Kondisi ini menurut Jose terjadi karena pelestarian bahasa dan budaya di Papua semakin minim. Padahal dua hal itu bagian yang tidak dapat dipisahkan, sebab bahasa itu muncul karena adanya budaya.
“Daerah lain seperti Jogja, itu masih bagus, mereka masih mampu mempertahankan culturenya, bahkan bahasa daerah masih menjadi bahasa utama sehari hari, tapi kita di Papua, sudah tidak lagi temukan itu semua sudah menggunakan bahasa indonesia,” ujarnya.
Sesungguhnya menurut dia, Papua kaya akan bahasa dan budayanya, akan tetapi perhatian untuk fokus pada pelestraiannya selama ini masih sangat minim dilakukan.
Bahkan saat mungkin saja anak anak Papua, tidak lagi mengenal bahasa daerahnya sendiri. Itu terjadi karena kebiasaan dimana dalam kehidupan atau pola kehidupan yang selalu mengejar akan perkembangan zaman, sementara mempertahankan budaya menjadi hal yang dianggap tidak penting.
“Tidak dapat dipungkiri, kita tidak lagi temukan orang Papua berbincang pakai bahasa daerah di tempat umum, padahal di Jawa maupun daerah lain itu jadi bahasa sehari hari mereka,” bebernya.
Hal inilah menurut Jose menjadi peran generasi muda Papua, agar tidak harus bermimpi terlalu jauh tentang Papua, tapi bagaimana mereka mampu mempertahankan kebudayaan yang ada.
“Saya harap anak anak muda Papua, mampu melestarikan bahasa daerah, jangan sampai nanti orang dari luar yang datang ajarkan kita tentang bahasa kita sendiri,” imbuhnya.
Dia pun kembali menegaskan, anak muda Papua tidak hanya menuntut hal yang prinsip tentang Papua, jika hal mendasar tidak dapat dipertahankan.
“Jangan mau yang besar tapi di depan mata kita, kita abaikan, jadi saya harap anak muda mulai melestarikan budaya kita, karena tanpa kita tidak mungkin bisa,” pungkasnya. (*/wen)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos