Site icon Cenderawasih Pos

Tim Kesehatan Kawal Pasien sampai Bisa Lanjutkan Kegiatan Haji Lagi

Jamaah haji Indonesia yang terpaksa menggunakan kursi roda karena kondisi fisik dan kesehatannya tidak memungkinan melaksanakan ibadah haji seperti yang lain. (Foto/Aris Imam)

Pengalaman Sejumlah Jemaah Haji Indonesia Jalani Ragam Tindakan Medis di Tanah Suci

Puluhan jemaah Indonesia menjalani tindakan medis selama musim haji tahun ini, mulai yang mengalami gangguan persendian sampai yang harus dibedah. Berikut laporan ARIS IMAM MASYHUDI, wartawan Jawa Pos yang baru selesai bertugas sebagai petugas haji.

BEGITU keluar dari kamar 101 di Rumah Sakit (RS) King Fahd, Madinah, lega nian Sutrisno Suratman. Maklum, sepekan sebelumnya, jemaah haji asal Temanggung, Jawa Tengah, itu mengalami gangguan jantung.

  Pada Kamis (20/6) atau sehari sebelum bersama rombongan dijadwalkan bertolak ke Kota Makkah untuk melaksanakan umrah wajib serta menunggu pelaksanaan puncak ibadah haji, pria 62 tahun itu justru harus dilarikan petugas ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Klinik tersebut berada di RS King Fahd.

  Ada tiga kelainan yang terdiagnosis. Salah satunya jantung koroner dan memaksanya opname. Tak sekadar menjalani perawatan biasa, tapi kudu  menjalani CABG (coronary artery bypass graft) atau biasa dikenal dengan operasi bypass jantung.

  Ikhtiar tim medis RS King Fahd serta KKHI berbuah manis. Operasi itu berjalan sukses. Setelah menjalani perawatan selama hampir sepuluh hari, Sutrisno akhirnya bisa menyusul rombongannya untuk melanjutkan perjalanan haji.

  ”Benar-benar bersyukur kepada Allah SWT. Saya juga berterima kasih kepada seluruh petugas maupun dokter di sini. Seluruhnya tanggap dan sangat membantu,” katanya setelah meninggalkan Kamar 101 Cardiac Surgery Intensive Care Unit RS King Fahd (1/7).

  Setelah diperbolehkan pulang, Sutrisno diantarkan petugas haji menuju KKHI Madinah. Setelah itu, dia diantarkan petugas menuju Makkah. ”Selama proses pemulihan, tim dari KKHI terus memantau kondisinya. Sampai benar-benar layak untuk melanjutkan kegiatan ibadah,” ujar penanggung jawab visitasi KKHI Madinah dr Kelly Kuswidi.

  Kisah yang tak jauh berbeda dialami Zainal Arifin, jemaah haji asal embarkasi Surabaya. Sama, menjelang beberapa hari keberangkatannya ke Makkah, pria itu harus masuk rumah sakit karena komplikasi penyakit akibat diabetes.

  Di sana, dia menjalani tindakan bedah dan pengangkatan sejumlah bagian yang terdampak penyakit itu. Sama, setelah dinyatakan sembuh, dia bisa kembali melanjutkan aktivitasnya di Tanah Suci.

   Sutrisno dan Zainal adalah dua dari sekian banyak jemaah haji asal Indonesia yang menjalani tindakan medis di sejumlah rumah sakit di Arab Saudi. Di Madinah, sejak awal kedatangan para jemaah haji pada 12 Mei hingga akhir Juni lalu, tercatat 20 jemaah tanah air yang menjalani tindakan medis di rumah sakit Arab Saudi yang telah bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

   Ada sejumlah jenis tindakan yang dilakukan terhadap para jemaa, bergantung sakitnya. Mulai open reduction and internal fixation atau laminektomi (prosedur pembedahan) bagi yang mengalami gangguan tulang-persendian atau saraf hingga operasi terhadap para penderita gangguan jantung.

  Selama di Tanah Suci, petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) Arab Saudi Kemenag memang sudah menyiapkan fasilitas serta prosedur penanganan terhadap para jemaah yang mengalami gangguan kesehatan.

  ”Termasuk terhadap para jemaah yang membutuhkan penanganan lanjutan,” ujar Kasi Kesehatan Daerah Kerja Madinah dr Karmijono.

  Selama perawatan di rumah sakit, tim kesehatan PPIH ikut memantau kondisi jemaah. ”Termasuk kami juga sebagai penanda tangan informed consent (surat persetujuan tindakan) setelah mendapat persetujuan dari keluarga jemaah yang membutuhkan tindakan lanjutan,” katanya.

   Terkait kelanjutan ibadah haji para jemaah yang menjalani tindakan medis, PPIH juga sudah memiliki prosedur khusus. ”Untuk memastikan seberapa jauh kelayakan jemaah melanjutkan ibadahnya. Apakah bisa melaksanakan secara normal atau dilakukan kebijakan khusus seperti diikutkan safari wukuf atau badal haji,” katanya.

   Sementara untuk biaya, Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah PPIH Arab Saudi Ali Machzumi menyebut ditanggung pemerintah. ”Ini adalah bagian dari layanan kesehatan yang diberikan kepada seluruh jemaah,” ujarnya.

   Pemerintah Arab Saudi juga menerjunkan tim medis untuk menangani para jemaah yang mengalami gangguan kesehatan. Berdasar laporan SPA (Saudi Press Agency), otoritas setempat menangani 4.082 jemaah selama di Makkah hingga di masa puncak haji.

   Dari jumlah itu, tercatat ada 273 jemaah yang menjalani operasi maupun kateterisasi jantung. Itu belum termasuk penanganan jemaah yang mengalami gangguan kesehatan lain.

   Tak hanya di Madinah, sejumlah jemaah Indonesia juga menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Makkah. Misalnya, yang dialami Rini, jemaah asal embarkasi Surabaya. Dia sempat dirawat di ruang ICU RS Awwad Al Bishri.

   ”Sempat sedih karena beberapa hari tak bisa bertemu suami maupun rombongan lain. Namun, alhamdulillah akhirnya bisa berkumpul lagi dan bisa melaksanakan semua ibadah,” katanya. (*/c19/ttg)

Exit mobile version