiri, depan Kantor Bank Indonesia. Setiap mereka yang datang, membawa buku bacaan masing-masing.

  Minggu (15/10), Cenderawasih Pos berkesempatan bergabung dengan gerakan Torang Baca. Namun kali ini, lokasinya bukan di Taman Mandiri, melainkan di Katita Coffee dan Space yang berlokasi di Jalan SMP Koya Tengah, Distrik Muara Tami.

   Setiba di lokasi tersebut, tepat pukul 15:40 WIT. Tanpa aba-aba, mereka yang kebanyakan anak muda ini mengeluarkan buku dari tas masing-masing dan mulai membaca dalam senyap, sembari ditemani alunan musik jazz instrumental dari Katita Coffee dan Space.

  Usai membaca buku selama sejam, ada yang melakukan foto bareng, ada yang masih duduk asyik membaca, ada yang melanjutkan diskusi dan ada yang memilih pulang.

  Inisiator Gerakan Baca, Syarif menyebut, gerakan ini baru dibentuk pada Juni 2023 lalu. Torang Baca tak memiliki anggota, siapa saja yang mau datang membaca dipersilahkan.

  “Gerakan Torang Baca isinya orang orang yang suka membaca, dimana setiap bulannya ada  acara kumpul. Saat moment kumpul sebulan sekali, selama sejam kami habiskan waktu untuk membaca. Setelah itu, mendiskusikan buku buku yang telah kami baca,” ucap pemuda 23 tahun ini.

Baca Juga :  Sempat Panik Saat Masuk Lumpur Namun Orang Tua Ikut Bangga

  Alasan Syarif membuat gerakan ini lantaran selama ia berada di Kota Jayapura, belum sekalipun ia menemui adanya gerakan membaca. Padahal, terdapat toko buku di Kota Jayapura.

  Hingga seiring berjalannya waktu, pemuda yang bekerja di Kantor Keuangan itu dipertemukan dengan orang orang yang gemar membaca. Hingga punya inisiatif untuk membuat Gerakan Torang Baca.

“Tak salah membangun gerakan ini di tengah orang orang sibuk dengan gadget. Namun saya percaya, jika ada toko buku di satu tempat, itu artinya banyak orang yang suka membaca. Dan melalui Torang Baca, bisa mengumpulkan orang-orang yang suka membaca,” ungkapnya.

  Dengan adanya gerakan ini, Syarif berharap meningkatnya minat baca di kalangan anak muda Papua khususnya di Kota Jayapura di tengah modernisasi saat ini.

  Sementara untuk lokasi sendiri, Syarif menyebut tak menentu, namun sejauh ini mereka kerap berada di Taman Mandiri. Torang Baca juga menyediakan buku bacaan gratis, sehingga bagi mereka yang datang membaca namun tak punya buku, bisa meminjamnya di Torang Baca.

“Melalui gerakan ini, orang orang suka membaca menganggap membaca buku itu menyenangkan,” harapnya.

  Gerakan Torang Baca juga membuka diri jika misalkan ada penulis Papua mau menyalurkan bukunya, atau penerbit Papua perlu dukungan untuk memperkenalkan buku yang ditulis.

  Sementara itu, Ranum Mansawan yang bergabung di Torang Baca mengaku, sejak kecil dirinya sudah bersahabat dengan buku. Ini tak terlepas dari latar belakang keluarganya, dimana orang tuanya yang terus mendorongnya untuk membaca sedari dini.

Baca Juga :  Komnas HAM Menjadi Penengah, TNI/Polri dan Egianus Diminta Tunjuk Negosiatornya

   “Sejak kecil, ayah saya sudah membiasakan kami anak anaknya untuk membaca. Karena bagi keluarga saya, buku adalah jendela dunia,” ucap perempuan asal Biak ini.

  Ranum bergabung dengan Gerakan Torang Baca sejak pertama kali dibentuk pada Juni lalu. Ia paham betul bahwa tingkat membaca di Indonesia sangat rendah, entah itu buku  fisik mau pun buku digital.

  Ranum sendiri menyukai karya Rebecca F. Kuang, yang salah satu bukunya berjudul The Poppy War Trilogy. Juga karya karya Eka Kurniawan seperti Cantik Itu Luka atau karya Leila  S Chudori dengan bukunya Laut Bercerita. Termasuk suka dengan buku buku R.A Kartini.

“Buku buku tersebut saya rekomendasikan untuk dibaca,” ucapnya sembari tersenyum.

  Dengan adanya gerakan membaca, mengajak anak muda Papua terutama yang ada di Kota Jayapura lebih paham bahwa dengan membaca mempunyai dampak yang luar biasa dalam hidupmu.

  “Tak perlu 1 hari 1 buku, bisa saja 1 hari tetapkan 4 halaman untuk memperluas perbendaharaan kata, atau memperluas wawasan kita terhadap sesuatu,” ucapnya.

  Sementara itu, Tita pemilik Katita Coffee dan Space mengaku kali pertama kolaborasi dengan gerakan Torang Baca. Namun, di Katita sendiri sebenarnya disediakan buku bacaan gratis, dimana setiap pengunjung bisa membacanya.

  “Semoga ini bukan kolaborasi pertama dan terakhir, ingin berlanjut terus. Saya menerima sekali kolaborasi kolaborasi bukan hanya dalam bentuk kegiatan membaca, mungkin kegiatan positf lainnya,” pungkasnya. (*/tri)

Melihat Gerakan Torang Baca di Kota Jayapura yang Diprakarasi oleh Anak Muda

Di tengah tuduhan tingkat literasi rendah, beberapa anak muda di Papua membuat insiatif untuk mendekatkan banyak orang dengan buku. Hingga terbentuklah sebuah gerakan membaca bernama “Torang Baca”.

Laporan: Elfira_Jayapura

Setiap bulan, beberapa orang datang berkumpul di satu tempat di jantung Kota Jayapura. Tepatnya di Taman Mandiri, depan Kantor Bank Indonesia. Setiap mereka yang datang, membawa buku bacaan masing-masing.

  Minggu (15/10), Cenderawasih Pos berkesempatan bergabung dengan gerakan Torang Baca. Namun kali ini, lokasinya bukan di Taman Mandiri, melainkan di Katita Coffee dan Space yang berlokasi di Jalan SMP Koya Tengah, Distrik Muara Tami.

   Setiba di lokasi tersebut, tepat pukul 15:40 WIT. Tanpa aba-aba, mereka yang kebanyakan anak muda ini mengeluarkan buku dari tas masing-masing dan mulai membaca dalam senyap, sembari ditemani alunan musik jazz instrumental dari Katita Coffee dan Space.

  Usai membaca buku selama sejam, ada yang melakukan foto bareng, ada yang masih duduk asyik membaca, ada yang melanjutkan diskusi dan ada yang memilih pulang.

  Inisiator Gerakan Baca, Syarif menyebut, gerakan ini baru dibentuk pada Juni 2023 lalu. Torang Baca tak memiliki anggota, siapa saja yang mau datang membaca dipersilahkan.

  “Gerakan Torang Baca isinya orang orang yang suka membaca, dimana setiap bulannya ada  acara kumpul. Saat moment kumpul sebulan sekali, selama sejam kami habiskan waktu untuk membaca. Setelah itu, mendiskusikan buku buku yang telah kami baca,” ucap pemuda 23 tahun ini.

Baca Juga :  Mobil Modifikasi BBM Diciduk

  Alasan Syarif membuat gerakan ini lantaran selama ia berada di Kota Jayapura, belum sekalipun ia menemui adanya gerakan membaca. Padahal, terdapat toko buku di Kota Jayapura.

  Hingga seiring berjalannya waktu, pemuda yang bekerja di Kantor Keuangan itu dipertemukan dengan orang orang yang gemar membaca. Hingga punya inisiatif untuk membuat Gerakan Torang Baca.

“Tak salah membangun gerakan ini di tengah orang orang sibuk dengan gadget. Namun saya percaya, jika ada toko buku di satu tempat, itu artinya banyak orang yang suka membaca. Dan melalui Torang Baca, bisa mengumpulkan orang-orang yang suka membaca,” ungkapnya.

  Dengan adanya gerakan ini, Syarif berharap meningkatnya minat baca di kalangan anak muda Papua khususnya di Kota Jayapura di tengah modernisasi saat ini.

  Sementara untuk lokasi sendiri, Syarif menyebut tak menentu, namun sejauh ini mereka kerap berada di Taman Mandiri. Torang Baca juga menyediakan buku bacaan gratis, sehingga bagi mereka yang datang membaca namun tak punya buku, bisa meminjamnya di Torang Baca.

“Melalui gerakan ini, orang orang suka membaca menganggap membaca buku itu menyenangkan,” harapnya.

  Gerakan Torang Baca juga membuka diri jika misalkan ada penulis Papua mau menyalurkan bukunya, atau penerbit Papua perlu dukungan untuk memperkenalkan buku yang ditulis.

  Sementara itu, Ranum Mansawan yang bergabung di Torang Baca mengaku, sejak kecil dirinya sudah bersahabat dengan buku. Ini tak terlepas dari latar belakang keluarganya, dimana orang tuanya yang terus mendorongnya untuk membaca sedari dini.

Baca Juga :  Pemilihan Tan Monj Diharapkan  Spektakuler

   “Sejak kecil, ayah saya sudah membiasakan kami anak anaknya untuk membaca. Karena bagi keluarga saya, buku adalah jendela dunia,” ucap perempuan asal Biak ini.

  Ranum bergabung dengan Gerakan Torang Baca sejak pertama kali dibentuk pada Juni lalu. Ia paham betul bahwa tingkat membaca di Indonesia sangat rendah, entah itu buku  fisik mau pun buku digital.

  Ranum sendiri menyukai karya Rebecca F. Kuang, yang salah satu bukunya berjudul The Poppy War Trilogy. Juga karya karya Eka Kurniawan seperti Cantik Itu Luka atau karya Leila  S Chudori dengan bukunya Laut Bercerita. Termasuk suka dengan buku buku R.A Kartini.

“Buku buku tersebut saya rekomendasikan untuk dibaca,” ucapnya sembari tersenyum.

  Dengan adanya gerakan membaca, mengajak anak muda Papua terutama yang ada di Kota Jayapura lebih paham bahwa dengan membaca mempunyai dampak yang luar biasa dalam hidupmu.

  “Tak perlu 1 hari 1 buku, bisa saja 1 hari tetapkan 4 halaman untuk memperluas perbendaharaan kata, atau memperluas wawasan kita terhadap sesuatu,” ucapnya.

  Sementara itu, Tita pemilik Katita Coffee dan Space mengaku kali pertama kolaborasi dengan gerakan Torang Baca. Namun, di Katita sendiri sebenarnya disediakan buku bacaan gratis, dimana setiap pengunjung bisa membacanya.

  “Semoga ini bukan kolaborasi pertama dan terakhir, ingin berlanjut terus. Saya menerima sekali kolaborasi kolaborasi bukan hanya dalam bentuk kegiatan membaca, mungkin kegiatan positf lainnya,” pungkasnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya