Dari Kuliah Umum tentang Cyber Security bagi Civitas Akademika Uncen
Universitas Cenderawasih mengelar kuliah umum bagi civitas akademika, baik mahasiswa maupun dosen, tenaga pendidik terkait keamanan siber. Materi kuliah disampaikan oleh Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemedikbudristek, Yudihistria Nugraha di auditorium Uncen, Selasa (15/10). Lantas apa yang menarik?
Laporan: Carolus Daot_Jayapura
Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemedikbudristek, Yudihistria Nugraha, mengatakan Cyber Security (Keamanan siber) untuk lembaga pendidian tinggi (PT) sesuatu yang sangat penting untuk dijaga. Dengan begitu, data Dosen, Tenaga Kependidikan, (Tendik), dan Mahasiwa tidak mudah diobrak-abrik oleh orang yang tidak bertanggungjawab atau biasa disebut hacker (peretas).
Peretas dapat membuat program yang mencari jalur yang tidak terlindungi ke dalam sistem jaringan dan komputer. Peretas dapat memperoleh akses melalui pintu belakang dengan menginfeksi komputer atau sistem dengan Trojan horse, yang dibuat oleh peretas untuk memperoleh dan mencuri data penting tanpa diketahui korban.
Hal ini terjadi karena ada dua faktor, meliputi, pengarus sistem yang pernah diretas, kemudian sistem yang akan diretas. Untuk mengantisipasi hal itu terjadi, maka perlu adanya identifikasi, maupun monitoring secara reguler.
“Karena cyber security itu bukan produk, tapi proses perbaikan data yang dilakukan secara terus menerus sehingga data data kita semakin jernih,” ujarnya usai memberikan perkuliahan umum kepada mahasiswa Uncen, di Auditorium Uncen, Selasa (15/10) kemarin
Dikatakan jika cyber security dari lambaga pendidikan tidak tersimpan atau dijaga secara baik, maka akan berpengaruh pada kerahasiaan data. Misalnya jika masuk pada sistem akademik, maka dapat berdampak pada nilai akademik mahasiswa. Nilai nilai akademik bisa saja dirubah, bahkan dihilangkan. Hal ini tentunya akan merugikan pada proses perkuliahan mahasiswa.
“Kalau sampai mereka (haker red) masuk ke sistem, bisa saja nilai mahasiwa yang semula A, bisa saja diubah menjadi B, bahkan hilang. Hal ini tentunya sangat merugikan proses pekuliahan teman-teman mahasiswa,” jelasnya.
Dampak lain, jika hakcer berhasil menerobos sistem elektronik akademik, maka akan berdampak pada ketersediaan layanan. “Dosen dosen maupun pegawai tidak dapat mengakses data datanya secara baik,” kata Yudihistria.