Monday, May 13, 2024
25.7 C
Jayapura

Dari Proteksi Satwa Hingga Tak Memilih yang Tak Paham Lingkungan

   Kalaupun belum ada yang tertarik, namun dikatakan paling tidak para pegiat lingkungan bisa tetap bersuara. “Kita melihat track record apa yang sudah dilakukan para caleg maupun calon kepala daerah selama ini. Jika dirasa belum menjawab dan terkesan bekerja hanya untuk kelompoknya maka sebaiknya tidak memilih sosok itu,” sarannya.

  “Kita membutuhkan orang yang mau berpikir soal bagaimana menyelamatkan hutan Papua dari ancaman sawit,  dari perambahan termasuk masyarakat adat di dalamnya,”  tambah Alex.

   Sandy Awom dari Pemuda Adat Biak juga mengutarakan pendapatnya dimana terasa lebih berat apabila hanya terus berteriak dari luar.

Meski demikian bila ada yang berhasil masuk dalam system maka komitmennya, juga harus dikawal. Sebab kata Sandy, biasanya godaan uang dan kekuasaan bisa menggoyahkan sikap idealisme. Diskusi juga membahas beberapa persoalan detail semisal belum adanya regulasi daerah yang memproteksi keberadaan satwa dilindungi.

Baca Juga :  Masuk Dipandu Petugas KPPS, Tangan Diarahkan ke Surat Suara

   Ini akhirnya siapapun bebas mengeksploitasi satwa dilindungi untuk kepentingan ekonomi maupun hanya untuk gagah – gagahan. “Persoalan Cenderawasih hingga kini masih belum terpecahkan. Perburuan masih terjadi dan penjualan juga sama,” imbuh Rina salah satu pegiat lingkungan muda di Jayapura.

Mirisnya hingga kini, kata Rina, masih banyak pejabat yang justru tidak peduli dan malah menjadi pelaku. Maksudnya adalah menggunakan bagian dari satwa dilindungi sebagai asesoris. Disini juga terungkap terkait kedatangan Kapolri dan Panglima TNI di Papua beberapa hari lalu yang juga mengenakan mahkota dari satwa dilindungi.

“Maksudnya dengan status terancam punah sepatutnya kita juga berpikir bagaimana menyelamatkan. Kalaupun tidak bisa ya lebih baik tidak menggunakan asesoris dari satwa dilindungi. Masih ada noken  untuk diberikan tentunya,” bebernya.

Baca Juga :  Pemasangan APK Masih Banyak yang Melanggar

Para pegiat lingkungan memiliki keinginan dari sekian ratus caleg yang bertanding nanti, setidaknya ada yang paham soal isu lingkungan. Pasalnya jika semua hanya focus pada persoalan politik, ekonomi dan sosial maka ketika terjadi musibah bencana alam, tiga aspek di atas otomatis akan terganggu.

   “Sektor ekonomi sudah pasti terganggu apabila bencana terjadi. Lalu kondisi sosial akan menyusul. Kami menginginkan caleg yang ikut memikirkan persoalan lingkungan. Tapi kalau tidak ada, kami pikir suara kami simpan saja,”  sambung Rudi dari Uncen.

   Kalaupun belum ada yang tertarik, namun dikatakan paling tidak para pegiat lingkungan bisa tetap bersuara. “Kita melihat track record apa yang sudah dilakukan para caleg maupun calon kepala daerah selama ini. Jika dirasa belum menjawab dan terkesan bekerja hanya untuk kelompoknya maka sebaiknya tidak memilih sosok itu,” sarannya.

  “Kita membutuhkan orang yang mau berpikir soal bagaimana menyelamatkan hutan Papua dari ancaman sawit,  dari perambahan termasuk masyarakat adat di dalamnya,”  tambah Alex.

   Sandy Awom dari Pemuda Adat Biak juga mengutarakan pendapatnya dimana terasa lebih berat apabila hanya terus berteriak dari luar.

Meski demikian bila ada yang berhasil masuk dalam system maka komitmennya, juga harus dikawal. Sebab kata Sandy, biasanya godaan uang dan kekuasaan bisa menggoyahkan sikap idealisme. Diskusi juga membahas beberapa persoalan detail semisal belum adanya regulasi daerah yang memproteksi keberadaan satwa dilindungi.

Baca Juga :  Mencermati BBM Subsidi  yang Mulai Langka dan Timbulkan Antrean di SPBU

   Ini akhirnya siapapun bebas mengeksploitasi satwa dilindungi untuk kepentingan ekonomi maupun hanya untuk gagah – gagahan. “Persoalan Cenderawasih hingga kini masih belum terpecahkan. Perburuan masih terjadi dan penjualan juga sama,” imbuh Rina salah satu pegiat lingkungan muda di Jayapura.

Mirisnya hingga kini, kata Rina, masih banyak pejabat yang justru tidak peduli dan malah menjadi pelaku. Maksudnya adalah menggunakan bagian dari satwa dilindungi sebagai asesoris. Disini juga terungkap terkait kedatangan Kapolri dan Panglima TNI di Papua beberapa hari lalu yang juga mengenakan mahkota dari satwa dilindungi.

“Maksudnya dengan status terancam punah sepatutnya kita juga berpikir bagaimana menyelamatkan. Kalaupun tidak bisa ya lebih baik tidak menggunakan asesoris dari satwa dilindungi. Masih ada noken  untuk diberikan tentunya,” bebernya.

Baca Juga :  Awasi Orang Asing, Timpora PPS Dibentuk   

Para pegiat lingkungan memiliki keinginan dari sekian ratus caleg yang bertanding nanti, setidaknya ada yang paham soal isu lingkungan. Pasalnya jika semua hanya focus pada persoalan politik, ekonomi dan sosial maka ketika terjadi musibah bencana alam, tiga aspek di atas otomatis akan terganggu.

   “Sektor ekonomi sudah pasti terganggu apabila bencana terjadi. Lalu kondisi sosial akan menyusul. Kami menginginkan caleg yang ikut memikirkan persoalan lingkungan. Tapi kalau tidak ada, kami pikir suara kami simpan saja,”  sambung Rudi dari Uncen.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya