Uniknya, dulu ada kepercayaan membuat gerbah harus ditempat tertutup dan tak boleh diketahui orang sebab jika ketahuan nantinya gerabah tidak awet, mudah retak dan pecah. Lainnya adalah proses pembuatan tidak boleh dilakukan oleh wanita yang sedang datang bulan atau sedang hamil, ini untuk menjaga kemurnian dari tanah liat itu sendiri. Di Abar ada 5 sanggar atau kelompok yang konsen dalam pembuatan gerabah.
Gerabah Abar biasa digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, seperti wadah memasak, menyimpan makanan termasuk jika ada kegiatan besar biasanya menggunakan gerabah untuk diisi papeda, sayur, ikan maupun hasil kebun lainnya.
Rasa dan kesan jika makan dari wadah-wadah tanah liat yang dibuat dari kerajinan tangan ini dipastikan berbeda. Rasanya lebih enak dan nikmat. Untuk bahan dasarnya berupa tanah liat ternyata tersedia di kampung ini. Kekhasan jenis tanah liat cukup bervariasi dimana ada yang berwarna merah kecoklatan, kuning, hitam dan mengandung pasir kwarsa sehingga untuk membuat gerabah yang berbahan dasar tanah liat tersebut tidak membutuhkan campuran apapun, langsung bisa diolah.
“Masyarakat masih menggunakan teknik seadanya. Ada yang manual dan ada juga yang dibantu dengan mesin. Yang gunakan mesin ada putaran yang diinjak untuk mengatur kecepatan,” kata Yustina Felle, satu mentor yang mengajar pembuatan gerabah. Dijelaskan awalnya tanah liat dicari kemudian disaring dan dijemur.
Setelah itu tanah harus dipijat-pijat kemudian ditimbang. Yang disarankan adalah seberat 300 gram jika ingin membuat gelas atau kendi berukuran kecil. Proses pijat ini menggunakan tangan guna memastikan tak ada gumpalan. Tujuannya adalah memadatkan agar lebih mudah dibentuk. Setelah itu tanah liat bisa dinaikkan ke alat pemutar. Dalam proses itu sudah harus diketahui tanah akan dibuat menjadi apa.
Setelah diolah dan mendapatkan bentuknya, produk tersebut langsung dijemur. Setelah dirasa cukup kuat barulah dibakar menggunakan oven. Proses pembakaran ini ikut menentukan kualitas gerabah yang dibuat. Jika langsung terlalu panas tentu bisa terjadi retakan sehingga perlu menaikkan suhu secara perlahan.
Demikian pula dari peralatan yang digunakan untuk pembuatan gerabah Abar, berupa alat-alat yang masih sederhana sebagai warisan dari nenek moyang yaitu: papan persegi (yungmakhe), tatap (yanggalu), batu pelandas (ruka kaliymea), mal ukiran, tugal (yali).
Namun ada juga proses tradisional lainnya yakni menggunakan alang-alang, jerami, daun sagu, dan daun kelapa sebagai bahan bakar. Biasanya di kampung ini warga lebih banyak membuat gerabah dalam bentuk nampan atau wadah yang digunakan untuk meletakkan papeda, meletakkan ikan maupun sayur. Bentuk lainnya adalah cetakan sagu bakar.