Monday, May 13, 2024
31.7 C
Jayapura

Papua Butuh Keadilan, Dialog Atau Penegakan Hukum

   Kilitus menyebut sekarang kembali ke masyarakat, membutuhkan keadilan, dialog atau pendekatan militer. “Lalu soal isu HAM solusinya adalah dialog dan dialog ini harus menghadirkan menghadirkan pihak-pihak yang berkonflik semisal ULMWP,”  tegasnya.

   Sementara Dina Maria Danomira dari Komunitas Papua Trada Sampah mengaku ia sempat terpengaruh kedua orang tuanya yang memilih tidak mencoblos. Itu lantaran setiap memilih ternyata tidak memenuhi ekspektasi yang diharapkan. Hanya saja, kata Dina, tahun ini dirinya berfikir tetap harus memilih untuk menentukan sikap agar tidak meloloskan paslon yang dianggap tidak layak.

   Ia juga tak ingin jika tak memilih malah suaranya disalahgunakan. Hanya disini Dina menyatakan sikap bahwa penting melihat track record agar tak mengetahui apa saja yang sudah dilakukan selama ini. Untuk Dina sendiri dirinya lebih memilih pemimpin atau paslon yang pro lingkungan.

Baca Juga :  Resmi, Pemprov Papua Luncurkan Aplikasi Simtaru Versi 2.0

  “Setelah mempelajari dan melihat debat ini, saya rasa kita perlu mendorong pemimpin yang pro lingkungan. Ini juga nantinya akan berbicara soal kesejahteraan social,” tambahnya. Ia mengajak untuk tetap menyalurkan hak suara  dan kalaupun tidak ada  paslon yang sesuai maka tetap mendatangi TPS namun menunjukkan tidak memilih siapapun.

“Kalau tidak ada yang pas saya pikir hak suara digunakan saja. Coblos dua orang agak dianggap tidak sah ketimbang tidak digunakan dan akhirnya suara tidak terpakai ini justru digunakan untuk memenangkan paslon tertentu. Kita sendiri yang rugi,” sarannya. “Jangan sampai suara kita justru diperjualbelikan karena tidak mau ke TPS,” wantinya.

Baca Juga :  Pak Harto Gemar Mi Godok Pedas dan tanpa Acar

Ia juga mencatat bahwa Indonesia sebagai salah satu penghasil sampah terbesar masih buruk  dalam manajemen pengelolaan. “Kami juga agak kecewa karena Indonesia sebagai negara kelima penghasil sampah terbesar di dunia tapi tidak disinggung sedikitpun jadi kami berharap anak muda mau berpikir kritis sebelum menentukan pilihan,” tutupnya. (*/tri)

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

   Kilitus menyebut sekarang kembali ke masyarakat, membutuhkan keadilan, dialog atau pendekatan militer. “Lalu soal isu HAM solusinya adalah dialog dan dialog ini harus menghadirkan menghadirkan pihak-pihak yang berkonflik semisal ULMWP,”  tegasnya.

   Sementara Dina Maria Danomira dari Komunitas Papua Trada Sampah mengaku ia sempat terpengaruh kedua orang tuanya yang memilih tidak mencoblos. Itu lantaran setiap memilih ternyata tidak memenuhi ekspektasi yang diharapkan. Hanya saja, kata Dina, tahun ini dirinya berfikir tetap harus memilih untuk menentukan sikap agar tidak meloloskan paslon yang dianggap tidak layak.

   Ia juga tak ingin jika tak memilih malah suaranya disalahgunakan. Hanya disini Dina menyatakan sikap bahwa penting melihat track record agar tak mengetahui apa saja yang sudah dilakukan selama ini. Untuk Dina sendiri dirinya lebih memilih pemimpin atau paslon yang pro lingkungan.

Baca Juga :  Banyak Warga Belum Paham Hukum, Tidak Semua Persoalan Harus ke Pengadilan

  “Setelah mempelajari dan melihat debat ini, saya rasa kita perlu mendorong pemimpin yang pro lingkungan. Ini juga nantinya akan berbicara soal kesejahteraan social,” tambahnya. Ia mengajak untuk tetap menyalurkan hak suara  dan kalaupun tidak ada  paslon yang sesuai maka tetap mendatangi TPS namun menunjukkan tidak memilih siapapun.

“Kalau tidak ada yang pas saya pikir hak suara digunakan saja. Coblos dua orang agak dianggap tidak sah ketimbang tidak digunakan dan akhirnya suara tidak terpakai ini justru digunakan untuk memenangkan paslon tertentu. Kita sendiri yang rugi,” sarannya. “Jangan sampai suara kita justru diperjualbelikan karena tidak mau ke TPS,” wantinya.

Baca Juga :  Dari Belanda, Ajak Generasi Muda Papua Untuk Berprestasi Dengan Hal Positif

Ia juga mencatat bahwa Indonesia sebagai salah satu penghasil sampah terbesar masih buruk  dalam manajemen pengelolaan. “Kami juga agak kecewa karena Indonesia sebagai negara kelima penghasil sampah terbesar di dunia tapi tidak disinggung sedikitpun jadi kami berharap anak muda mau berpikir kritis sebelum menentukan pilihan,” tutupnya. (*/tri)

Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com 

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya