Melihat Kreatifitas Anak Muda Jayapura Grafitty Menyulap Barang Kumuh Menjadi Seni
Ada-ada saja kreativitas anak muda di Kota Jayapura, ide-ide positif muncul di kepala seiring dengan perkembangan zaman. Seperti yang dilakukan sekelompok anak muda yang tergabung dalam persatuan kolektif untuk pelaku pelaku street art dan graffitiy yang ada di Papua.
Laporan: Elfira_Jayapura
Petang itu, tepatnya Minggu (27/8), Cenderawasih Pos berkesempatan melihat sekelompok anak muda menuangkan idenya di tiga bus yang terparkir di depan SDN Inpres Kotaraja. Dimana tiga bus tersebut tak difungsikan lagi.
Setelah mendapatkan izin, Jayapura Graffity atau J Graf melakukan Jamming di tiga bus yang terparkir rapi. Tidak hanya pria, melainkan ada dua sosok perempuan yang sibuk menyemprot cat di dinding bus.
Kata Founder Jayapura Graffity Babby Traizzer, apa yang dilakukan tujuannya untuk memperindah titik-titik kota yang sudah kumuh. “Kami melakukannya lebih ke estetik kota, menyulap tempat tempat kumuh di jantung kota agar bisa menjadi tempat wisata bagi masyarakat,” kata Babby usai melakukan jamming.
Seni Graffiti ini dianggap sebagai bentuk penyampaian ekspresi seni atau untuk menunjukkan eksistensi mereka dan komunitasnya. Selain itu, graffiti termasuk seni yang tidak umum karena media yang digunakan adalah tembok. Sedangkan biasanya media untuk menggambar dan melukis yaitu kertas atau kanvas.
Menurutnya, graffiti menjadi jembatan dalam proses pembentukan identitas, dengan graffiti mereka ingin dikenal oleh masyarakat. Mereka juga berusaha untuk mengubah stigma masyarakat tentang graffiti yang dianggap kegiatan ilegal, merusak, dan tidak berguna.
“Graffity adalah budaya barat, hanya saja yang kita adopsi lebih ke kultur Papua. Dan seni yang ditorehkan adalah tentang kebebasan,” ucapnya.
Setelah melakukan aktivitas ini, jika berpikiran positif fungsinya bisa menjadi wisata kota. Menjadi spot-spot untuk komunitas, sekaligus mempromosikan jasa-jasa pelaku gaffity yang ada di Papua.
Sementara itu, Epo D Fenomeno, penyanyi Rap Papua menyampaikan, kegiatan ini untuk merangsang talenta-talenta muda yang selama ini sudah mengikuti kelas Jayapura Graffity. Merupakan kolaborasi Mural Mama Collection dan Jayapura Graffity melalui program Keladi Bete.
“Orang tua setempat memberikan dukungan untuk kami menuangkan karya kami, ketimbang tempatnya terbengkalai dan disambut positif. Out putnya kita akan buat ivent besar yang rencananya kita meragnsang teman-teman dari UMKM untuk berkolaborasi, sasarannya ekonomi kreatif,” terang Epo.
Menurut Epo, kegiatan seperti ini juga mengurangi kenakalan remaja. Langkah tepat anak muda diberikan ruang seperti ini ketimbang mereka putus asa, kekurangan tujuan hidup dan akhirnya lari ke tempat yang tidak diinginkan.
“Setelah kami mempercantik tempat ini, pemilik halaman bisa menjadikannya sebagai Café, karena tempatnya sudah bagus. Dan ini juga menjadi wisata urban, orang orang yang datang bisa melihat graffity dan mural yang bersifat street art. Sifatnya jalanan perkotaan itu juga bisa menjadi wisata dan merangsang teman teman fotografer untuk melakukan sesi foto di sini atau melakukan aktivitas lainnya,” bebernya.
Menurut Epo, tempat tempat yang kelihatan kumuh di jantung kota bisa disulap dengan warna warni. Menjadikannya tempat yang indah untuk dilihat, dan menghidupkan lingkungan sekitar atau menjadikannya sebagai wisata urban.
“Bagi saya, Kota Jayapura cocok sekali dijadikan sebagai wisata urban. Karena merupakan kapital city di kota besar di tanah Papua, dan menjadi sentral hipop cukup rame di sini,” ungkapnya.
Selaku anak muda Papua, Epo berharap pemerintah bisa memberikan satu akses atau dibuatkan Perda seperti semua tembok di Kota Jayapura yang tidak difungsikan lagi bisa digambar, sehingga anak anak bisa berkarya. (*/tri)