“Semua yang berjualan adalah anak-anak Papua, yang kesehariannya juga sebagai mahasiswa di kota ini,” ujar Melki.
Pendapatan dari berjualan tersebut mereka gunakan untuk biaya hidup sehari hari dan biaya pendidikan, rata rata di antara mereka tinggal di Asrama. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya hidup.
Kata Melki, Rot-Bar Kompak digagas oleh kakak laki-laki mereka bernama Nelson Wanimbo. Lalu kemudian Nelson merekrut mereka untuk ikut bergabung, hingga kini sudah ada puluhan anak Papua yang berjualan di Rot-Bar.
Sebelum membuka usaha ini, Nelson sempat belajar cara memanggang roti bakar di salah satu Mas-mas penjual roti bakar di Jayapura. Setelah mahir, ia mengajarkannya kepada adik-adiknya yang saat ini berjualan di Rot-Bar.
“Di Rot-Bar Kompak, motivasi kami turunkan ko pu gengsi tingkatkan ko pu potensi,” kata Melki.
Sebelum membuka beberapa cabang, Melki berkisah bahwa awal membuka usaha ini, KTP mereka sebagai jaminan di pabrik roti. Dan para penjual roti mempercayai mereka, dengan catatan setelah roti bakar habis terjual, harus menyetor atau membayar harga roti yang sebelumnya telah diambil.
Seiring dengan berjalannya waktu, mereka kini telah memiliki modal sendiri dan KTP tidak lagi menjadi jaminan seperti 3 tahun silam. Dalam sehari, Rot-Bar Kompak yang berlokasi di Perempatan Perumnas menjual 20 hingga 50 roti bakar potongan besar. Buka sejak pukul 16:00 WIT hingga pukul 23:00 WIT.
“Selagi kita masih kuat, maka bakerjalah untuk masa depan diri sendiri tanpa menyusahkan orang lain,” ujarnya. (*/tri)
Emison didampingi Melki saat memanggang roti bakar pesanan salah satu pembeli, Sabtu (28/9). (foto: Elfira/Cepos)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos