Sunday, April 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Tetap Jalan Seperti Biasa, Tapi Sebagian Stok Obat Kosong dan CT Scan Rusak

Aktifitas Pelayanan di RSUD Jayapura di Tengah Polemik Pejabat Direktur

Di tengah polemik jabatan direktur RSUD Jayapura yang saat ini menjadi sorotan masyarakat, tidak elok jika akhirnya berdampak pada pelayanan kesehatan kepada para pasien yang dirawat di rumah sakti tersebut. Untuk melihat dampak polemic tersebut, Cenderawasih Pos melihat langsung pelayananan di rumah sakit termasuk keluhan dari pasien.

Laporan: Elfira_Jayapura

Meski saat ini masih terjadi polemik kepemimpinan/jabatan  Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II, namun dari pantauan Cenderawasih Pos, secara kasat mata, aktifitas di rumah sakti masih berrjalan seperti baiasa.

  Terlihat masih banyak masyarakat yang tetap sabar mengantri di loket pendaftaran rumah sakit demi untuk mendapatkan pelayanan medis, Senin (15/5) pagi. Ada yang duduk di kursi roda sembari didorong petugas medis, ada yang memilih berdiri, dan ada juga yang duduk di kursi besi sembari mengerutu lantaran sudah lama antre, namun namanya tak kunjung dipanggil di loket pendaftaran.

  Senin kemarin, pelayanan medis di Rumah Sakit Dok II tetap berjalan sebagaimana mestinya di tengah polemik yang terjadi. Bahkan, sebagian warga yang datang berobat mengaku tidak tahu menahu dengan polemik yang terjadi.

  Desiana, salah satu warga yang Keerom yang dirujuk ke RSUD Dok II mengaku tidak tahu dengan persoalan yang terjadi di rumah sakit. Meski begitu, dia mengeluhkan pelayanan di rumah sakit.

“Saya datang sejak pukul 8:30 WIT hingga pukul 11:30 WIT. Namun belum juga dilayani di loket pendaftaran,” terang Desiana yang merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Senggi ini.

Baca Juga :  Sambut Natal, Mulai Dari OPD Harus Tampilkan Aksesoris Natal

  Desiana mengaku, pelayanan di RSUD Dok II lambat jika dibandingkan dengan rumah sakit lainnya tempat dimana ia biasa berobat.

  Warga lainnyam Yeki Kaba menyampaikan, anaknya masuk RSUD Jayapura sejak Jumat (12/5). Sejauh ini, tidak ada kendala dalam pelayanan di rumah sakit yang berlokasi di Dok II itu.

  “Kami merupakan pasien rujukan dari Yalimo dengan menggunakan KPS, hingga saat ini tidak ada kendala dalam pelayanan kesehatan kepada anak dan isteri saya,” ungkap warga Yalimo ini.

  Di sudut ruang rumah sakit lainnya, Sule keluarga salah satu pasien menyampaikan pelayanan medis berjalan seperti biasa tanpa ada kendala. Hanya saja, ada beberapa dokter  yang tidak pernah masuk hingga kini berkaitan dengan pasien yang dia bawa.

  Kata Sule, pelayanan Nakes yang baik namun tidak dibarengi dengan beberapa fasilitas kesehatan yang memadai di RSUD Dok II. Contohnya, CT Scan yang mengalami kerusakan di rumah sakit tersebut.

  “Keluarga saya terpaksa melakukan pemeriksaan di rumah sakit lain lantaran CT  Scan yang rusak di RSUD Dok II. Akibatnya, kami mengeluarkan uang sebesar Rp 4 juta untuk pemeriksaan tersebut,” bebernya.

  Persoalan lainnya di RSUD Dok II, kata Sule, stok obat-obatan untuk penyakit tertentu tidak tersedia di rumah sakit. Akibatnya, keluarga pasien terpaksa membeli obat di luar rumah sakit.

Baca Juga :  Batal Uji Coba, Persipura Alihkan Latihan ke Pantai Hamadi

  “Bangunannya megah, pelayanannya baik. Sayangnya semua itu tidak dibarengi dengan peralatan dan obat-obatan. Apakah pasien mau diobati dengan bangunan rumah sakit?,” singgungnya.

  Terkait dualisme kepemimpinan, Sule manyampaikan bahwa siapa pun yang menjadi pejabat di RSUD Dok II itu demi masyarakat. Karena itu,  apa yang menjadi kekurangan di rumah sakit itu menjadi tanggungjawab pimpinan.

  “Dualisme kepemimpinan jangan sampai korbankan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sebab, harapan masyarakat Papua siapapun yang menjadi pemimpin di RSUD Dok II dia harus bermanfaat bagi masyarakat. Jangan lantaran polemik menjadikan masyarakat korban,” tuturnya.

  Menurut Sule, masyarakat hanya membutuhkan pelayanan penanganan medis ketika mengalami sakit. Bukan hal lainnya.

   Sementara itu, Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan dr. Andreas Pekey, Sp.PD menyampaikan, dampak dari kekuranagan obat-obatan di RSUD Dok II, jika berlarut larut akan menghambat pelayanan di rumah sakit.

  Bukan hanya obat-obatan yang menjadi masalah, kata dr Andreas, melainkan juga beberapa peralatan medis yang ada di RSUD Dok II. “Dampak dari kekurangan tersebut maka harus ada hal-hal tertentu yang harus diputuskan oleh seorang direktur rumah sakit. Kami berharap polemiknya tidak berkepanjangan,” pintanya.

  Menurut dr Andreas, sejauh ini pelayanan medis di RSUD Dok II tetap berjalan seperti biasa.(*/tri)

Aktifitas Pelayanan di RSUD Jayapura di Tengah Polemik Pejabat Direktur

Di tengah polemik jabatan direktur RSUD Jayapura yang saat ini menjadi sorotan masyarakat, tidak elok jika akhirnya berdampak pada pelayanan kesehatan kepada para pasien yang dirawat di rumah sakti tersebut. Untuk melihat dampak polemic tersebut, Cenderawasih Pos melihat langsung pelayananan di rumah sakit termasuk keluhan dari pasien.

Laporan: Elfira_Jayapura

Meski saat ini masih terjadi polemik kepemimpinan/jabatan  Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II, namun dari pantauan Cenderawasih Pos, secara kasat mata, aktifitas di rumah sakti masih berrjalan seperti baiasa.

  Terlihat masih banyak masyarakat yang tetap sabar mengantri di loket pendaftaran rumah sakit demi untuk mendapatkan pelayanan medis, Senin (15/5) pagi. Ada yang duduk di kursi roda sembari didorong petugas medis, ada yang memilih berdiri, dan ada juga yang duduk di kursi besi sembari mengerutu lantaran sudah lama antre, namun namanya tak kunjung dipanggil di loket pendaftaran.

  Senin kemarin, pelayanan medis di Rumah Sakit Dok II tetap berjalan sebagaimana mestinya di tengah polemik yang terjadi. Bahkan, sebagian warga yang datang berobat mengaku tidak tahu menahu dengan polemik yang terjadi.

  Desiana, salah satu warga yang Keerom yang dirujuk ke RSUD Dok II mengaku tidak tahu dengan persoalan yang terjadi di rumah sakit. Meski begitu, dia mengeluhkan pelayanan di rumah sakit.

“Saya datang sejak pukul 8:30 WIT hingga pukul 11:30 WIT. Namun belum juga dilayani di loket pendaftaran,” terang Desiana yang merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Senggi ini.

Baca Juga :  Berharap Gempa Segera Berakhir dan Bisa Kembali Tinggal di Rumah 

  Desiana mengaku, pelayanan di RSUD Dok II lambat jika dibandingkan dengan rumah sakit lainnya tempat dimana ia biasa berobat.

  Warga lainnyam Yeki Kaba menyampaikan, anaknya masuk RSUD Jayapura sejak Jumat (12/5). Sejauh ini, tidak ada kendala dalam pelayanan di rumah sakit yang berlokasi di Dok II itu.

  “Kami merupakan pasien rujukan dari Yalimo dengan menggunakan KPS, hingga saat ini tidak ada kendala dalam pelayanan kesehatan kepada anak dan isteri saya,” ungkap warga Yalimo ini.

  Di sudut ruang rumah sakit lainnya, Sule keluarga salah satu pasien menyampaikan pelayanan medis berjalan seperti biasa tanpa ada kendala. Hanya saja, ada beberapa dokter  yang tidak pernah masuk hingga kini berkaitan dengan pasien yang dia bawa.

  Kata Sule, pelayanan Nakes yang baik namun tidak dibarengi dengan beberapa fasilitas kesehatan yang memadai di RSUD Dok II. Contohnya, CT Scan yang mengalami kerusakan di rumah sakit tersebut.

  “Keluarga saya terpaksa melakukan pemeriksaan di rumah sakit lain lantaran CT  Scan yang rusak di RSUD Dok II. Akibatnya, kami mengeluarkan uang sebesar Rp 4 juta untuk pemeriksaan tersebut,” bebernya.

  Persoalan lainnya di RSUD Dok II, kata Sule, stok obat-obatan untuk penyakit tertentu tidak tersedia di rumah sakit. Akibatnya, keluarga pasien terpaksa membeli obat di luar rumah sakit.

Baca Juga :  Ajudan Istana Datang, Sterilkan Lagi Semua Alat Makan

  “Bangunannya megah, pelayanannya baik. Sayangnya semua itu tidak dibarengi dengan peralatan dan obat-obatan. Apakah pasien mau diobati dengan bangunan rumah sakit?,” singgungnya.

  Terkait dualisme kepemimpinan, Sule manyampaikan bahwa siapa pun yang menjadi pejabat di RSUD Dok II itu demi masyarakat. Karena itu,  apa yang menjadi kekurangan di rumah sakit itu menjadi tanggungjawab pimpinan.

  “Dualisme kepemimpinan jangan sampai korbankan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sebab, harapan masyarakat Papua siapapun yang menjadi pemimpin di RSUD Dok II dia harus bermanfaat bagi masyarakat. Jangan lantaran polemik menjadikan masyarakat korban,” tuturnya.

  Menurut Sule, masyarakat hanya membutuhkan pelayanan penanganan medis ketika mengalami sakit. Bukan hal lainnya.

   Sementara itu, Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan dr. Andreas Pekey, Sp.PD menyampaikan, dampak dari kekuranagan obat-obatan di RSUD Dok II, jika berlarut larut akan menghambat pelayanan di rumah sakit.

  Bukan hanya obat-obatan yang menjadi masalah, kata dr Andreas, melainkan juga beberapa peralatan medis yang ada di RSUD Dok II. “Dampak dari kekurangan tersebut maka harus ada hal-hal tertentu yang harus diputuskan oleh seorang direktur rumah sakit. Kami berharap polemiknya tidak berkepanjangan,” pintanya.

  Menurut dr Andreas, sejauh ini pelayanan medis di RSUD Dok II tetap berjalan seperti biasa.(*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya