Tuesday, December 9, 2025
26.4 C
Jayapura

Perubahan Karakteristik Siswa Menuntut Pola Pengajaran yang Dinamis

Ketua PGRI Papua Bicara Soal Tantangan Para Guru dalam Mengajar Peserta Didik

Tahun 2025 menjadi tonggak perjalanan panjang bagi dunia pendidikan Indonesia. Usia Hari Guru yang kini genap 80 tahun bukan hanya menjadi momentum perayaan, tetapi sekaligus refleksi besar tentang perubahan zaman yang pelan namun pasti mengguncang ruang-ruang kelas di seluruh negeri.

Laporan: Karolus Daot_Jayapura

Pada usia yang matang dan mapan ini, guru tidak lagi hanya berhadapan dengan buku, kapur, dan papan kelas. Mereka bersinggungan dengan teknologi yang bergerak cepat, sistem pendidikan yang terus berubah, dan—yang paling menantang karakteristik siswa yang jauh berbeda dari generasi sebelumnya.

  Dahulu, ruang kelas adalah wilayah absolut milik guru. Instruksi dipatuhi tanpa bantahan, suara keras menjadi simbol ketegasan, dan hukuman fisik dianggap bagian dari proses membentuk karakter. Siswa takut dan segan, hubungan guru-murid berlangsung kaku namun stabil. Namun kini, semuanya berubah drastis.

Baca Juga :  Anak Jalanan Didorong Ikuti Pendidikan non Formal

  Siswa-siswa generasi 2025 tumbuh dalam dunia yang lebih terbuka, media sosial mengajarkan mereka menyampaikan pendapat, lingkungan digital membuat mereka kritis, dan nilai-nilai modern mendorong mereka menolak perlakuan yang dianggap keras atau tidak manusiawi. Suara guru yang sedikit meninggi saja bisa memicu komplain, protes di media sosial, atau bahkan laporan polisi.

   Dan itulah yang terjadi sepanjang 2025. Di berbagai daerah Indonesia, sejumlah guru terjerat masalah hukum akibat tindakan yang sebelumnya dianggap biasa dalam pola didik generasi lama. Beberapa kasus menonjol mencuat ke publik, memunculkan pertanyaan baru tentang batas antara mendidik dan menganiaya ?

  Di Subang, seorang guru dilaporkan menampar siswa kelas VIII yang memanjat pagar sekolah untuk bolos. Siswa tersebut telah berulang kali diperingatkan dan ulahnya menyebabkan dinding sekolah roboh.

Baca Juga :  Ada yang Sudah Jadi Gudang, Ada yang Masih Difungsikan Tapi Blower Rusak   

Ketua PGRI Papua Bicara Soal Tantangan Para Guru dalam Mengajar Peserta Didik

Tahun 2025 menjadi tonggak perjalanan panjang bagi dunia pendidikan Indonesia. Usia Hari Guru yang kini genap 80 tahun bukan hanya menjadi momentum perayaan, tetapi sekaligus refleksi besar tentang perubahan zaman yang pelan namun pasti mengguncang ruang-ruang kelas di seluruh negeri.

Laporan: Karolus Daot_Jayapura

Pada usia yang matang dan mapan ini, guru tidak lagi hanya berhadapan dengan buku, kapur, dan papan kelas. Mereka bersinggungan dengan teknologi yang bergerak cepat, sistem pendidikan yang terus berubah, dan—yang paling menantang karakteristik siswa yang jauh berbeda dari generasi sebelumnya.

  Dahulu, ruang kelas adalah wilayah absolut milik guru. Instruksi dipatuhi tanpa bantahan, suara keras menjadi simbol ketegasan, dan hukuman fisik dianggap bagian dari proses membentuk karakter. Siswa takut dan segan, hubungan guru-murid berlangsung kaku namun stabil. Namun kini, semuanya berubah drastis.

Baca Juga :  Sebelum Dikerjakan Harusnya Ada Izin dan Tangggung Jawab Terkait Dampaknya

  Siswa-siswa generasi 2025 tumbuh dalam dunia yang lebih terbuka, media sosial mengajarkan mereka menyampaikan pendapat, lingkungan digital membuat mereka kritis, dan nilai-nilai modern mendorong mereka menolak perlakuan yang dianggap keras atau tidak manusiawi. Suara guru yang sedikit meninggi saja bisa memicu komplain, protes di media sosial, atau bahkan laporan polisi.

   Dan itulah yang terjadi sepanjang 2025. Di berbagai daerah Indonesia, sejumlah guru terjerat masalah hukum akibat tindakan yang sebelumnya dianggap biasa dalam pola didik generasi lama. Beberapa kasus menonjol mencuat ke publik, memunculkan pertanyaan baru tentang batas antara mendidik dan menganiaya ?

  Di Subang, seorang guru dilaporkan menampar siswa kelas VIII yang memanjat pagar sekolah untuk bolos. Siswa tersebut telah berulang kali diperingatkan dan ulahnya menyebabkan dinding sekolah roboh.

Baca Juga :  Sekolah Rakyat Terintegrasi 76 Mimika Resmi Dibuka

Berita Terbaru

Artikel Lainnya