Friday, September 20, 2024
24.7 C
Jayapura

Padukan Riset dan Entertainment, Ruangan Laboratorium Digarap James Cameron

  Vincent mengatakan mereka tidak semata-mata bekerja menghasilkan penelitian kelautan dengan teknologi terkini. Tetapi juga menghasilkan video yang bagus ketika beroperasi. Video dengan kualitas film-film Hollywood. Untuk itu tim perancang kapal sengaja berkolaborasi dengan James Cameron.

  Tinggi meja di kedua lab tersebut diatur sedemikian rupa. Sehingga tidak hanya membuat nyaman para peneliti saat bekerja. Tetapi juga bisa menghasilkan angle video yang baik. Lalu diseluruh bagian langit-langit sudah disiapkan semacam rel khusus untuk kamera.

  Meskipun laboratorium tersebut ada di dalam kapal, fungsinya tidak kalah dengan laboratorium di daratan. Sampel apapun yang didapat di dasar laut, bisa langsung diteliti di sana. Selain itu juga tetap aman disimpan di dalamnya, dengan ruangan bersuhu rendah.

  Jadi proses penelitiannya bisa berjalan dengan cepat. Peneliti tidak perlu menunggu kapal sampai daratan dahulu, untuk meneliti. Peneliti bisa langsung meneliti sampel saat diangkat dari laut dalam. Meskipun begitu untuk keamanan dan penelitian lebih dalam, seluruh sampel yang dihasilkan selama OceanXplorer berkeliling Indonesia, disimpan di fasilitas BRIN di Cibinong, Bogor.

Baca Juga :  Perhatikan Larangan dan Kondisi Cuaca, Agar Kecelakaan Laut bisa Diminimalisir

   Kapal riset OceanXplorer masuk ke Indonesia dari wilayah sekitar Aceh. Di perairan Serambi Makkah itu, kru di OceanXplorer bersama peneliti BRIN melakukan sejumlah penelitian. Diantaranya memetakan patahan yang berpotensi memicu gempa bumi megathrust di wilayah Aceh dan sekitarnya. Seperti diketahui gempa bumi megathrust pernah terjadi dan memicu tsunami Aceh tepat sehari setelah perayaan Natal di 2004 lalu.

   Pelajaran kapal riset OceanXplorer di perairan Indonesia bertajuk Misi Indonesia 2024. Selain menggandeng BRIN, kegiatan ini juga melibatkan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Tanoto Foundation. Sebelum singgah di Jakarta, kapal itu melakukan penelitian di wilayah Aceh, Batam, sampai di Padang.

  Bidang penelitian yang digarap adalah keanekaragaman hayati, iklim, paleo-klimatologi, mikroplastik, kualitas air, dan karakteristik geologi. Diantaranya adalah zona Sunda Megathrust yang disebut-sebut mempunya dampak guncangan besar. Sehingga harus dipetakan mitigasinya untuk mencegah korban jiwa yang lebih banyak.

Baca Juga :  Paham Café Paling Laris dan Paham Café yang Jorok

   Penelitian dilakukan tidak hanya dengan armada ROV dan kapal submersible Triton. Tetapi juga melakukan pemantauan udara lewat helikopter yang ada di kapal. Penelitian itu berhasil mendokumentasikan beragam biota laut. Hasil temuan awal adalah, jumlah keanekaragaman hayati ternyata lebih rendah dari perkiraan. Kemudian keberadaan spesies ikan komersial berukuran besar juga ternyata masih minim. Data ini menjadi acuan penting untuk manajemen penangkapan ikan di masa mendatang.

   Vincent mengatakan penyebab dari temuan tersebut akan digali lebih dalam oleh para peneliti BRIN. ’’Tentu itu bukan potensi saya,’’ katanya. Namun dia mengatakan dari pengalaman kapal OceanXplorer melakukan misi di berbagai negara, kesimpulannya hampir sama. Yaitu adanya krisis ekosistem di lautan. Dari beberapa video yang mereka tampilkan, banyak ikan yang bersinggungan langsung dengan sampah plastik di dasar lautan. Jadi sampah plastik tidak hanya mencemari permukaan lautan.

  Vincent mengatakan mereka tidak semata-mata bekerja menghasilkan penelitian kelautan dengan teknologi terkini. Tetapi juga menghasilkan video yang bagus ketika beroperasi. Video dengan kualitas film-film Hollywood. Untuk itu tim perancang kapal sengaja berkolaborasi dengan James Cameron.

  Tinggi meja di kedua lab tersebut diatur sedemikian rupa. Sehingga tidak hanya membuat nyaman para peneliti saat bekerja. Tetapi juga bisa menghasilkan angle video yang baik. Lalu diseluruh bagian langit-langit sudah disiapkan semacam rel khusus untuk kamera.

  Meskipun laboratorium tersebut ada di dalam kapal, fungsinya tidak kalah dengan laboratorium di daratan. Sampel apapun yang didapat di dasar laut, bisa langsung diteliti di sana. Selain itu juga tetap aman disimpan di dalamnya, dengan ruangan bersuhu rendah.

  Jadi proses penelitiannya bisa berjalan dengan cepat. Peneliti tidak perlu menunggu kapal sampai daratan dahulu, untuk meneliti. Peneliti bisa langsung meneliti sampel saat diangkat dari laut dalam. Meskipun begitu untuk keamanan dan penelitian lebih dalam, seluruh sampel yang dihasilkan selama OceanXplorer berkeliling Indonesia, disimpan di fasilitas BRIN di Cibinong, Bogor.

Baca Juga :  Perhatikan Larangan dan Kondisi Cuaca, Agar Kecelakaan Laut bisa Diminimalisir

   Kapal riset OceanXplorer masuk ke Indonesia dari wilayah sekitar Aceh. Di perairan Serambi Makkah itu, kru di OceanXplorer bersama peneliti BRIN melakukan sejumlah penelitian. Diantaranya memetakan patahan yang berpotensi memicu gempa bumi megathrust di wilayah Aceh dan sekitarnya. Seperti diketahui gempa bumi megathrust pernah terjadi dan memicu tsunami Aceh tepat sehari setelah perayaan Natal di 2004 lalu.

   Pelajaran kapal riset OceanXplorer di perairan Indonesia bertajuk Misi Indonesia 2024. Selain menggandeng BRIN, kegiatan ini juga melibatkan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Tanoto Foundation. Sebelum singgah di Jakarta, kapal itu melakukan penelitian di wilayah Aceh, Batam, sampai di Padang.

  Bidang penelitian yang digarap adalah keanekaragaman hayati, iklim, paleo-klimatologi, mikroplastik, kualitas air, dan karakteristik geologi. Diantaranya adalah zona Sunda Megathrust yang disebut-sebut mempunya dampak guncangan besar. Sehingga harus dipetakan mitigasinya untuk mencegah korban jiwa yang lebih banyak.

Baca Juga :  Dorong Nelayan Miliki Kapal Kurang dari 7 GT Punya PKP

   Penelitian dilakukan tidak hanya dengan armada ROV dan kapal submersible Triton. Tetapi juga melakukan pemantauan udara lewat helikopter yang ada di kapal. Penelitian itu berhasil mendokumentasikan beragam biota laut. Hasil temuan awal adalah, jumlah keanekaragaman hayati ternyata lebih rendah dari perkiraan. Kemudian keberadaan spesies ikan komersial berukuran besar juga ternyata masih minim. Data ini menjadi acuan penting untuk manajemen penangkapan ikan di masa mendatang.

   Vincent mengatakan penyebab dari temuan tersebut akan digali lebih dalam oleh para peneliti BRIN. ’’Tentu itu bukan potensi saya,’’ katanya. Namun dia mengatakan dari pengalaman kapal OceanXplorer melakukan misi di berbagai negara, kesimpulannya hampir sama. Yaitu adanya krisis ekosistem di lautan. Dari beberapa video yang mereka tampilkan, banyak ikan yang bersinggungan langsung dengan sampah plastik di dasar lautan. Jadi sampah plastik tidak hanya mencemari permukaan lautan.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya