Thursday, April 25, 2024
31.7 C
Jayapura

Banyak Situs Sejarah yang Diteliti, Situs Megalitik Srobu Paling Kompleks

Mencermati  Potensi Situs Peninggalan Pra Sejarah Sebagai Tempat Wisata Sejarah  (Bagian I)

Dari hasil penelitian para arekolog, Papua memiliki sejumlah situs peninggalan pra sejarah. Salah satunya adalah situs megalitik Srobu yang berada di wilayah Abepantai. Lantas bagaimana potensi ini bisa dikelola sebagai sarana pendidikan sejarah sekaligus sebagai tempat wisata?

Laporan: Carolus Daot_Jayapura

Wisata peninggalan pra sejarah memang belum dikelola dengan baik, meski di wilayah Jayapura dan sekitarnya mememiliki situs-situs peninggalan sejarah ini.  Selain sebagai sarana pendidikan sejarah, potensi ini bila dikelola baik juga bisa sekaligus menjadi asset wisata sejarah yang menarik, bila dikelola dan dikemas dengan informasi yang menarik.

  Menurut Erlin Novita Idje Djami, Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah menjelaskan situs pra sejarah ada dua macam, diantaranya situs tertutup (Gua) dan situs terbuka (lahan terbuka yang menjadi tempat tinggal mansuia pada masa lampau)

  Di papua sendiri ada banyak situs pra sejarah yang telah diteliti oleh tim riset dari Balai Arkeologi Papua, namun dari semua situs yang ada, yang paling berpotensi menjadi tempat wisata adalah situs megalitik Srobu yang ada di Kelurahan Abe Pante.  Beranjak dari hasil penelitian arkeologi di Situs Megalitik Srobu yang  selama ini dilakukan, akhirnya  terungkap   beragam bentuk kehidupan manusia Papua masa akhir prasejarah, yaitu pada masa perundagian.

Baca Juga :  Langsung Apel Gabungan, Beri Penekanan Soal Kesejahteraan Pegawai

  Ketika itu, budaya megalitik  sedang berkembang pesat di Nusantara termasuk Papua. Temuan Situs Megalitik  Srobu ini, bukanlah satu-satunya yang ada di Papua, namun potensi temuannya  yang menggambarkan kompleksitas kehidupan manusia dalam suatu hunian  inilah yang menjadi salah satu keunggulan situs Srobu.  Jika dibandingkan situs-situs  lain di Papua bahkan di Indonesia pada periode yang sama.

  Hasil penelitian arkeologi di Situs Megalitik Srobu menggambarkan adanya  fenomena interaksi budaya penghuni situs dengan budaya dari luar situs yang telah berlangsung lama, sehingga mengakibatkan proses akulturasi budaya antara penduduk yang berciri rasial Australomelanesoid (atau disebut juga Australopapuan) dengan penduduk berciri rasial Monggoloid (Austronesia) yang  datang pada masa yang kemudian.

  Interaksi yang panjang tersebut telah mengakibatkan adanya keberagaman tradisi maupun benda budaya di situs Srobu. Selain  itu keberadaan unsur budaya megalitik yang cukup khas, berupa tempat pemujaan nenek moyang dan kubur yang dimasukkan ke dalam lubang yang digali pada batuan dasar bukit Srobu yang terbentuk dari batuan gamping koral.

Sejumlah patung batu dengan gaya yang khas menunjukkan secara jelas figur figur atau tokoh berciri rasial Australopapuan dalam posisi jongkok dengan kaki terlipat,  sebagaimana terlihat dari tradisi mumifikasi orang Papua. Berdasarkan pertanggalan absolut yang diperoleh di situs ini, tradisi megalitik di situs ini mulai dipraktekkan pada sekitar 1740 BP atau abad ke 4 (empat) Masehi.

Baca Juga :  Main Kucing-kucingan, Baru Taat Jika Ada Petugas Datang Sweeping

   Yang tidak kalah menarik dari Situs Megalitik Srobu adalah keberadaan timbunan kulit kerang (shell midden), yang tersebar luas hampir di seluruh situs ini,  mulai dari pinggiran laut hingga ke punggung bukit yang cukup tinggi. Keberadaan timbunan kulit kerang yang terdiri dari beragam jenis kerang memberikan petunjuk  cara pendukung budaya Megalitik Srobu beradaptasi dengan lingkungannya.

   Ada  berbagai lingkungan alam yang rupanya dulu mereka jelajahi untuk memenuhi  kebutuhan pangannya. Selain itu, dengan daya kreativitasnya, mereka  memodifikasi kulit kerang menjadi berbagai ragam perlengkapan dan perhiasan  untuk melengkapi kehidupan mereka. Semua itu menjadi bukti-bukti nyata yang  dapat menunjukkan kemampuan budaya pendukung Situs Megalitik Srobu yang  sudah cukup maju pada masanya.

   “Masih ada banyak benda budaya lain yang telah berhasil digali dari Situs  Megalitik Srobu, di antaranya artefak dari bahan batu, kerang, tulang, gigi, tanah  liat selain wadah, dan bahkan logam,” papar Erlin. (bersambung).

Mencermati  Potensi Situs Peninggalan Pra Sejarah Sebagai Tempat Wisata Sejarah  (Bagian I)

Dari hasil penelitian para arekolog, Papua memiliki sejumlah situs peninggalan pra sejarah. Salah satunya adalah situs megalitik Srobu yang berada di wilayah Abepantai. Lantas bagaimana potensi ini bisa dikelola sebagai sarana pendidikan sejarah sekaligus sebagai tempat wisata?

Laporan: Carolus Daot_Jayapura

Wisata peninggalan pra sejarah memang belum dikelola dengan baik, meski di wilayah Jayapura dan sekitarnya mememiliki situs-situs peninggalan sejarah ini.  Selain sebagai sarana pendidikan sejarah, potensi ini bila dikelola baik juga bisa sekaligus menjadi asset wisata sejarah yang menarik, bila dikelola dan dikemas dengan informasi yang menarik.

  Menurut Erlin Novita Idje Djami, Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah menjelaskan situs pra sejarah ada dua macam, diantaranya situs tertutup (Gua) dan situs terbuka (lahan terbuka yang menjadi tempat tinggal mansuia pada masa lampau)

  Di papua sendiri ada banyak situs pra sejarah yang telah diteliti oleh tim riset dari Balai Arkeologi Papua, namun dari semua situs yang ada, yang paling berpotensi menjadi tempat wisata adalah situs megalitik Srobu yang ada di Kelurahan Abe Pante.  Beranjak dari hasil penelitian arkeologi di Situs Megalitik Srobu yang  selama ini dilakukan, akhirnya  terungkap   beragam bentuk kehidupan manusia Papua masa akhir prasejarah, yaitu pada masa perundagian.

Baca Juga :  Gandeng ISBI Bandung, Berharap Tampilan Seni Bila Lebih Variatif

  Ketika itu, budaya megalitik  sedang berkembang pesat di Nusantara termasuk Papua. Temuan Situs Megalitik  Srobu ini, bukanlah satu-satunya yang ada di Papua, namun potensi temuannya  yang menggambarkan kompleksitas kehidupan manusia dalam suatu hunian  inilah yang menjadi salah satu keunggulan situs Srobu.  Jika dibandingkan situs-situs  lain di Papua bahkan di Indonesia pada periode yang sama.

  Hasil penelitian arkeologi di Situs Megalitik Srobu menggambarkan adanya  fenomena interaksi budaya penghuni situs dengan budaya dari luar situs yang telah berlangsung lama, sehingga mengakibatkan proses akulturasi budaya antara penduduk yang berciri rasial Australomelanesoid (atau disebut juga Australopapuan) dengan penduduk berciri rasial Monggoloid (Austronesia) yang  datang pada masa yang kemudian.

  Interaksi yang panjang tersebut telah mengakibatkan adanya keberagaman tradisi maupun benda budaya di situs Srobu. Selain  itu keberadaan unsur budaya megalitik yang cukup khas, berupa tempat pemujaan nenek moyang dan kubur yang dimasukkan ke dalam lubang yang digali pada batuan dasar bukit Srobu yang terbentuk dari batuan gamping koral.

Sejumlah patung batu dengan gaya yang khas menunjukkan secara jelas figur figur atau tokoh berciri rasial Australopapuan dalam posisi jongkok dengan kaki terlipat,  sebagaimana terlihat dari tradisi mumifikasi orang Papua. Berdasarkan pertanggalan absolut yang diperoleh di situs ini, tradisi megalitik di situs ini mulai dipraktekkan pada sekitar 1740 BP atau abad ke 4 (empat) Masehi.

Baca Juga :  Ada Jejak Keindahan sampai Sekecil Biji Kacang Hijau

   Yang tidak kalah menarik dari Situs Megalitik Srobu adalah keberadaan timbunan kulit kerang (shell midden), yang tersebar luas hampir di seluruh situs ini,  mulai dari pinggiran laut hingga ke punggung bukit yang cukup tinggi. Keberadaan timbunan kulit kerang yang terdiri dari beragam jenis kerang memberikan petunjuk  cara pendukung budaya Megalitik Srobu beradaptasi dengan lingkungannya.

   Ada  berbagai lingkungan alam yang rupanya dulu mereka jelajahi untuk memenuhi  kebutuhan pangannya. Selain itu, dengan daya kreativitasnya, mereka  memodifikasi kulit kerang menjadi berbagai ragam perlengkapan dan perhiasan  untuk melengkapi kehidupan mereka. Semua itu menjadi bukti-bukti nyata yang  dapat menunjukkan kemampuan budaya pendukung Situs Megalitik Srobu yang  sudah cukup maju pada masanya.

   “Masih ada banyak benda budaya lain yang telah berhasil digali dari Situs  Megalitik Srobu, di antaranya artefak dari bahan batu, kerang, tulang, gigi, tanah  liat selain wadah, dan bahkan logam,” papar Erlin. (bersambung).

Berita Terbaru

Artikel Lainnya