Wednesday, April 16, 2025
24.7 C
Jayapura

Picu Gangguan Jiwa, Ironisnya Rata-rata Usia Produktif dan Didominasi OAP

   Maka dari itu, tegas dr Izak, penting untuk selalu mempertimbangkan manfaat dan dampaknya saat mengonsumsi tanaman terlarang tersebut. “Selain dapat merugikan tubuh, kamu juga dapat ditangkap atas tuduhan penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkoba.”ujarnya.

   Selain itu dampak buruk ini umumnya terjadi saat digunakan dalam waktu yang berkepanjangan. Salah satu risiko kesehatan yang dapat terjadi akibat kecanduan ganja adalah gangguan psikotik.

  Gangguan psikotik atau disebut juga psikosis terjadi ketika seseorang tidak mampu membedakan realita dan imajinasi atau khayalan. Ketika mengalami psikotik, seseorang mungkin saja mendengar, merasakan, atau bahkan percaya pada hal-hal yang sebenarnya tidak nyata bagi orang lain.

   “Ganja memang dikenal karena efek yang lebih ringan dibandingkan zat-zat adiktif lainnya. Meski begitu, seseorang yang mengalami kecanduan tetap rentan untuk mengalami beberapa kondisi kesehatan, khususnya psikotik yang diinduksi oleh kandungan di dalam ganja. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami kerusakan atau pemutusan hubungan dengan kenyataan,” jelas dr Izak.

Baca Juga :  Sarana Berbagi Ilmu Seni dan Ekonomi Kreatif

   Masalah ini umumnya terjadi akibat kecanduan ganja, pemaparan yang berkepanjangan, dan usia pada awal penggunaannya yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya psikotik. Gejala lebih buruk juga dapat terjadi pada seseorang yang sudah mengidap penyakit mental.

   Selain itu kata dr Izak adanya faktor lainnya selain konsumsi ganja secara berlebihan. Faktor ini juga dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan mental, yakni Konsumsi alkohol dan obat tertentu dan kecanduan narkotika selain ganja.

   Di Papua, khususnya Kota Jayapura setidaknya 80 persen pasien Orang Dalam Ganggu Jiwa (ODGJ) di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Abepura disebabkan karena konsumsi narkoba jenis ganja, dengan umur rata-rata usia produktif 15-35 tahun ke atas dan didominasi Orang Asli Papua (OAP)

Baca Juga :  Dugaan Korsleting, Kerugian Mencapai Miliaran Rupiah

   “Terutama para pemakai ganja dengan umur rata-rata usia produktif 15-35 tahun   dan didominasi Orang Asli Papua (OAP). Ini sangat mengkhawatirkan untuk generasi Papua kedepannya,” ungkapnya.

   Jadi dampak ganja sangat berpengaruh bagi kejiwaan seseorang. Jika ganja sudah masuk dalam tubuh, maka zatnya itu akan merubah pola pikir si pemakainya. Ia menjadi emosional, tidak stabil mengendalikan emosi, curiga berlebihan, bahkan menjadi temperamen yang memicu perkelahian, saling memukul dan menyerang.

   Maka dari itu, tegas dr Izak, penting untuk selalu mempertimbangkan manfaat dan dampaknya saat mengonsumsi tanaman terlarang tersebut. “Selain dapat merugikan tubuh, kamu juga dapat ditangkap atas tuduhan penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkoba.”ujarnya.

   Selain itu dampak buruk ini umumnya terjadi saat digunakan dalam waktu yang berkepanjangan. Salah satu risiko kesehatan yang dapat terjadi akibat kecanduan ganja adalah gangguan psikotik.

  Gangguan psikotik atau disebut juga psikosis terjadi ketika seseorang tidak mampu membedakan realita dan imajinasi atau khayalan. Ketika mengalami psikotik, seseorang mungkin saja mendengar, merasakan, atau bahkan percaya pada hal-hal yang sebenarnya tidak nyata bagi orang lain.

   “Ganja memang dikenal karena efek yang lebih ringan dibandingkan zat-zat adiktif lainnya. Meski begitu, seseorang yang mengalami kecanduan tetap rentan untuk mengalami beberapa kondisi kesehatan, khususnya psikotik yang diinduksi oleh kandungan di dalam ganja. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami kerusakan atau pemutusan hubungan dengan kenyataan,” jelas dr Izak.

Baca Juga :  60 Persen DPR Kota Jayapura Wajah Baru

   Masalah ini umumnya terjadi akibat kecanduan ganja, pemaparan yang berkepanjangan, dan usia pada awal penggunaannya yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya psikotik. Gejala lebih buruk juga dapat terjadi pada seseorang yang sudah mengidap penyakit mental.

   Selain itu kata dr Izak adanya faktor lainnya selain konsumsi ganja secara berlebihan. Faktor ini juga dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan mental, yakni Konsumsi alkohol dan obat tertentu dan kecanduan narkotika selain ganja.

   Di Papua, khususnya Kota Jayapura setidaknya 80 persen pasien Orang Dalam Ganggu Jiwa (ODGJ) di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Abepura disebabkan karena konsumsi narkoba jenis ganja, dengan umur rata-rata usia produktif 15-35 tahun ke atas dan didominasi Orang Asli Papua (OAP)

Baca Juga :  Kekurangan Guru Mata Pelajaran Umum, Masih Butuh Dukungan Sarpras

   “Terutama para pemakai ganja dengan umur rata-rata usia produktif 15-35 tahun   dan didominasi Orang Asli Papua (OAP). Ini sangat mengkhawatirkan untuk generasi Papua kedepannya,” ungkapnya.

   Jadi dampak ganja sangat berpengaruh bagi kejiwaan seseorang. Jika ganja sudah masuk dalam tubuh, maka zatnya itu akan merubah pola pikir si pemakainya. Ia menjadi emosional, tidak stabil mengendalikan emosi, curiga berlebihan, bahkan menjadi temperamen yang memicu perkelahian, saling memukul dan menyerang.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/